Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Paris yang Mendung dalam Romantisme

3 Agustus 2015   11:54 Diperbarui: 3 Agustus 2015   12:19 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

 

Sebelumnya :

Romantisme tentang Paris, Tumbuh dan Berkembang Lewat ‘Jardin Notre-Dame’

Paris? Romantis? Ah …..

Kenyang makan yang lezat di Jardin Notre-Dame, seperti semua wisatawan seluruh dunia, Paris identik dengan Eiffel Tower. Begitu juga anak2ku. Naik ke puncak Eiffel Tower sudah menjadi angan2 mereka, sehingga jadilah kami berjalan kaki ke arah Eiffel Tower.

Jarak dari Notre-Dame ke Eiffel Tower adalah ujung2an, entah ujung utara-selatan atau ujung timur-barat. Pokoknya ujung2an, dan jaraknya juga lumayan jauh, beberapa kilometer. Tetapi selama perjalanan itu, sebagian besar obyek wisata Paris ya ... sepanjang Sungai Sein, seperti Notre-Dame Cathrdral, Le Leuvre Musee, Le Grand Palais (yang sangat terkenal). Juga pemandangan indah nan romantis sepanjang Sein, akan menselamur cape, pasti! Dan aku juga sering menjalaninya, sehingga aku yakin anak2ku akan menikmatinya.

www.parisdigest.com

Kami dari ujung Notre-Dame (Jardin Café), menuju Eiffel Tower. Kami berada di sisi Le Louvre Musee (berseberangan dengan Eiffel Paris), dengan tempat2 wisata terkenal …..

Romantisme Paris dalam hati kami sedang mekar2nya. Sepanjang jalan, kami bertiga tertawa2. Kadang2 kami berhenti untuk menikmati romantisme Paris. Atau masuk ke toko souvenir. Anak2 sangat excited dengan barang2 yang mereka suka. Kaos (Paris) trend, jaket, dan gantungan kunci, itu yang selalu mereka minta tiap masuk ke toko souvenir. Dan selama tidak terlalu mahal, aku belikan untuk mereka.

Paris yang mendung .....

Tiba2 cuaca berubah. Dari langit biru siang tadi, berubah menjadi langit kelabu. Angin dingin berhembus, membuat aku cukup kedinginan. Suasana Paris memang semakin romantis, tidak ada duanya. Sebelum hujan turun, kami tetap berjalan menuju Eiffel Tower. Kami tetap tertawa2 bahagia, Dennis tetap memotret dengan DLSR nya, obyek yang disukainya. Michelle dengan keingintahuannya yang tinggi, banyak bertanya2 tentang apapun, sekalian curhat melihat cowo2 muda Paris yang flamboyan, cool dan memang keren. Hahaha ..... aku dan Michelle malah mengincar cowo2 muda keren di sepanjang perjalanan kami. Bahkan aku ajarkan Michelle memotret candid lewat hp nya, di zoom kalau perlu, hihihi ..... dan Michelle melakukannya, walau masih malu2. Dan Dennis sampai geleng2 kepala melihat aku dan Michelle ......

 

Paris yang mendung …..

Mendung semakin tebal dan 'shower' atau gerimis sangat lembut sudah turun. Tetapi romantisme Paris semakin terasa, sampai kami harus meneduh di sebuah cafe kecil, beberapa gedung sebelum Le Louvre Musee, karena gerimis semakin lebat.

Cukup kecewa karena kami harus berteduh disana sebelum sampai ke Eiffel Tower. Kami sempat memesan masing2 secangkir coklat panas untuk anak2ku dan secangjir teh susu, minuman kesukaanku. Anak2 terlihat kecewa, tetapi mereka menselimurkan perasaan kecewa mereka dengan bercanda, melihat2 foto yang sudah kami abadikan, serta ber-angan2 jika sudah berada di puncak Eiffel Tower.

Aku?

Aku justru memblow-up perasaan romantisme ku tentang Paris. Walau hujan semakin deras, tetapi masih ada saja orang2 yang berseliweran, memakai mantel hitam, coklat atau abu2, dan memakai payung. Kadang sendiri, kadang berdua atau berpasangan. Sepertinya mereka warga Paris, warga eksekutif dengan baju2nya yang formal. Bukan wisatawan, yang biasanya memakani baju2 santai atau jaket warna warni.

Kami memang menyusuri Sein bukan di dasar kanal, selevel dengan air sungai yang bisa kapanpun menyetop 'taxi air' Paris. Lihat tulisanku Sepanjang Sungai Sein yang Romantis .....

Mengapa?

Karena memang aku susah untul menyusurinya disana, karena permukaan jalannya banyak undak2annya. Padahal aku memakai kursi roda. Kasihan juga jika Dennis bolak balik mengqngkat kursi rodaku. Sehingga, kami menyusurinya di atas kanal, pun di sisi jalan, bukan di sisi sungai.

Mengapa juga?

Karena ketika aku melihat suasana Paris yang mendung, kami akan kesulitan untuk mencari tempat berteduh. 

Suasana di kanal Sein, sejajar dengan sungai. Tidak ada tepat berteduh dan susah untuk naik-turun, karena ber-undak2 serta banyak sekali ramp (di desain, benar2 mengikuti kontur Paris). Cukup berat untuk kursi rodaku …..

Jika aku sehat dan bisa berjalan normal, aku tidak akan mengajak anak2 menyusuri Sein di sisi jalan, karena Sein tidak terlihat romantis. Tetapi jujur, justru aku waktu itu bisa menikmati Paris dari sisi yang lain. Melihat cowo2 Paris yang keren (karena dulu, aku full melihat Paris sebagai kota wisatanya), berbelanja di Sein dan menikmati cafe kecil yang romantis ini.

Aku juga membayangkan, dimana aku belum pernah menikmati Paris bersama orang2 yang aku cintai. Pertama tahun 1991, dengan keluarga, orang tua dan adik2ku, tidak ada sisi romantisnya sama sekali. Kedua dan ketiga tahun 2000 dan 2006, aku datang sendiri sebulan penuh, tugas pekerjaan.

Walau sisi2 romantisme Paris hanya aku sendiri yang merasakan, aku tetap tidak bisa menikmatinya secara fisik bersandar di dada bidang seseorang yang mencintaiku, atau bergandengan tangan, selfie, dengan latar belakang Paris yang romantis. Dan sekarang ini, justru aku menjadi guide dan tumpuan bagi anak2ku.

 

Sepanjang Sungai Sein yang mendung ….. & "jembatan cinta", dgn gembok2 bagi yang berpasangan, di gantungka di jembatan ini

Hahaha ... aku sepertinya memang 'ditakdirkan' untul tidak hidup dalam romantisme semu ..... dan ‘romantisme’ku adalah menjadi tumpuan hidup bagi anak2ku .....

Anganku buyar ketika anak2ku mulai mengeluh 'kapan hujan berhenti'. Aku pun tidak tahu kapan hujan akan berhenti. Tetapi, setelah kami membayar, hujan pun tiba2 berhenti.

Oya, sejak permasahanku tentang cash Euro dan kartu kredit Indonesia yang belum di lengkapi dengan PIN transaksi (lihat tulisanku Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya ….. ), aku sudah tidak terlalu was was lagi, karena di Paris tidak / belum memperhatikan apakah konsumen punya PIN transaksi atau menandatangani nya. Tetapi tetap saja aku kehabisan cash Euro. Hanya tinggal sekitar 150 Euro saja, karena taxi di Paris banyak yang tidak bisa (atau tidak mau) melayani konsumen dengan kartu kredit, dan harus membayar dengan cash Euro.

Walau masih gerimis 'shower', kami melanjutkan perjalanan. Pedestrian cukup becek, di beberapa titik, air menggenang walau hanya sesaat dan air mengalir. Anakku sedikit 'bekerja' lebih keras untuk mendorong kursi rodaku, karena air. Suasana Paris sehabis hujan, sungguh sangat amat romantis .....

Aku tersenuym membayangkan ada seseorang yang bisa menjadi tumpuan harapanku, bisa menjadi tempat aku menyenderkan kepalaku jika aku cape. Tetapi, lagi2 anganku buyar ketika Michelle terus bertanya2 tentang apapun, sambil tertawa2 diganggu kakaknya. Ah ...... 

***
Ketika kami melewati Le Louvre Musee, hujan terun lagi, sehingga kami berlari dan mendorong kursi rodaku masuk ke lingkungan Le Louvre, dan mrnjadi tempat untuk berteduh. Lumayan, walau tidak bisa menikmati museum ini dan tidak bisa ber-selfi dengan 'piramid kaca'nya, kami bisa berteduh dan mencoba mengeksplore bangunan utamanya, tempat kami berteduh.

 

Le Louvre Musee, dengan ke-romantis-an nya …..

Cukup lama kami berteduh disana dan mambuat kami bosan dan medinginan. Romantisme Paris benar2 buyar, termasuk di hatiku!

"Kacau jika Paris benar2 terus hujan selama kami disana, tidak akan banyak tempat wisata yang bisa kita lihat dan datangi”, pikirku.

Tetapi aku benar2 bisa melihat dan (hanya) merasakan Paris yang romantic, benar2 romantis! Dengan latar belakang langit mendung kelabu, membuat orang2 memakai baju hitam putih colkat atau abu2 beserta payungnya, sangat menggetarkan hatiku, entah mengapa …..

Paris yang mendung dan hujan dalam romantisme, setuju kah? Dan Paris yang mendung dan hujan yang tidak bisa di eksplore ….. pilih mana?

Sempat foto dalam gerimis …..

Catatan :

Sebagian foto2 kami, aku jadikan kartupos, untuk mengabadikan ‘Paris yang mendung’, dan bisa kirim kepada teman2ku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun