By Christie Damayanti
www.geonation.org
Gedung Marabunta, denan 2 ekor semut merah yang ganas (Marabunta) diatasnya, yang membuat aku sangat penasaran ……
Sebenarnya, aku masih sungguh bingung mengapa seekor semut merah berada di gedung2 tua Kota Lama Semarang. Dua ekor semut merah raksasa (marabunta) menjadi ‘mahkota’ dari sebuah bangunan tua di jalan Cendrawasih No.23 Kota Tua Semarang.
Gedung ini sangat megah, pastinya di jaman itu lebih megah dari jaman sekarang. Berdiri sekitar tahun 1890 di jaman pemerintahan colonial Belanda. Dulu gedung ini digunakan untuk gedung pertunjukkan opera dan cafeteria. Bernama Schouwburg. Jaman itu, keluarga2 Belanda di Semarang menghabiskan akhir pekannya bersama keluaarga atau teman2nya. Mereka senang denan opera sabun, tari Ballet atau hanya sekedar pertunjukan music saja.
Dari referensi yang aku baca, gedung Marabunta ini pernah roboh dan mengalami kerusakan berat karena banjir ‘rob’. Jadi yang ada sekarang ini adalah gedung yang tersisa, walau tetap dipertahankan sebagai bangunan yang asli. Tahun 1956, gedung ini dikelola oleh yayasan Rumpun Diponegoro Kodam IV Semarang, yang dilanjutan menjadi kantor PT Marabunta Semarang.
Keunikan gedung ini adalah ada 2 ekor semut merah yang menjadi ‘mahkota’. Apa yang menjadi dasar ada 2 ekor semut merah?
dan www.bousiesinwmanza.wordpress.com
Sekilas semut ‘Marabunta’ :
Marabunta adalah salah satu jenis semut carnivore dan terkenal dengan kebuasannya. Berasal dari Afrika. Marabunta tidak mempunyai rumah, tetapi mereka berpndah tempat dari satu tempat ke tempat yang lain. Marabunta berburu mangsa dengan mengandalkan jejak bau. Mereka sebuas piranha, bahkan binatang2 besar pun panic jika semut ini menggigitnya (karena jutaan semut bisa segera menggigit). Biasanya, binatang2 yang menjadi mangsanya akan berlari ke air untuk menenggelamkan marabunta.
Jika memang marabunta itu memangsa buruannya, merekabisa menghabiskan buruannya hanya dalam waktu beberapa jam saja …..
Jadi, jujur sampai sekarang aku tidak menemukan korelasi antara semua merah ganas marabunta, dengan bangunan tua ini. Tetapi yang jelas adalah justru gedung ini semakin unik dengan semut marabunta nya.
Tahun 1999, gedung Marabunta dijadikan café tempat berkunjung para importer asing yang datang ke Semerang. Tetapi hanya bertahan 2 tahun saja. Tetapi bangunan fisik gedung itu tetap cukup terpelihara, apalagi dengan kaca patri nya yang bergambar seorang noni Belanda. Arti dari si noni Belanda ini menurut referensi yang aku baca, adala cerita seorang penari Ballet bernama Putri Matahari yang dahulu sangat terkenal. Dia menikah dengan serdadu Belanda.
Fungsi gedung opera dan pertunjukan Marabunta sendiri berhenti ketika masa awal2 kemenrdekaan. Pada jaman keemasannya, Marabunta sangat popular untuk menampilakn penari Ballet cantik bernama Margaretha Geertruida (Grietje) Zelle, yang terkenal sebagai Putri Matahari, yang sudah aku sebutkan diatas. Margaretha menkah dengan Mayor Rudolh Mc.Leod, seorang perwira KNIL Hindia Belanda yang tinggal di Semarang.
Cerita Margaretha sendiri ternyata sangat menarik untuk disimak. Dia mengawali kariernya sebagai penari erotis di Paris. Belajar di India, sebuah negara yang memang terkenal dengan menari ‘erotis’, selain Thailand dank arena keahliannya tersebut, membawa dia berkeliling dunia untuk menari. Salah satunya ketika dia sedang menari di Berlin, seorang agen rahasia merekrutnya untuk menjdi mata2 Jerman.
Margaretha (Putri Matahari), si noni Belanda, penari Ballet terkenal di jamannya …..
Lalu kelihaiannya sebagai sesorang untuk memikat banyak lelaki, membuatnya terlibat dalam berbagai affair dengan berbagai petinggi2 negara. Kemudia dari akhir kisahnya yang menarik ini, Margaretha dihukum mati pada tanggal 15 Oktober 1917.
