Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Antara Peranakan China Jawa, Jepang dan Sunda di Bangunan Belanda …..

25 November 2015   15:53 Diperbarui: 25 November 2015   16:38 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

LINK Kota Tua Semarang :

“Kesalahan Kecil” di Sebuah Bangunan ala Belanda di Kota Tua Semarang

Metamorfosa ‘Spiegel Bar & Bistro’ : Eropa Lama di Semarang

‘Gereja Blenduk’ Semarang, Salah Satu Gereja Tertua di Jawa Tengah

***

Puas melihat2 dan mengeksplore bagian luar bangunan restoran “Ikan Bakar Cianjur”, kamipun langsung masuk ke dalam. Waaaaaaaaa ……. Begitu masuk ke dalam lewat pintu samping (dari tempat parkir), suasana dan auranya sangat berbeda, dengan mataku dimanjakan oleh interior cantik bangunan tersebut! Mataku terus melotot, rakus melahap apapun yang tersambar.

Dari lantai bak’ permadani (padahal ubin batu dengan ukiran jaman itu), plafond yang dari kayu solid, dinding2nya yang di beberapa titik berupa jendela, asesorisnya jaman keemasan Belanda awal tahun 1990-n di Semarang, bahkan kue2 atau snack2nya seturut dengan ‘aura magisnya!’


 Pintu samping dari parkiran mobil, mengantarku melewat ‘permadani kuning’, sebagai permukaan lantai bak’ permadani (foto ke-1). Dari situ, kami berbelok ke anan dan aku lihat pemandangan yang luar biasa cantik (foto ke-2)! Ruangan setinggi 5 meter, dengan lsntai bak’ permadani, dengan hiasan2 dan asesoris cantik peranakan Jawa, memanjakan mataku …..

Bangunan itu ternyata lebih besar dari perkiraanku sebelumya. Jika kulihat dari luar saja, sepertinya tidak besar. Tetapi memang tidak terlihat besarnya bangunan itu, lewat tambahan2nya di belakangnya. Seperti biasa, hampir semua bangunan, terutama bangunan2 di Indonesia, akan mengalami “pertumbuhan”. Bangunan tumbuh itu memang membuat kota dimana bangunan itu ada, juga semakin “bertumbuh” …..

Di dalam bangunan tersebut, sepertinya dahulu adalah sebuah rumah besar. Mungkin yang punya sekelas ‘direktur’, secara desain interiornya sangat apik, unik dan cantik!

Kakiku dan kaki mba Novi, dalam skala ‘permadani kuning’ …..

Lantainya dari ubin ukuran 20 x 20, yang di deasin seperti permadani. Dengan dominan warna kuning dan sedikit biru, membuat seluruh ruangan menjadi bersinar terang. Cerah dan bergairah ….. begiu juga asesoris2nya. Lukisan2 lama, foto2 lama, benda2 lama seperti telpon lama, baju selam, dengan meja kursi nya dari kayu solid, membuat ciri khas Jawa Kuno menduduki mayoritas desain interior bangunan ini. Apalagi dengan pelayanan2 nya, perempuan2 Jawa yang halus dan cantik, menambah suasana nyaman ……

 

Foto pertama adalah ‘ruang tamu’ pada masa itu, merupakan hall besar dengan hanya ada 3 meja makan bulat. Bahkan ditengah2, hanya 1 meja makan bulat besar, berada di tengah2 ‘permadani kuning’ nya …… Cantik !!!

Foto kedua, di beberapa bagian ruangan lainnya, yang mungkin dulunya adalah kamar2 atau ruang2 untuk anggota keluarga, dipenuhi beberap meja makan berbentuk segi empat atau bujur sangkar, dengan suasana yang tetap cantik!

Bangunan ini sangat inggi, mungkin sekitar 4 meter lebih bahkan bisa 5 meter antara permukaan lantai dengan plafond. Dengan tinggi bangunan yang cukup baik, membuat AC tidak terlalu dibutuhkan, walau udara siang Semarang sangat panas. Pun si empunya bangunan masih memberikan kenyamanan lebih dengan memberikan beberapa ‘AC lemari’, dimana barang tersebut di desain sangat cantik. AC lemarinya, di masukkan ke dalam kota kayu, seakan bukan seperti AC. Dan kayu tersebut di sesuaikan dengan lingungannya ….. Brillian!

