Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

‘Batching Plant’, Pencemaran Lingkungan, Rusaknya Ekosistem untuk “Pengorbanan” Pembangunan Perkotaan?

2 Februari 2016   12:30 Diperbarui: 2 Februari 2016   13:23 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

  

Sebelumnya :

Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]

Dari artikel ku diatas ternyata banyak menarik kepedulian banyak orang tentang lingkungan. Tetapi ada juga beberapa orang yang inbox aku untuk meminta pertolongan untuk bagaimana batching plant itu ditiadakan karena sangat mengganggu kesehatan.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Coba di lihat foto diatas, yang aku jepret tadi pagi :

Batching Plant yang besar sekali, dimana disekelilingnya adalah perumahan penduduk. Batching Plant ini dekat sekali dengan perumahan penduduk disana. Aku tidak tahu, lahan mana yang akan membangun dengan batching plant sebesar ini! Karena yang aku lihat dan aku tahu, lahan-lahan disekitarnya adalah lahan berpenghuni, BUKAN LAHAN KOSONG, yang memerlukan pembangunan besar-besaran.

Jika memang ada lahan yang akan digantikan menjadi pembangunan gedung bertingkat, sepertinya belum memerlukan batching plant sebesar ini, karena belum terjadi pembongkaran-pembongkaran yang haus segera di bangun baru.

Atau jangan-jangan batching plant ini tidak untuk kegiatan pembangunan di area disana, melainkan area-area yang jauh dari baching plant ini, tetapi dibangun karena lebih dekat darpada mengangkit beton dari luar kota, jika demikian bagaimana pemda menyikapi hal ini?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Atau foto-foto tentang batching plant dimanapun, sebagai tempat pembuatan salah satu material konstruksi, beton. Dimana ada selalu ada percampuran banyak material, yang pastinya akan membuat udara akan bercampur debu, yang akan merusak lingkungan.

Apalagi batching plant penuh dengan material batu, kerikil, pasir dan semen serta agregat-agregat yang lain, dimana debu yang dihasilkan merupakan debu kalsium yang akan lebih merusak lingkungan.

Bisa dibayangkan. Debu asap kendaraan bermotor saja sangat merusak lingkungan. Bahkan udara di Jakarta sekarang ini sudah diambang batas sebagai kota yang sehat dan nyaman bagi warganya. Jakarta sangat penuh dengan polusi dan tidak sehat bagi warganya.

Hampir setiap hari ketika pulang kantor, coba kita membersihkan wajah kita dengan tissue. Tisu yang awalnya berwarna putih akan berubah menjadi hitam. Semakin digosok seluruh tubuh kita yang tidak tertutup pakaian, pasti berubah menjadi hitam. Itu karena debu yang sebagian besar adalah asap kendaraan bermotor.

Bagaimana jika ditambah lagi dengan debu kalsium? Debu itu sangat terlihat oleh mata. Berterbangan merusak lingkungan. Jalan-jalan menjadi putih. Masuk ke got dan gorong-gorong, diterbangkan angina tau dialiri air. Daun-daun hijau menjadi putih. Dan siapapun yang berada di lingkungan itu dengan radius tertentu, akan menghirup debu calsium putih, baik manusia termasuk hewan.

Apa yang bisa dibayangkan?

Debu kalsium beterbangan ke jalan-jalan di sekeliling batching plant tersebut. Membuat jalan menjadi putih. Lalu oleh petugas kebersihan dari pemda atau dari si pemilik batching plant, menyiramnya dengan sentoran air keras untuk 'menyapu' debu calsium di jalan-jalan untuk masuk ke got dan gorong-gorong, atau diterbangkan angin sehingga debu putih ini akan bercampur dengan air dan lingkungan hidupnya.

 

Debu-debu putih yang mengotori jalanan dan berterbangan masuk ke got dan gorong-gorong. Dan sebagian terhirup oleh manusia …..

Pohon-pohon yang awalnya berdaun hijau, jika tidak di siram oleh petugas atau air hujan, foto sintesis daun-daun itu akan terhalang dan lama kelamaan akan layu dan mati …..

Ikan sapu-sapu yang memang banyak berada di goto dan gorong-gorong, akan tercemar atau bahkan bisa mati, sehingga rantai makanan yang berhubungan dengan ikan sapu-sapu pun lama kelamaan akan lenyap.

Jika rantai makanan yang berhubungan dengan ini lenyap, maka ekosistem lingkungan itu pun akan berimbas dengan manusiannya.

Lalu debu putih yang melekat pada daun-daun hijau, jika tidak dibersihkan dengan air (siram tanaman atau air hujan), lama kelamaan debu putih tersebut semakin tebal. Sehingga proses foto sintesis antara hijau daun dengan matahari, akan terganggu. Bahkan pohon-pohon itu akan layu dan mati, berganti debu putih yang semakin lama semakin merusak.

Jika rantai makanan yang berhubungan dengan pohon-pohon tersebut (misalnya, burung-burung yang hinggap di pohon, semut-semut atau laba-laba atau ulat dan kupu-kupu atau apapun hewan-hewan kecil yang berlindung dengan pohon-pohon tersebut) terganggu atau lenyap, maka ekosistem pun akan berimbas dengan lingkungan yang lebih besar.

Lalu bagaimana dengan jika debu calcium itu terhirup oleh makluk hidup, khususnya manusia?

Aku belum sempat mempelajari secara detail, tetapi bisa dibayangkan ketika ada butir-butir debu putih yang masuk terhirup oleh kita, dan masuk ke dalam paru-paru kita, apa yang terjadi?

Aku membayangkan. Jika udara bersih yang memang untuk bernafas, paru-paru kita justru semakin bersih dan nyaman, sehingga kita lebih sehat. Tetapi ketika debu asap kendaraan bermotor bahkan debu putih ini yang terhirup kedalam paru-paru kita, lama-lama paru-paru kita akan membatu, bahkan paru-paru kita bisa terobek dengan sisi-sisi debu calcium yang pastinya tajam. Debu-debu itu akan berkumpul dan membuat paru-paru kita membatu dan kita akan tidak bisa bernafas.

***

Ini adalah beberapa resiko ketika kita berada di lingkungan batching plant. Bukan hanya kita sebagai manusia saja yang terganggu dengan adanya batching plant saja, melainkan lingkungan tempat tinggal kita pun akan terganggu. Sehingga, harus ada ijin dan peraturan-peraturan yang menjadi payung hukumnya. Tetapi payung-payung hukum itu pun seharusnya terus ditinjau ulang, karena benar-benar batching plant itu merupakan salah satu faktor yang sangat merusak tatanan hidup lingkungan perkotaan, khususnya Jakarta.

Memang ada beberapa perijinan untuk adanya bantching plant di Jakarta, salah satunya adalah PROSEDUR PERIZINAN, PEMBINAAN PENGAWASAN KEGIATAN OPERASIONAL - Pergub No 108 tahun 2008, yang salah satunya mengatakan bahwa batching plant bisa ada selama proyek itu berlangsung maksimal 3 tahun, dan sesuai dengan IMB bangunan yang sedang dikerjakan.

Itu memang maduk akal, bahwa jika mau membangun gedung daripada membeli beton dan harus membawa lewat molen sepanjang jalan, dari batching plant yang jauh, mengapa tidak membangun batching plant di lingkungan proyek gedung tersebut? Menghemat biaya dan waktu untuk pengankutan. Sangat masuk akal …..

Tetapi di sisi lain, walau tetap sudah di riset sedemikian oleh tim ahli pemda, pada kenyataan nya dalam waktu beberapa jam saja ketika percampuran material disana, akan terus menghasilkan debu-debu putih yang berbahaya untuk lingkungan, pun sudah sangat mengganggu manusia. Debu-debu putih terus berterbangan, terhirup manusia, membuat batuk-batuk dan sakit.

Itu baru beberapa jam debu-debu berterbangan. Bagaimana setiap hari pasti ada kegiatan, karena memang proyek pembangunan gedung terus berjalan, bagaimana untuk 2 minggu? 1 bulan? 1 tahun? Dan maksimal 3 tahun? Bagaimana dengan manusia-manusia yang bekerja disana dan manusia-manusia yang berada di lingkungan batching plant?

