By Christie Damayanti
www.kopertis12.or.id
Geger Kalijodo? Adalah untuk Penyelamatan Muka Tanah Jakarta
Artikelku tentang Kalijodo sepertinya mrnulai beberapa pro dan kontra. Padahal jelas aku katakan bahwa, aju hanya seorang 'city & urban planner', dimana senua artikelku tentang Jakarta adalah untuk pengamatan, konsep2 untul masa drpan atau sedikit solusi untuk 'penyelamatan' Jakarta. Aku tidak pernah 'masuk' ke ranah yang aku tidak tahu atau tidak kumengerti. Apalagi tanah politik, yang aku tidak suka.
Aku tidak pernah menoleh kebelakang. Bahwa "mengapa Kalijodo dulu diperkenankan? Mengapa pemerintah yang sebelumnya tidak seperti yang sekarang? Mengapa Kalijodo dahulu yang digusur, tidak yang lain?"
Untukku, mengapa harus di pikirkan? Masa lalu sudah terjadi. Yang harus dipikirkqn adalah mencari solusi, bukan mencari2 kesalahan masa lalu, dan juga bukan men-judge siapapun. Apalagi, me-reka2 tentang "pemilihan" untuk tahun depan! Biarkan mereka dengan konsep hidupnya, tetapi untuk kita/aku, tetap melakukan yang terbaik bagi Jakarta ......
Tetapi sudahlah .....
Seseorang di kolom komentar bertanya, berapa besar sih kawasan Kalijodo dibandingkan dengqn kawasan lain di ibukota, sehingga Kalijodo yang pertama kali digusur?
Untuk diketahui bahwa, tidak akan ada perbaikan apapun, kalau tidak ada yang "pertama", kan? Masalah "pertama" atau kedua atau ketiga, kita tidak harus mengetahui jalan pikirannya. Fokus adalah SOLUSI saja, bukan masalahnya. Karena kalau hanya berfokus dengan masalah, tidak akan ada dengan penyelesaian, dan Jakarta semakin 'terpuruk' ......
***
Cerita tentang penurunan tanah Jakarta, bukan cerita baru. Bahkan penda DKI pun sudah selalu 'memperingatkan' untuk harus peduli pada lingkungan. Harus patuh pada peraturan dan harus berkoordinasi antara warga kota dan pemerintah daerah.
Penurunan tanah Jakarta pun sangat beragam. Tanah Jakarta sendiri, menurut referensi yang aku baca, adalah tanah lempng, dan tidak sepadat seperti tanah merah. Tanah lempung ini tetap menyerap air, tetapi dengan curah hujan di Jakarta yang cukup tinggi, tanah lempung susah menyerap lagi (sampai di titik jenuh), jika hijan tidak berhenti berhari2. Ditambah dengan pembangunan / beton yang membabi buuta, tanpa kepedulian tentang RTH (ruang terbuka hijau).
Sejak aku lulus S1 arsitek tahun 1992 dan meneruskan S2 tentang urban planner, aku sudah aware tebtang Jakarta. Karena papa almarhum sebagai pensiunan pemda DKI, beliau selalu membawaku untuk terus peduli untuk Jakarta. Sehingga, sejak RTRW Jakarta 2005 pun, aku sudah sangat tahu, bahwa penurunan tanah Jakarta semakin cepat, apalagi di daerah2 tertentu yang 'rawan bencana'. Banjir kiriman atau rob air pasang.
Bisa dibaca di artikelku Adakah yang Peduli, Jika Penurunan Muka Tanah Jakarta Setinggi 6,6 Meter Tahun 2030?
Apa yang bisa kita lakukan?
Pemerintah sudah menyediakan panduan tentang Jakarta. Pemda pun sudah berusaga untuk mrlakukan yang terbaik. Tetapi memang sebagai warga kota lah yang sebagian besar sangat tidak peduli dengan lingkungan. Bahkan mencari3 pembekaan diri untuk tidak disalahkan. Misalnya, dengan urbanisasi yang membludag ke Jakarta, dan mereka tidak mampu tinggal atau menbangun pemukiman di tempat2 yang disediakan, mereka membangun di daerah 'slum'. Sehingga BEBAN Jakarta semakin lama semakin besar!
BEBAN ini benar2 mengganggu stabilitas permukaan tanah Jakarta. Sehingga ketika awalnya hanya 1 kawasan di Jakarta yang penurunan tanahnya tinggi, tetapi lama kelamaan bukan hanya 1 kawasan saja, melainkan 2 atau 3 kawasan, bahkan lama kelamaan seluruh permukaan tanah Jakarta ikut tenggelam .....
Ini benar2 bisa terjadi lho! Dan "waktu"nya tergantung dengan ALAM, yang mungkin sudah capek. Dan ALAM inu bukan hanya 'merusak' Jakarta saja, tetapi merembet ke tanah Indonesia sampai bumi kita .....
Penyelamatan Jakarta akan berdampak kepada penyelamatan bumi. 1 sesi artikel2ku tentang PENYELAMATAN BUMI, sebagian link artikel2 itu ada di bawah artikel ini. Dan itu bukan hanya tentang penurunan tanah saja.
Penghijauan yang berhubungan dengan reboisasi di hulu Jakarta, dimana pemda Jakarta sekarang bekerja sama dengan pemda Jawa Barat, untuk membongkar bangunan2 yang tidak sesuai dengan KDB/KLB nya. Karena daerah hulu adqlah untuk peresapan. Sehingga air dari sana tidak serta merta mengalir membabi buta ke Jakarta .....
Belum lagi tentang reklamasi. Belum tentang lingkungan hidup yang rusak di Jakarta, dengan adanya "batching plant", atau tentang drainase dan gorong2 yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Ditambah dengan buang sampah yang selalu sembarangan ......
Apakah ini hanya tugas pemerintah saja?
TIDAK !!!
INI TUGAS KITA BERSAMA! Koordinasi antara pemerintah dengan warga negara yang notebene dari lingkup yang terkecil, yaitu keluarga .....
PR pemda banyak sekali. Dan itu juga PR kita. Aku tidak peduli, pemda itu "siapa". Siapapun mereka, patut di dukung, sejauh untuk yang terbaik bagi Jakarta. Jangan dipelintir, seakan aku mendukung yang sekarang. Aku akan mendukung semua orang, untuk menjadi pemimpin, demi kebaikan Jakarta dan Indonesia …..
Sebelumnya :
Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]?
Kisah Pohon Kurma yang ‘Merana’ di Jakarta [Barisan Foto]
Percayakah Bahwa Suatu Saat, Manusia Menjadi ‘Santapan’ Hewan?
Ketika Pameranku Dihadiri oleh 2 Kementerian RI dan PT Pos Indonesia dan Diwartakan oleh DAAI TV
“HIJAU Jakartaku, HIJAU Indonesiaku, juga Bumiku dalam Filateli Kreatif”
Gerakan “Hijau” dari Seorang Ibu
‘Remeh Temeh’ tentang Kebutuhan Air
Permintaan Manusia untuk Kebutuhan Hewani? ‘Lebay’ dan Ga Masuk Akal!
Mengapa Nyamuk “Menyerang” Manusia?
Wisata Alam ‘Hutan Mangrove’, Pantai Indah Kapuk, Jakarta
Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Gaya Hidup
Cicak Itu Makan Nasi? So What?
Mewujudkan ‘Ruang Hijau Pribadi’ Jakarta, Mungkinkah?
Pemanasan Global Bumi, Perubahan Pola Hidup dan Sisi Pantai, Penyakit, sampai RTH untuk Jakarta
Adakah yang Peduli, Jika Penurunan Muka Tanah Jakarta Setinggi 6,6 Meter Tahun 2030?
Menuju Jakarta 30% RTH [Dari yang Sekarang 11% Saja], Mungkinkah?
Boleh kan, jika TPU Mejadi Program Rencana 30% RTH Jakarta?
Jakarta Bebas Banjir? Berusahalah unttuk Mengelola 'Ruang Terbuka Hijau'
Taman Kota : Bagi Kesehatan Warga Dunia
Antara Bangunan Tanpa Ijin dan Banjir yang Meluas di Jakarta
Pak Jokowi, Bagaimana dengan Peraturan Daerah Hulu sebagai ‘Kota Pendamping’ Jakarta?
‘Pantai Mutiara’ : Contoh untuk Jakarta Bercermin
‘Saluran Air Kota’ : Antara Fungsi dan Estetika
Akankah Banjir Menyadarkan Kita tentang Alam yang ‘Marah?’
Banjir di Jakarta, Penyebab Serta (Sedikit) Saran Mengatasinya
Pengendalian Banjir? Tidak Cukup Hanya Membuat Drainage Saja
Konsep 'Green Architecture' Menghadapi Krisis Lingkungan
Slogan ‘Jakarta Bebas Banjir’, Tetapi Tidak Peduli dengan Penyerapan
Puncak Terus Menjadi Obyek Bisnis, Lalu Bagaimana dengan Hutan Lindung dan Banjir Jakarta?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H