Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kompasianers di Pameranku dan Sedikit Cerita tentang Daniel

19 November 2015   15:32 Diperbarui: 19 November 2015   15:32 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

By Christie Damayanti

Kompasianer junior, anak2 mba Indah Noing …..

 

Ada yang ‘tertinggal’, dari pameranku …..

Kompasiana adalah blog nitizen yang membawaku menjadi aku yang sekarang ini. Awalnya adalah MENULIS, dimana untukku menulis adalah untuk terapi otakkku karena terserang stroke. Dari awal aku menulis mulai 12 November 2010, tiba2 seseorang inbox aku dan meminta aku untuk berbicara di depan 300 orang guru2 Bahasa Indonesia seluruh Jakarta dan pameran perdana ku tentang filateli kreatif, di TMII. Aku hanya tidak bisa membayangkan, jika waktu itu aku ngotot tidak mau (karena waktu itu bicaraku masih susah dan aku pun masik memakai kursi roda), tidak ada Christie yang sekarang …..

Kompasiana pun aku undang untuk menghadiri pameran tunggal ku yang ke-7 ini. Beberapa ada yang datang, bahkan ada seorang kompasianer baru, mba Ade Naomi, yang datang dari Makasar dan memang berencana untuk bertemu denganku.

Bahkan, di hari Selasa (hari ke-2 pameranku), aku menggelar acara “Bincang2 bersama Kompasiana”, dengan nara sumber mas Iskandar Zulkarnaen bersama dengan aku, berbagi tentang menulis dan menulis surat.

Lihat tulisanku 

Bincang-Bincang dengan Kompasiana di Hari Kedua Pameranku

 

Pada pembukaan, ada mba Novitha dan mas Riza Gessner. Hari Selasanya ada mas Iskandar Zulkarnaen, mba Dennise dan mba Ade. Sebelumnya ada pak Dian Kelana dan Chirul Huda. Ada juga Valentino, yang selalu menemani dan membantuku. Dan hari Sabtu, ada mba Indah Noing (serta 3 anaknya) dan mba Dwi Klarasari.

KOMPASIANERS

Cerita tentang hari Selasa, sudah aku tuliskan di artikelku di link di atas. Sekarang, aku ingin bercerita tentang anak2 mba Indah Noing, yang luar biasa, Daniel …..

Sedikit pagi, sekitar jam 10.30 mba Indah Noing dan mba Dwi Klarasari datang beserta anak2 mba Indah. Daniel, Vicky dan Bocil. Anak2 yang luar biasa! Mereka selaku datang di pameran2ku.

Lihat tulisanku Siapa Bilang Anak-Anak Tidak Tertarik Prangko?

Anak2 mba Indah, tertama Daniel, terlihat sangat tertarik dengan alternative hobi keren ini, mengumpulkan prangko. Bahkan, ketika mereka datang ke pembukaan 2 pameranku pada bulan Septermber 2014 dan November 2014 lalu, dan aku memberikan album prangko dan prangko2 bekas, hari Sabtu di Central Park pun, mereka membawanya!

Daniel dan adik2nya membuka album2 prangko yang lama, dan terlihat sudah cukup penuh prangko di dalamnya. Mereka memang menatanya belum teratur, tetapi aku tidak mau mengubahnya dulu. Biarlah mereka menatanya sesuai dengan keinginannya dulu. Mereka masih duduk di kelas SD, biarkan mereka mengekspresikan dirinya sesuai dengan keinginannya ……

 

Daniel serius untuk memperlihatkan prangko2nya, yang sudah disusun dengan keinginannya sendiri. Dia terlihat sangat bangga, mempertontonkan koleksinya kepadaku ……

“Daniel, tante bangga kepadamu, nak …..”

Anak2 mba Indah, terutama Daniel, kelihatannya sudah mulai ‘masuk’ di dunia filateli. Sewaktu hari Sabtu itu, beberapa kemasan prangko bekas yang disiapkan oleh mama ku, pun banyak di belinya. Harga nya tidak mahal hanya beberapa ribu rupiah. Bahkan sepeking prangko bekas, hanya diargai 500 Rupiah, Daniel pun membelinya memakai uang jajannya.

 

Daniel dengan mba Dwi serta mba Indah, sedang melihat2 pameranku, sementara adik2nya berjalan2 sendiri, keliling dijajaran panel2 koleksiku …..