Kami memilih duduk di meja bulat untuk 5 orang. ‘AC lemari’ diatas ini, dimasukkan ke dalam kotak kayu, cukup cantik, yang tidak mengesankan sebuah barang elektronik. Karena dengan konsep alami dalam ssejarah masa lampau, benda2 eletronik akan “merusak” pandangan …..

Aku dan mba Sabrina, sempat duduk di sebuah sudut. Dengan kursi cantik dan di tengah2nya ada sebuah lukisan seorang perempuan China, cantik sekali. Sebuah sudut sesuai dengan jamannya, bisa memberikan ‘aura magis’ bagi yang memang mengerti dan peduli. Karena jika seseorang justru tidak suka dengan aura bangunan lama (maunya serba modern), mereka tidak akan tertarik apalagi hanya sekedar duduk2, sedikit menikmati suasana nyaman disana.

Aku dan mba Sabrina, duduk mengapit gampar perempuan China peranakan, dengan kain2 sulam China peranakan, yang disusun menggantung di sala satu sisi dinding, sebagai hiasan …..

 

 

Beberapa asesoris yang menghiasi restoran ini. Lukisan2 dan foto2 lawas, helm pakaian selam (entah apa maksudnya), jam2 kuno yang tidak berfungsi lagi dan ….. coba lihat, kosep desain yang cantik! Berada dalam 1 garis lurus, kusen2 pintu kayu yang tanpa daun pintu, dengan ukiran Jawa diatasnya ….

Aku tidak tahu, apakah ukiran ini sudah ada sejak jaman bangunan Ini dibuat. Tetapi ketika aku menengadah dan melihat sevara detail lewat focus di kamera, ternyata ukiran kayu khas Jepara ini, di beri sedikit warna keemasan, disebut prada. Cantik sekali!

***

Ketika kami menunggu makanan datang, aku sempatkan berjalan2 di teras restoran tersebut. Dan ketika aku keluar ke teras, ternyata teras tersebut tertutup kaca. Dimana justru dengan konsep ‘teras berkaca’ itu lah yang menjadikan suasana yang berbeda sama sekali, dibandingkan dengan ko sep bangunan tua Belanda dan interior peranakan Jawa-China.

Apa yang terlihat dari foto diatas? Lingkungan apa yang diterjemahkan lewat konsep desain ini?

Berbeda dengan konsep2 yang sudah di lakukan untuk membangun restoran “Ikan Bakar Cianjur”, yaitu resto dan makanan khas Jawa Barat, tetapi berada di bangunan Kota Tua ala Belanda dengan interior desain khas Jawa. Dan yang terakhir, sebuah teras berkaca dengan pohon bamboo dan sekilas furniture nya ala Jepang …….

Ada yang salah? Tidak!

Untuk sebuah desain, sama sekali tidak ada yang salah. Jika kita ingin membangun sesuatu, dengan desain sesuai denan selera, sah-sah saja. Sepanjang si empunya senang dan demikian juga dengan konsumen. Dengan konsep desain campur aduk (Eropa, Jawa, Jepang) , termasuk makanannya (Sunda), sepanjang konsumen tetap mengapresiasinya dengan baik, semuanya sah saja ……

***

Desain adalah sesuatu yang absurd. Tidak bisa dinilai secara logis. Seseorang berkata “Ini bagus dan ini jelek”, belum tentu orang lain berkata sama. Bahkan bisa sebaliknya. Selain dsain adalah sangat subyektif, hasil dari sebuah desain pun mampu membuat masyarakat disekitarnya puas.

Dan sejauh semua orang masing2 mampu mengapresiasinya, hasilnya adalah sebuah karya nyata bagi sesama …..

Salam dari Kota Tua, Semarang …..

By Christie Damayanti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun