Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

‘Dingin’ dan Syahdu lewat Sapaan Tuhan di Notre Dame Cathedral

8 Januari 2016   11:42 Diperbarui: 8 Januari 2016   12:08 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepala kolom marmer Carara dari Spanyol dalam desain Corintian, lengkung2 gaya Gothic serta lampu2 kristal dari Eropa Timur (biasanya dari Hungaria atau Cekoslovensko, menambah keklasikkan bangunan ini ….. indah sekali …..

Aku juga merasakan aliran dingin itu lewat pembuluh2 darahku, yang mengalirkan darahku yang mendadadk 'beku', menuju otakku. Membuat pikiran2ku mendadak syahdu dan terfokus untuk menyembah NYA.

Suasana Misa Kudus yang dipenuhi oleh Umat Katolik di Paris. Bisa dibayangkan, jika matahari bersinar cerah, sinarnya akan masuk melewati jendelan2 besar dengan desain kaca patri. Sinar itu seakan menjadi ‘jawaban & berkat2  Tuhan’ atas doa2 yang kita panjatkan kepada NYA …..

Dan pembuluh darah mataku mengalirkan aloran dingin sedingin2nya, sehingga justru mencair dan meleleh, ketika sampai di ujung mataku. Tepat mengalahkan dingin itu, aliran dingin itu justru mencairkan air mataku. Dan mataku merembas merah, mengerjab basah, ingin terus bersyukur pada NYA. Lalu menyembah NYA ...... betapa luar biasanya Tuhan, menciptakan Rumah NYA lewat tangan2 mungil umat NYA yang menyusunnya batu demi batu .....

Sungguh betapa luar biasanya Tuhan itu. Aku diperkenankannya untuk berada disana kali keempat aku di Paris. Dan berada di atas kursi roda. Dimana mungkin hanya aku yang merasakam 'sesuatu' yg Tuhan ingin kan untuk aku perbuat. Lewat keterbatasanku, Tuhan mau aku bersimpuh di ujung Jubah NYA di Gereja ini. Sebuah pengalaman yang sangat menyentuh kalbuku ……

***
Michelle mendorong kursi rodaku. Dennis memimpin keluarga kecilku. Sambil berkeliling, kami mencari tempat duduk. Tetapi ternyata tempat duduk sudah penuh. Dan aku ikut berdesakkan dengan umat yang lain. Penuh. Sesak. Bingung harus duduk dimana untul anak2ku. Aku sih berada di kursi rodaku, tetapi tidak dengan anak2ku. Sehingga sambil berkeliling di ruang utama untuk Misa Kudus, kami hanya bisa melihat dan mebdengarkan Misa Kudus itu dari Pastur lewat sound system yang bergema menyuarakan Bahasa Perancis, serta malihat kotbah Pastur lewat layar infocus besar dibeberapa titik.

Pastur yang berkotbah di Misa Kudus, saat itu …..

Ya ….. akhirnya kami hanya berkeliling, mendengarkan lagu2 rohani syahdu dari koor gerejawi. Sambil mendengarkan lagu2 syahdu, hatiku terus bergetar. Suasana di dalam hanya siterangi sedikit lampu gantung yang memang temaram nyalanya. Pastinya untul menambah kesyahduan jalannya Misa Kudus.

Lalu di titik2 tempat bersembahyang dengan patung2 Bunda Maria, aura magis pun menyeruak. Lilin2 kecil dengan nyala kuning temaram itu pun mengabarkan Kabar Bahagia keseluruh sudut Gereja. Bau asap dari lilin2 itu berbaur dengan bau dupa yang diayun2kan oleh Pastur tersebut, sebagai salah satu ritual memuji Tuhan. Menambahkan aliran datahku melaju kencang untuk terus memuji Nama Nya serta memuliakan NYA ......

Lilin2 itu merupakan bagian dari ritual Misa Kudus. Tetapi di beberapa Gereja di Eropa, menyalakan 1 lilin merupakan bagian dari persembahan umat Tuhan. Karean menyalakan 1 lilin, kita memberikan beberapa Euro (tidak ditentukan berp), untuk pemelihaan Gereja besar dan klasik ini. Biasanya adalah wisatawan2 yang sadar akan sebuah kepedulian tentang bangunan2 tua …..

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun