www.hipwee.com
Pengendara sepeda motor ‘merajai’ lajanan ibukota! Seperti lalat dengan auman keras, dengan ketidak-sabarannya serta ketidak-peduliannya, sebagai ‘monster’ …..
By Christie Damayanti
Sebelumnya :
‘Si Komo’ [Truk dan Kontainer] Merusak Jakarta ......
Tidak gampang memang, untuk "revolusi mental". Tidak gampang untuk mengubah ‘midset’, bahkan tidak gampang untuk mengubah kebiasaan, yang sudah menjelam dalam keseharian kita, sebagai warga kota Jakarta. Terlebih mengajak warga Jakarta untik peduli lingkungan, peduli peraturan atau peduli apapun.
Sejak jaman dahulu, warga Jakarta khususnya, semakin tidak disiplin dan semakin tidak peduli, apalagi bicara tentang peraturan. Bahkan, justru ada meme berkata bahwa 'peraturan itu untuk dilanggar .....'
Contoh tentang BKT (Banjir Kanal Timur)
Ketika BKT mulai dioperadikan secara penuh, setelah banyak pengorbanan2 warga Jakarta untuk 'menyingkir' (pembebasan lahan2 pemukiman, yang kumuh mungkin juga yang legal), karena meneruskan BKT sejak jaman kolonial Belanda, aku cukup yakin bahwa BKT selain untuk mengalirkan air Jakarta, fasilitas2 disekeliling nya akan bisa dinikmati oleh masyarakat disekitarnya.
Shelter2 yang awalnya cukup cantik, untuk beristirahat si pengendara sepeda, sekarang seperti tempat sampah ….. kumuh dan dicorat coret …..
Fasilitas2 masyarakat disana, antara lain adanya jalur khusus sepeda, cukup luas dan besar dengan beberapa shelter bagi pe-sepeda. Dimana shelter2 itu bisa menjadi tempat beristirahat, dalam kenyamanan dan keteduhan pepohonan disana. Tempat2 sampah di beberapa meter dengan 3 jenis tempat sampah. Jalur sepeda ini mempunyai pedestrian yang cukup nyan untuk pejalan kaki. Bisa menikmati lingkungan yang cukup asri ......
Lalu taman2 pembatas antara jalur sepeda dengan jalur kendaraan normal. Taman pembatas itu sebagai jalur hijau, dengan pepohonan yang cukup tinggi dan padat, sehingga menjadikan jalan Basuki Rahmat Jakarta Timur, adem dan hanya sedikit sinar matahari bisa menerobos .....
Tetapi sayang ......
Lihat tulisanku Sedikit Saran untuk ‘Banjir Kanal Timur’ : Warga Sudah Mulai Bandel?
Itu tulisanku tahun 2013 dan semakin kesini, justru semakin parah keadaannya! Ini adalah sedikit cerita tentang “perjalanan revolusi mental”, bagi warga Jakarta.
Jalur sepeda yang harusnya berbahagia karena sudah mempunyai akses jalanan sendiri, walau hanya di 1 titik kecil saja di Jakarta, yang diharapkan sebenarnya mampu “menularkan” adanya jalur2 sepeda yang lain di seluruh Jakarta. Terapi nyatanya, justru pengendara sepeda motor memenuhi jalur sepeda!
Jalanan yang sedianya adalah untuk pe-sepeda, dirajai oleh pengendara sepeda motor, dan si pe-sepeda justru tersingkirkan …..
Pengendara aepeda motor di Jakarta, seperti yang kita tahu, sangat brutal dan egois. Tidak peduli dengan apa dan siapapun. Itu memang tidak semuanya, tetapi sebagian besar! Dan ketika aku mengamati perjalananku dari rumah mengantar anakku yang bersekolah di Cipinang itu, nyata benar si pengendara sepeda motor yang "ganas" .....
Mengapa aku katakan "ganas?"
Ya! Karena mereka benar2 tidak sabaran! Menyelonong tidak karuan, bahkan tidak mau berhenti ketika mon8lku atau mobil2 yang lain, mau melintas. Mereka seperti "lalat" yang mengerumuni, dengan "suara2 lalat" itu? Akhirnya seperti suara2 monster .....
Raungan ‘monster2’ itu memekakan telinga, dengan beberapa teriakan2 karena tidak sabar si pengendara sepeda motor, padahal jalanan yang dipakai adalah jalanan khusus untuk sepeda ……
Sepeda motor memang sudah "menjajah" jalanan. Bahkan raja jalanan bukan bus atau truk atau "si komo", tetapi justru raja jalanan adalah sepeda motor! Dan itu kulihat dengan sejelas2nya, kudengar suara2 monster sangat sekeras, dan merasakan aura ketidak-pedulian itu dengan kemarahan!
Bahkan monster2 itu, si raja jalanan itu sangat menyebalkan! Peraturan2 benar2 tidak diindahkan! Mereka adalah preman!
Mereka melanggar yang jelas tidak boleh pengendara sepeda motor berada disana! Jalur sepeda di sepanjang jalan BKT. Bahkan terus keatas Jalan layang Casablanca! Jalur mobil yang sangat berbahaya untuk pengendara motor di jalan itu, tidak diindahkan, walau sebuah kecelakaan besar merenggut nyawa seorang perempuan dari atas motor itu tahun lalu, diabaikan!