Sebenarnya, aku tidak mau menjual prangko2 bekas tersebut. Bahkan aku memberikannya kepada Daniel. Tetapi Daniel memaksanya, menyerahkan uang beberapa ribu untuk perangko2 itu. Kupikir, tidak ada salahnya dia belajar menghargai uang. Dan juga pasti ada kebanggaan tersendiri, ketika dia memakai uang jajannya sendiri untuk membeli sesuatu yang dia sukai dan dia inginkan …..

 

Daniel, dengan bangga berdiskusi denganku tentang prangko. Dia membeli beberapa prangko bekas, minta membayar, dan bangga dengan penggunaan ang jajannya membeli prangko …..

Mba Indah Noing, mba Dwi Klarasari dan anak2 mba Indah

***

Konsep edukasi tentang Filateli Kreatif yang aku lakukan, perlahan sudah menjurus lebih baik. Dari awal sejak tahun 2012, 2014 dan tahun 2015 ini, semakin nyata bahwa cara meng-edukasi masyarakat terutama anak2 dan remaja, memang harus mempunyai ‘sense of belonging’.

Untuk apa?

Ketika kita tidak peduli tentang sesuatu, kita tidak akan mungkin menyukai sesuatu tersebut, bukan? Tetapi ketika kita menyukai sesuatu, apalagi ingin memilikinya, kita pasti akan terus berusaha untuk mendapatkannya.

Begitu juga prangko dan benda2 filateli. Mungkin, bagi banyak orang, prangko adalah ‘sampah’. Tidak berharga sama sekali. Bahkan jika melihat prangko, mereka akan membuangnya ke tempat sampah, karena dianggap ‘menuh2in tempat’. Tetapi bagi kami kaum filatelis, sekeping prangko lecek dan kummel, itu adalah barang berharga. Bahkan tidak terlinai. Sekeping prangko, yang tiba2 tertiup angin, dan melayang jauh dari tempat duduk ku, walau aku susah berjalan, aku akan berusaha mendapatkannya kembali ……

Begitu juga bagi Daniel. Aku mengamati sebuah momen2 berharga untukku. Dimana ketika dia membeli beberapa keeping prangko bekas. Mengeluarkan koin 1000an dan 500an untuk memberikan padaku (membeli), dan waktu aku berkata,

“Daniel, ini untukmu aja ya” ……

Daniel tetap membayar. Matanya bangga dengan keputusannya. Dan aku yakin, dia akan merawat prangko2 koleksinya, apalagi yang dibelinya dari uang jajannya.

“Selamat, Daniel sayang ….. kamu sudah memiliki hati seorang filatelis, yang memperlakukan walau sekeping prangko pun, kamu akan menyanginya. Semoga kelak, kamu akan menjadi filatelis handal” …..

Sekali lagi, mungkin menurut banyak orang ini terlalu lebay. Karena bisa saja Daniel hanya sekedar hobi masa kecil, seperti kebanyakan orang. Tetapi, tidak salah jika kita (orang tua dan praktisi filatelis), bisa merangkulnya. Memberikan fasilitas dan informasi untuknya. Dan tidak lelah kuta mendukungnya. Dan aku yakin, suatu saat Daniel benar2 akan enjadi salah satu filatelis Indonesia yang dapat melakukan yang terbaik dan berkarya untuk Indonesia …..

Tetapi, adakah yang mau merangkulnya?

Aku? AKU SANGAT MAU ……

“Daniel, silahkan hubungi tante ya, jika kamu membutuhkan prangko atau berdiskusi denganku tentang prangko. Tante tunggu, ya …..”

Salam Filateli ……

 

Sebelumnya :

‘Akhir dari Segalanya’ dan Tunggu Aku Tahun Depan …..

Perempuan, Filateli dan Sekilas Pengunjung [Parade Foto]

“Orang-Orang Hebat” itu Mengunjungi Pameranku …..

‘Pengunjung Eksklusif’ di Pameranku

Direktur vs Dunia Prangko

Anak-Anak adalah Inspirasiku, Anak-Anak adalah Motivatorku

Aku dan 3 Orang Dokter Muda

Kakek Teddy itu Berumur 88 Tahun …..

“Surat itu Apa, Tante?”, Tanya Mereka

Bincang-Bincang dengan Kompasiana di Hari Kedua Pameranku

Anak-anak dan Dirjen Kementerian Kominfo di “Gallery of Animals”

Persiapan “Gallery of Animals” di Lokasi Hanya 5,5 Jam saja!

Undangan untuk Semua Sahabat

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun