Tiba2 cuaca berubah. Dari langit biru siang tadi, berubah menjadi langit kelabu. Angin dingin berhembus, membuat aku cukup kedinginan. Suasana Paris memang semakin romantis, tidak ada duanya. Sebelum hujan turun, kami tetap berjalan menuju Eiffel Tower. Kami tetap tertawa2 bahagia, Dennis tetap memotret dengan DLSR nya, obyek yang disukainya. Michelle dengan keingintahuannya yang tinggi, banyak bertanya2 tentang apapun, sekalian curhat melihat cowo2 muda Paris yang flamboyan, cool dan memang keren. Hahaha ..... aku dan Michelle malah mengincar cowo2 muda keren di sepanjang perjalanan kami. Bahkan aku ajarkan Michelle memotret candid lewat hp nya, di zoom kalau perlu, hihihi ..... dan Michelle melakukannya, walau masih malu2. Dan Dennis sampai geleng2 kepala melihat aku dan Michelle ......
Â
Mendung semakin tebal dan 'shower' atau gerimis sangat lembut sudah turun. Tetapi romantisme Paris semakin terasa, sampai kami harus meneduh di sebuah cafe kecil, beberapa gedung sebelum Le Louvre Musee, karena gerimis semakin lebat.
Cukup kecewa karena kami harus berteduh disana sebelum sampai ke Eiffel Tower. Kami sempat memesan masing2 secangkir coklat panas untuk anak2ku dan secangjir teh susu, minuman kesukaanku. Anak2 terlihat kecewa, tetapi mereka menselimurkan perasaan kecewa mereka dengan bercanda, melihat2 foto yang sudah kami abadikan, serta ber-angan2 jika sudah berada di puncak Eiffel Tower.
Aku?
Aku justru memblow-up perasaan romantisme ku tentang Paris. Walau hujan semakin deras, tetapi masih ada saja orang2 yang berseliweran, memakai mantel hitam, coklat atau abu2, dan memakai payung. Kadang sendiri, kadang berdua atau berpasangan. Sepertinya mereka warga Paris, warga eksekutif dengan baju2nya yang formal. Bukan wisatawan, yang biasanya memakani baju2 santai atau jaket warna warni.
Kami memang menyusuri Sein bukan di dasar kanal, selevel dengan air sungai yang bisa kapanpun menyetop 'taxi air' Paris. Lihat tulisanku Sepanjang Sungai Sein yang Romantis .....
Mengapa?
Karena memang aku susah untul menyusurinya disana, karena permukaan jalannya banyak undak2annya. Padahal aku memakai kursi roda. Kasihan juga jika Dennis bolak balik mengqngkat kursi rodaku. Sehingga, kami menyusurinya di atas kanal, pun di sisi jalan, bukan di sisi sungai.
Mengapa juga?
Karena ketika aku melihat suasana Paris yang mendung, kami akan kesulitan untuk mencari tempat berteduh.Â
Suasana di kanal Sein, sejajar dengan sungai. Tidak ada tepat berteduh dan susah untuk naik-turun, karena ber-undak2 serta banyak sekali ramp (di desain, benar2 mengikuti kontur Paris). Cukup berat untuk kursi rodaku …..