Pagi dan siang, dan setiap hari di kegiatan pameran2ku, selalu dipenuhi oleh banyak orang dan teman2. Awalnya mereka pasti hanya melewati saja, dan beberapa mereka tertarik untuk mendekati panel. Dan saat itu juga aku berjalan merambat perlahan untuk sekedar menyapa mereka.
Awalnya akan hanya berbasa basi. Suka prangko? Hobi menulis surat? Dan sebagainya seputar itu. Tetapi ketika aku meyani mereka dengan hati tulus dan memang sangat mengedukasi masyarakat, mungkin mereka melihat ketulusan hatiku, sehingga mereka pun tergerak untuk ‘curhat’ tentang hobi2 jadul, yang menurut mereka memang terbengkelai setelah dewasa …..
Â
Dari ngobrol2 di deretan 114 panel pameranku, kami menjadi teman bahkan sahabat. Mereka senang dengan pelayananku, dan aku ajak ke mejaku. Meminta mereka untuk mengisi buku tamuku. Juga karena aku susah untuk diajak berdiri terlalu lama, jadi sekalian mengistirahatkan kakiku yang lumpuh.
Dari situlah, berlanjut. Beberapa dari mereka datang lagi keesokan harinya, bahkan membawa teman2nya. Kami memulai persahabatan baru lewat filateli. Menyenangkan sekali …… membuat mata hatiku semakin terbuka tentang sebuah persahabatan karena ‘haus’ akan informasi dan keinginan untuk melakukan yang terbaik bagi sesama …..
Â
Makan siang, aku harus bawa dari rumah. Mengapa? Karena aku susah untuk berjalan. Dan jika aku makan, siapa yang jaga pameran? Padahal justru waktu makan sianglah yang terbanyak dari waktu2 pameran. Eh ….. ada juga deh, masa2 pulang kantor sampai malam, adalah waktu2 tersibuk! Membuat aku untuk pipis pun sulit ….. hihihi ….
Oya, aku ditemani oleh Andyka, seorang anak dari teman mainku, Vivi. Dia seumur Dennis anakku, 19 tahun dan dia sangat hormat padaku dan melayaniku. Tugasnya adalah mem-foto semua orang yang datang di pameranku dan membawa buku tamu ku, walau tidak banyak yang mu menulis di buku tamuku.
Sering juga aku minta bantuan Andyka untuk menggandengku mendapatkan tamu2 yang serius di panel2 materi pameranku. Karena lama2 aku sangat cape sehingga kakiku sedikit susah untuk melangkah ….. walau aku sangat capai, sungguh, aku senang dan bahagia lho …..
Di hari ke-2 itu, memang banyak undangan khusus untuk talk-show bersama dengan Kompasiana. Jam 2an, pak Dian Kelana datang. Waaaaa …. Beliau dengan wajahnya yang selalu teduh, membuat aku selalu tenang, seperti mengingatkan dengan papaku. Beliau pasti langsung memelukku, menyapa dengan sayang. Pak Dian Kelana memang salah satu sahabat Kompasiana terbaikku, sejak awal mula aku menulis disana.