Lingkungan Jembatan Berok sendiri adalah pelabuhan kecil yang memungkinkan perahu2 kecil bisa berlabuh, sehingga aktifitas di daerah itu sangat ramai, dimana sebuah kantor pos memang diperuntukkan untuk posisi yang ramai, mudan dan cepat untuk dicapai.
Menurut referensi yang aku baca tentang kota Semarang, kata ‘BEROK’ sendiri berasal dari bahasa Belanda “BRUG” yang artinya adalah jembatan. Resmi dari jaman pemerintaha colonial Belanda adalah ‘Gouvernements Brug karena letaknya berdekatan dengan De Groote Huis ( Kanor Gubernur VOC ). Dan keaslian jembatan tersebut sampai sekarang masih dipertahankan.
Kawasan Pasar Johar sendiri mulai berkembang sejak tahun 1860. Semakin ramai dikunjungi orang, tahun 1898 pasar Johar semakin berkembang pesat, sehingga pemerintahan waktu itu memutuskan untuk membangun los2 pasar lewat seorang arsitek Thomas Karsten.
Ketika Semarang semakin berkembang, dibangunlah Kawasan Simpang Lima, Peterongan dan Jalan Muda. Sehingga kawasan Pasar Johar menjadi ‘pasar tradisional’, dan daerah ini semakin tidak karuan karena bermasalah dengan perparkiran.
Kantor Pos Semarang sendiri sudah mengalami pembangunan 2 kali. Kantor Pos lama dibangun tahun 1906, dan Kantor Pos lama dibangun tahun 1920. Tahun 1979, pernah dilakukan pemugaran pada gedung ini, serta penambahan ruang2 pada bagian belakang bangunan.
***
Ketika aku datang ke Kantor Pos Johar sebagai salah satu dewan juri, 2 minggu lalu, melewati depan bangunan tua itu, mataku terkesima. Sebuah bangunan jaman Belanda yang cantik. Warna strip garis orange, khas lambang Pos Indonesia, menambah wibawa bangunan Kantor Pos Semarang itu.
Beranjak mendekatinya, aku mengamati sebuah keadaan yang cukup ironis. Dari jauh, kantor pos ini memang sangat megah dan berwibawa dengan konsep bangunan arsitektur Belanda, simetris dan kaya akan cita Eropa jaman lama.
Tetapi ketika kami mendekatinya, sangat ironis dengan tampak depan yang dipenuhi oleh orang2 yang berjualan, mobil2 yang parkir sembarangan, serta becak dan motor2 yang terus bergerak lambat, membuat secara kedekatan fisik, bangunan ini hilang kewibawaannya …..
Taksi yang kami tumpangi sebenarnya ingin kami masuk dari depan bangunan itu, tetapi dengan sesaknya aera pintu masuk dan taksi yang kami tumpangi susah untuk berhenti, supir taksi teersebut menyarankan kami turun di belakang bangunan saja. Dan akhirnya taksi mengantarkan kami kesana, dan sekali lagi suasana penuh sesak terus menyelubungi kami, sebelum kami masuk kedalam bangunan kantor pos besar ini, melalui pintu belakang.