***
Kami terus berjalan menuju dapur. Disana ada beberapa anak yang sedang membuat jus dengan guru mereka. Ada juga yang sedang membuat kue cubit, yang juga didampingi oleh gru mereka yang lain. Suasana disana, seperti suasana di dapur pada umumnya. Asap, panas dan berisik, karena mereka melakukan pekerjaan itu sambil bercanda dan tertawa. Lagi-lagi, Selvi-lah yang menjadi ‘bintangnya’ …..
Selvi menggoda teman-temannya. Dia mengatakan kita akan dijamu oleh jus buatan mereka. Lalu mereka tertawa-tawa. Tawa mereka bukan tawa yang jaim. Tawa mereka adalah tawa lepas, dari hari mereka. Tetapi justru tawa mereka menyejukkan hatiku. Justru aku semakin trenyuh. Ketika aku membayangkan, bagaimana hidup mereka jika kita tidak membantu mereka? Siapa yang akan membantu mereka? Secara mereka di umur antara 20 sampai 50 tahun, tidak bisa mengasilkan ‘hidup’, tanpa bantuan…
Aku menghampiri mereka yang sedang membuat kue-kue untuk dimakan. Baunya tercium enak. Aku tersenyum dan menyapa mereka,
“Haaiiiii… Masak apa kalian? Tante lapar nih… Nanti boleh tante coba untuk makan?” kataku.
Ternyata anak2 yang sedang memasak itu, termasuk yang introvert dan membuat sapaanku tidak terjawab, kecuali hanya senyuman. Tetapi aku tidak putus asa. Aku tetap bertanya-tanya, apa yang mereka lakukan. Memasak apa, kue apa, susah ga membuatnya, dan pertanyaan-pertanyaan yang sebearnya ‘basa basi’ bagi orang-orang normal, tetapi tidak buat mereka.
Yang aku tahu jika seseorang menutup dirinya sendiri, termasuk yang menderita ‘tuna’, kita harus berusaha ‘membuka’ dirinya untuk bisa berinteraksi. Seperti aku dulu, ketika aku terserang stroke. Ketika itu, dokterku berusaha untuk berinteraksi dengan ku, dimana saat itu pikiranku baru sadar tentang penyakit yang aku derita.
Aku tahu waktu itu, bahwa dokter berusaha untuk bisa ‘melihat’ keadaanku lewat perasaan / hari. Puji Tuhan, aku masih diberikan pemikitan yang normal, sehingga aku berusaha untuk tersenyum dan ‘berbicara’ dengan hati (karena waktu itu aku tidak bisa berbicara).
Dan di Asih Budi, aku akan bersuaha untuk bisa berinteraksi dengan mereka dengan baik…
Cukup lama kami berada di dapur. Aku sungguh ingin bisa membantu mereka. Jadi, ketika ‘inspirasiku’ terus mengikuti aku, Selvi, dan dia memelukku, spontan aku menciumnya dan dia terliat sangat senang. Puji Tuhan…