Ya ….. mereka didalam keterbatasannya, adalah orang2 yang selalu berbahagia. Mengapa? Karena mereka dengan intelegensia yang rendah dan jauh di bawah rata2 normal, menjadikan mereka tidak mengerti apa2. Jika mereka tidak mengerti apa2, berarti mereka tidak pernah mempunyai permasalahan sama sekali. Alhasil, mereka selalu riang rembira. Jika mereka tidak pernah mempuyai masalah, karena mereka memang tidak mengerti, berarti sangat wajar, jika mereka selalu berbahagia …..
Siswa siswi di ruang menjahit sangat terbuka, berbeda dengan di ruangan sablon. Ketika kami masuk ke ruang menjahit, mereka berteriak dan tertawa2 dengan menguccapkan kata2 yang tidak terlalu jelas. Tetapi wajah2 mereka sangat terluhat bahagia. Jad membuat aku terus tersenyum dan ikut tertawa.
Aku berkeliling di antara meja mesin jahit, satu demi satu aku sambangi mereka. Aku ingin mendekatkan diriku untuk berkomunikasi dengan mereka. Beberapa meja aku bisa berkomunikasi cukup baik, tetapi tidak di beberapa meja. Tidak apa apa, karena mereka memang tidak bisa di paksa ….. aku hanya terus tersenyum, yang membuat mata mereka memancarkan sinar bahagia.
Ada seorang siswa di meja mesin jahit. Kata pengurus, dia adalah ‘bintang’. Dia pe-basket dan pernah ke Amerika untuk sebuah kompetisi. Dan dia pun seorang penyanyi. Katanya suaranya bagus, tetapi ketika kaami ingin mendengar suaranya, dia tidak mau …..
Â
Lihat wajahnya, juga lihat wajah siswi di belakangnya. Wajah yang ‘bersih’ dan segar serta bahagia. Kedua siswa siswi tunagrahita ini tergolong tunagrahita ringan, tanpa wajah khas seorang tunagrahita. Tetapi mereka memang dalam keterbatasan dan tidak sama dengagn kecerdasana orang lain yang dibawah rata2. Dan mereka hidup berbahagia di tengah2 orang dan yayasan yang mengasihi mereka …..
Aku berjalan lagi di meja mesin jahit. Siswa itu belum cukup bisa untuk sekedar memasukkan jarum untuk menjahit. Sehingga dia masih harus dibantu oleh guru menjahitnya. Dan dia seorang yang pemalu. Bicaranya pun agak susah, dan aku susah untuk menagkap kata2ku.
Â
Siswa ini sangat pendiam. Wajahnya tenang, tetapi ketika aku bertanya siapa namanya, dia menjawab dengagn tegas. Tetapi karena kata2nya susah untuk dimengerti, aduh ….. aku tidak bisa menangkapnya. Dan ketika aku mendekatkan diriku karena diminta berfoto bersama, dia tidak malu berpose dengan ku …..
Aku berpindah lagi di meja mesin jahit dengan seorang siswi yang memang sudah pintar untuk menjahit, menikuti garis2 kain batiknya, untuk membuat sarung bantal.
Â