Jalan layang Casablanca, adalah jalur ku untuk sampai ke kantor dari Tebet ke Grogol, dan motor2 seperti ini sudah tidak asing lagi. Sangat berbahaya, ketika di ujung sana ada razia polisi, dan si pengendara motor berbalik arah, dan melaju secepat2 nya untuk menghidari kejaran polisi!
Bahkan, polisi harus kucing2an untuk menilang sepeda2 motor yang naik ke jalan layang casablanca, pagi siang sore sampai malam hari!
Sepeda motor adalah raja jalanan, bukan karena "besar" nya mereka, tetapi justru mereka dengan "ganas", egois dan tanpa peduli dengan pengguna jalan lainnya, menjadi raja! Dan itu sudah di mulai ketika dealer2 motor membuka kran pembelian motor dengam cicilan yang sangat ringan! Bahkan di perkampungan2 kota pun, hanya dengan sekitar 500 ribu untuk cicilan motor 'second', seseorang sudah bisa menbawa motor pulang .....
Bahkan untuk menggadaikan serta menjualnya pun sangat mudah. Jika merela 5idak manpu mencicil di bulan2 setelahnya, dengan gampang mereka melepaskannya, "Hitung2 sewa", kata mereka .....
Sepeda motor memang merajai jalanan, dan di setiap perempatan, motor2 itu meraung2 keras karena tidak sabar lampu hijau. Lalu seringkali lampu hijau belum menyala, mereka sudah tidak sabar dan menerobos jalanan ……
Dokumen pribadi
Pengendara sepeda motor, selalu grasa grusu, menyalip2 mobil2 yang dianggap menghalanginya, yang tidak sedikitakhirnya menyerempet mobil2 pribadi. Sehingga, tidak aneh jika mobilku baret2 setiap periodic sekali, karena stang motor atau roda motor ……
***
Bukan aku anti dengan motor. Aku juga bukan anti sebagai warga kota yang tidak mau berbagi, dan tidak peduli dengan kebutuhan warga Jakarta, BUKAN, tetapi peraturan2 yang dibuat harusnya dipatuhi, sehingga kenyamanan jalanan kota Jakarta menjadi tertib.
Aku belum mengerti, mengapa sebagian jalan2 protokol "mencabut" peraturan jalan dari 'jalur lambat'. Jalur lambat itu berfungsi untuk kendaraan2 yang lambat karena harus naik turun penumpang, atau untuk sepeda motor. Alhasil, di jalan2 protokol yang besar dan luas, tidak ada jalur lambat, sepeda motor dengan seenaknya saja selap-selip diantara kendaraan, bahkan dengan tidak pedulinya, bermotor santai di depan mobil2, tanpa mengindahkan peraturan sebelah kiri untuk motor dan mobil2 yang lambat …..
Sepertinya, tidak ada gunanya sebuah peraturan jika hanya untuk dilanggar. Peratiran itu “mahal” harganya, tetapi hanya untuk formalitas saja, SEPANJANG TIDAK ADA NYA KETEGASAN APARAT UNTUK MENINDAK YANG MELANGGAR …..
Konsep peraturan2 itu adalah untuk mengayomi masyarakat. Tetapi ketika peraturan itu dilanggar, dan yang melanggar adalah masyarakatnya sendiri, dimana seringkali justru aparat menerima ‘cercaan’ karena menghukum masyarakat yang melanggar, Indonesia, khusus nya Jakarta, memang harus benar2 mengubah mind-set warga sebagai revolusi mental.
Beberapa kekacauan di jalanan karena sepeda motor :
Fasilitas pejalan kaki yang “dirampas” oleh pengendara sepeda motor. Kemanakah pejalan kaki melangkah? Bagaimanakah pejalan kaki disabled? Ketidak-pedulian yang sungguh amat luar biasa!!!
Bagaimana dengan yang ini? Seenaknya saja pengendara motor melawan arah di jalur sebaliknya, dan melintasi pembatas jalan, Dan jika tertabrak oleh pengendara mobil, si pengandara mobil lah yang salah, dan pengendara motor selalu benar ….. Duhh …..
Ckckckck ….. tidak tahu aturan sama sekali! Apakah sudah tidak ada lagi hati mereka? Apalagi kepedulian tentang sesame warga ……
Dan contoh tentang pe-sepeda motor di Jakarta, yang menjadi ‘monster’ kecil tetapi ‘keganasan’nya seperti lalat2 itu, mampu membuat jalan2 Jakarta semakin “gerah”, harus keras ditindak! ‘Kesombongan’ pengendara sepeda motor di beberapa foto2ku di artikel ini, seakan mereka berkata,
“Aku pengendara sepeda motor, aku raja jalanan, mobil apapun jika menyerempet aku, aku lah yang akan dimenangkan! Karena aku adalah yang lemah, kalian adalah kaum ‘kuat’ kan?”
Kemarahanku semakin membubung, ketika semua peraturan jalanan dilanggar, dan pengendara sepeda di sepanjang jalur BKT itu, bahkan semua pengendara kendaraan bermotor di jalanan, semakin tersingkirkan, tanpa tahu harus berbuat apa, karena ‘raja jalanan’ it uterus mengaum keras dan menebar kemarahan ……
Cintaku untuk Jakarta, mari membangun “Jakarta Baru” ……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H