Tetapi, sekali lagi aku tetap tidak menemukan benang merah dengan 2 ekor semut buas di mahkota bangunan tersebut ……
Kalau dari tulisan tentang MGM yang berada di beberapa titik tampak depan gedung Marabunta ini, menjadikan aku semakin penasaran. Referensi2 yang aku baca hanya seputar tentang jaman keemasan gedung opera tersebut, juga tentang penari Ballet Margaretha. Tetap tidak ada keterangan, mengapa 2 ekor semut marabunta yang ganas dan memakan dageing itu, bertengger di kepala bangunan tersebut.
Apakah si semut marabunta tersebut sudah berada dari di bangunnya, jalam pemerintahan colonial Belanda, atau bagu setelah Beanda tidak berada di Semarang lagi? Yang jelas, pasti ada konsep yang lain, yang tidak diketahui tentang gedung ini …..
MGM sendiri disebutkan sebagai singkatan nama “Marabunta Gedung Serbaguna”. Kupikir tadinya, MGM adalah seperti gedung MGM di Las Vegas yang memang merupakan tempat (atau Hotel MGM) yang sarat dengan entertainment. Bahkan pertandingan tinju dunia jika di Amerika, sering menempati Hotel MGM di Las Vegas.
Dan sekali lagi aku tetap tidak menemukan kolerasi antara semut ganas marabunta dengan gedung cantik tersebut. Duh …. Semakin penasaran ……
***
Arsitekturnya memang arsitektur Eropa klasik, sangat cantik untuk berfoto dan memang seringdigunakan untuk foto2 pre-wedding. Dengan kaca patri yang masih seperti jaman keemasannya, serta konsep jendela2 melengkung, menjadikan gedung ini semakin menarik.
Ketika aku disana 1 bulan lalu, aku tidak sempat masuk, karena tempat ini sudah dipakai untuk sebuah café yang sayangnya, tidak didesain seindah yang aku bayangkan.
Dari luar aku hanya busa melihat kaca patrinya, dengan desain tentang dunia music dan entertainment. Lalu ketika aku melihat sisi plafond terasnya, adalah sebuah plafond cantik ala jaman dahulu, dari kayu solid yang terlihat cukup dirawat. Tidak heran jika plafond bagian dalam bangunan ini, seindah foto2 yang aku dapatkan dari interet.
www.seputarsemarang.com
Gedung Marabunta, denan latar belakang langit Semarang yang mendung, sangat dramatis! Dengan banguna tua jalam pendudukan colonial Belanda, sedikit mau ‘magis’,bisa merasuk sukma, bagi yang tertarik untuk menyelami sejarahnya …..
www.geonation.org
Kaca patri, yang paling mengesankan bahwa gedung ini memang di desain untuk gedung music atau opera. Sangat salah jika kenyataan tersebut (tentang cantiknya kaca patri itu), tidak dimanfaatkan dengan baik.
Jika memang gedung ini sekarang digunakan sebagai resto atau café, tidak apa2, tetapi manfaatkanlah detail2nya menjadi sebuah gedung opera, atau setidanya gedung music + café ……
Plafond kayu (solid?), terhampar sebagai ‘ruangatap/plafond’. Cantik, dengan gantungan2 kipas angin kuno dan ukiran lukisan bulat, di beberapa titik p;afond tersebut ….
Plafond kanopi di tampak depan pun, dari kayu (solid?) juga terhampar cantik …..
Konsep gedung Marabunta memang sangat unik. Tetapi aku tidak mendapatkan cerita sejarahnya yang memang seharusnya ada. Cerita tentang gedung ini sangat terbatas. Hanya sekitar cerita konsep bangunan, kapan dibangun, atau yang terlihat secara fisiknya saja. Tetapi tidak terceritakan sama sekali tentang adanya semut merah.
Konsep semut merah ganas marabunta yang menjadi ‘mahkota’ gedung ini, seharusnya merupakan focus utamanya. Dari awal aku tahu tentang Gedung Marabunta beberapa tahun lalu sampai sekarang, aku masih berpikir ada sesuatu yang luar biasa dengan gedung ini. Mungkinkah berhubungan dengan cerita si noni Belabda Margaretha yang dihukum mati sebagai mata2? Atau ada cerita lain yang belum terungkap?
Gedung Marabunta di Kota Tua Semarang ini, memang masih menyimpan misteri ……
LINK Kota Tua Semarang :
Cerita tentang “Pabrik Rokok Praoe Lajar”, di Kota Tua Semarang
Romantisme ‘Tanjung Mas’ …..
‘Wibawa’ Kantor Pos Johar Semarang, Dipertaruhkan …..
Antara Peranakan China Jawa, Jepang dan Sunda di Bangunan Belanda …..
“Kesalahan Kecil” di Sebuah Bangunan ala Belanda di Kota Tua Semarang
Metamorfosa ‘Spiegel Bar & Bistro’ : Eropa Lama di Semarang
‘Gereja Blenduk’ Semarang, Salah Satu Gereja Tertua di Jawa Tengah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H