***

Pembangunan perkotaan sangat wajar. Apalagi Jakarta, sebuah kota metropolitas sebagai ibukota Indonesia yang memang sedang membangun. Sangat wajar, ketika Jakarta banyak membangun gedung di setiap tiik kota, bahkan bukan hanya di daerah-daerah pusat kota saja, bahkan sekami kesini semakin banyak pembangunan gedung-gedung bertingkat tinggi di daerah-daerah pinggir perkotaan.

Tetapi, apakah Jakarta harus MENGORBANKAN warganya, dimana seharusnya warga di lindungi, salah satunya untuk kesehatan dan kenyamanannya? Jika gedung-gedung bermunculan dengan batching plant-batching plant ada di setiap jengkal area, warga area itu akan semakin sakit dan tidak nyaman. Dan ketika gedung-gedung itu beroperasi, rasanya justru warga Jakarta akan ‘mundur’ dan bahkan sudah tidak ada lagi, karena kesehatannya semakin tidak menentu …..

Aaahhh …..

Gambaran aku diatas, mungkin terlalu ekstrim. Tetapi itu mungkin saja terjadi. Karena walau bagaimana pun tim-tim ahli tentang riset tentang pengelolaan lingkungan hidup, tetapi pada alhirnya warga di seputar batching plant lah yang akhiry merasakan, betapa kehidupannya akan terus terganggu. Dengan debu putihnya, dengan suaranya yang berisik, dengaan, ketidak-nyamanannya, atau dengan kotor dan berantakannya lingkungan mereka ……

Pembangunan perkotaan, apalagi di Jakarta yang memang sedang membangun, memang membutuhkan pengorbanan. Tetapi apakah pengorbanan itu justru membuat warga Jakarta terancam kesehatan dan kehidupannya? Apakah lebih baik, jika batching plant tetap berada di luar kota dan beton-beton diankut dengan molen sesuai dengan porsinya masing-masing proyek?

Karena ketika Jakarta mengorbankan “uang” yang “tidak seberapa” bagi pemilik proyek (sehingga mengorbankan harus ada batching plant di sisi proyek), akan benar-benar mengorbangkan lingkungan hidup dan ekosistem bahkan manusia nya.

Dan Jakarta akan “menyesal”, jika justru lingkungan dan warga Jakarta akan ‘hilang atau mutan’, padahal hutan beton semakin menandakan bahwa Jakarta adalah sebuah kota metropolitan bahkan megapolitan, dimana warganya tidak sehat …..

 

MARI SELAMATKAN BUMI  …..

Hutan Beton vs Pencemaran Lingkungan [Jakarta]?

Kisah Pohon Kurma yang ‘Merana’ di Jakarta [Barisan Foto]

Percayakah Bahwa Suatu Saat, Manusia Menjadi ‘Santapan’ Hewan?

Ketika Pameranku Dihadiri oleh 2 Kementerian RI dan PT Pos Indonesia dan Diwartakan oleh DAAI TV

“HIJAU Jakartaku, HIJAU Indonesiaku, juga Bumiku dalam Filateli Kreatif”

Gerakan “Hijau” dari Seorang Ibu

‘Remeh Temeh’ tentang Kebutuhan Air

Bisakah Bumi Diperbaharui?

Permintaan Manusia untuk Kebutuhan Hewani? ‘Lebay’ dan Ga Masuk Akal!

Mengapa Nyamuk “Menyerang” Manusia?

Wisata Alam ‘Hutan Mangrove’, Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Gaya Hidup

Cicak Itu Makan Nasi? So What?

Mewujudkan ‘Ruang Hijau Pribadi’ Jakarta, Mungkinkah?

Pemanasan Global Bumi, Perubahan Pola Hidup dan Sisi Pantai, Penyakit, sampai RTH untuk Jakarta

'Urban Green Infra-Stucture' : Kepedulian Kita Tentang Lingkungan, Akan Memperlambat Kehancuran Dunia .....

Adakah yang Peduli, Jika Penurunan Muka Tanah Jakarta Setinggi 6,6 Meter Tahun 2030?

Menuju Jakarta 30% RTH [Dari yang Sekarang 11% Saja], Mungkinkah?

Boleh kan, Jika TPU Menjadi Program Rencana 30% RTH Jakarta?

Taman Kota : Bagi Kesehatan Warga Dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun