Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Paris? Romantis? Ah …..

30 Juli 2015   12:14 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:28 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

 

 www.bioshock.wikia.com

 

Siapa yang tidak tahu kota Paris? Walau belum pernah kesana, aku yakin sekali semua orang tahu nama kota Paris, kota impian dunia dan salah satu kota ter-romantis di dunia.

Ini adalah kali ke-4 aku ke Paris. Pertama kali tahun 1991, berwisata dengan orang tua dan adik2ku, sewaktu aku masih kuliah. Kedua dan ketiga, tahun 2000 dan 2006, untuk tugas pekerjaan cukup lama aku tinggal di Paris. Dan terakhir tahun 2014, berwisata dengan 2 anakku.

Pagi itu, kami sudah berada di Paris, menumpang pesawat dari Zurich. Dan kami di antar oleh seorang tukang taxi berkebangsaan Morocco, yang sudah tinggal di Paris belasan tahun. Seorang anak muda yang mengembara dari satu negara ke negara lain demi melanjutkan hidup, yang kayanya keluarganya hidup miskin di Morocco.

Ternyata hotel kami di Paris sangat tidak sesuai dengan yang kami bayangkan. Sekitar 45 menit dari kota Paris, sebuah hotel transit, karena di Paris sangat penuh dengan wisatawan (peak season). Dengan harga yang aku minta, tidak ada 1 hotel pun di Paris yang punya kamar kosong, bahkan hotel2 sejelas bintang 5 pun semua penuh. 

Aku memang sudah merencanakan semuanya sejak aku menabung dari 4 tahun lalu, untuk berwisata keliling Eropa Barat dalam 7 negara. Perhitunganku mulai dari tiket pesawat, taxi atau transportasi lainnya, akomodasi dan makan untuk kebutuhan primer. Yang kedua adalah untuk kebutuhan secondary, adalah untuk tour kemanapun, karena menang aku tidak mau ikut tour dari Indonesia, karena aku tidak mampu dalam keterbatasanku. Juga memang aku ingin berjalan2 sendiri tanpa ikatan waktu. Dan sisanya untuk bersenang2 serta berbelanja terbatas, termasuk membeli oleh2. 

Untuk akomodasi, aku minta di booking kan di hotel2 maksimal bintang 3, dengan alasan toh hotel hanya untuk tidur saja. Pagi sampai malam pasti berjalan2. Lebih bagus kalau hotel melati, tetapi bukan hotel untuk back-packer. Hotel back-packer, adalah bukan hotel, tetapi hostel, dalam 1 ruangan untuk 10 atau 20 orang ( lain ) dan toilet nya berada di luar ruangan. Memang cocok untuk orang2 ‘avonturir’, bukan untuk kami ….

Karena setelah aku sering berwisata ke luar negeri sejak kecil, hotel melati pun disana sudah cukup bagus, dan justru 'tersembunyi' di deretan toko, yang membuat kami bisa gampang untuk mengakses apapun di kota. Dan untuk hotel maksimal bintang 3 yang aku inginkan, range harganya antara 100 - 200 Euro / malam. Yang artinya lagi, aku harus mengeluarkan sekitar 1.500.000 - 3.000.000 Rupiah / malam untuk wisata kali ini.

Karena kami hanya bertiga, harga itu cukup murah karena 1 kamar untuk 3 orang (selalu ada ranjang untuk 3 orang, sudah dipesan dari Indonesia). Jadi, 1 orang hanya mengeluarkan sekitar 500.000 - 1.000.000 Rupiah / malam untuk akomodasi, di Eropa.

Fasilitas hotel bintang tiga memang standard di seluruh dunia. Yang penting adalah harus termasuk makan pagi, karena agak susah untul makan pagi, jika kami harus ikut tour ke kota lain, bahkan ke luar negeri, yang terdekat seperti ke Belgia dan ke Liechtenstein.

Selama di Eropa, hotel di Amsterdam lah yang terbaik. Dengan 200 Euro / malam dan makan paginya luar biasa enak dan lengkap, kami sangat menikmatinya selama 5 hari kami di Amsterdam. Dan kami bisa mengakses berjalan2 kemanapun tanpa taxi, karena hotel kami berada di lokasi wisata, walau wisata "red district", District Wellen, hihihi .....

Lihat tulisanku 'Red Light District', Wisata Prostitusi di Amsterdam: Hahaha... Anak-Anakku Cepat Belajar dari Lingkunganya.

Di Zurich adalah hotel yang kamar kami terbesar dan sangat nyaman. Memang tanpa AC (itu pun masih cukup kedinginan di malam hari), dan tanpa makan pagi, dengan membayar hanya 100 Euro, kami pun cukup puas dengan pelayanan hotel tersebut. Dan untuk makan pagi, ternyata banyak cafe kecil di sekitar hotel, dan kami sudah mempunyai langganan makan pagi di Cafe Migros. Dan pencapaian nya pun ke Central Tour, cukup hanya berjalan kaki saja, tidak perlu naik taxi atau kereta MRT ..... 

Dan di Paris, ternyata prediksi hotel kami sangat jauh meleset. Hotel nya sendiri cukup besar bintang 3. Kyare Hotel, sebuah hotel transit. Tetapi hotel itu terletak di lingkungan perkabtoran dan sepi serta tidak ada makanan, kecuali dari hotel itu sendiri. Semalam 125 Euro, dan kamarnya sangat kecil. Dengan 3 koper besar dan 3 koper kecil, membuat kami tidak bisa "bergerak" untuk sekedar membuka koper mengambil baju kami ... apalagi untuk membereskannya ......

Mengapa aku menginginkan hotel di tempat ramai? Karena untuk mengirit biaya taxi. Aku pun berpikir bahwa dengan kursi roda, agak sulit untuk naik turun ke MRT yang pastinya berada di bawah tanah. Kasihan anak2ku yang harus bolak balik angkat kursi rodaku, walau MRT relatif murah.

Aahhh ...... sudahlah. Mau diapakan lagi? Bukan tidak mau membayar lebih banyak, tetapi hotel bintang 5 di kota Paris pun penuh! Sudahlah. Cukup dengan kekecewaan kami tentang hotel. Sekarang saatnya untuk bersenang2 .....

***
Setelah cek-in hotel dan membereskan segala sesuatunya, kami turun me lobby hotel untuk mrmpelajari peta. Tanya2 dengan receptionist hotel yang ramah, walau sebagian besar dari mereka tidak bisa bahasa Inggris. Kalaupun ada yang bisa, bahasa Inggris mereka sangat "berat" dan kami susah untuk menangkap maksudnya. 

Setelah yakin dengan tempat kami, kami mencari makan pagi di cafe2 kecil yang cukup jauh dari hotel kami. Makanan Vietnam, berlanjut kami langsung ke Paris. Tujuan kami adalah menyurusi sungai Sein, seperti yang aku selalu lakukan jika ke Paris. Tetapi bukan menyusuri di kanal bawah, karena permukaan jalannya bertangga2 sehingga susah untuk kursi roda. Kami menyusurinya di atas kanal, di sisi jalan kendaraan, tetapi masih bisa melihat sungai Sein.

Lihat tulisanku Sepanjang Sungai Seine yang Romantis .....

Taxi dari hotel atau dari cafe tempat makan siang kami cukup mahal. Sekitar 23 Euro, 350.000 Rupiah untuk sekali jalan, yang memakan waktu 25 menit jika tidak macet! Astaga ... sepertinya wisata di Paris kali ini sangat "berat", tidak sesuai dengan yang aku bayangkan .....

Ditambah, banyak taxi yang tidak melayani pembayaran dengan martu kredit. Sementara uang cash ku sungguh sangat terbatas ..... lihat tulisanku tentang ini ( Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya …..), sejak di Zurich ..... jadilah aku sering bersitegang dengan pengemudi taxi, eyel-eyelan tentang rencana pembayaran. Pengemudi taxi nya pun banyak yang "aneh". Ngomel2 dalam bahasa Perancis, untung kami tidak mengerti. Lalu ada juga yang merokok. Dan ketika aku tegor, dia marah dalam bahasa Perancis, tanpa peduli dengan kami, sebagai wisatawan asing ……

Paris ….. oooo Paris ….. sayang sekali, tidak se-romantis yang aku dan anak2ku inginkan, seperti waktu lalu ……

Sebelumnya, dari Swiss :

 Apa yang Menarik dari Souvenir Liechtenstein?

Selamat Datang di Liechtenstein ….. ‘Prince Franz Josef II’, Kami Datang …..

[Galeri Foto] Heidi, Nyatakah?

[Galeri Foto] Menuju ‘Heidiland’, Impian Masa Kecilku

Cerita Cinta tentang ‘Kebun 1000 Mawar’

Ketika 1000 Mawar Menghampiriku …..

Menuju ke ‘Perut Bumi’ : Terowong di Swiss

Hari Terakhir di Swiss, Menuju ke Liechtenstein …..

‘Zurich Hauptbahnhof’ : Stasiun Kereta Tersibuk di Dunia

‘Kesombongan’ Mereka Itu Membuat Aku Terkesima …..

Melihat Kehidupan di Kota-Kota Kecil dan Desa-Desa Swiss

Pesona dan Keindahan Danau Luzern [Vierwaldstättersee]

‘Luzern, Swiss ‘ : Kota Kecil Berpotensi Besar

Belanja Jam dan Coklat di ‘Shopping Street’ Grendelstrasse, Schwanenplatz, Luzern

[Engelberg] ‘Kota Malaikat’ : Salah Satu Kota Tercantik di Dunia yang tidak ter-‘Blow Up’

Tidak Bisa Bermain Salju di Titlis karena Hujan? Berfoto Saja, Yuuukkk …..

‘Glacier Cave’ : Cerita Gua Es dan Mimpi

Sensasi Makan Siang di Puncak Gunung Titlis, dan Harganya?? Wooww …..

Keindahan Salju di Titlis, Berbalut dengan ‘Kengerian’ …..

Menuju Puncak Titlis [ 2.238 Meter dari Permukaan Laut ] dengan ‘Cable Car’

Dari Alpnachstad, Menuju Puncak ‘Mount Pilatus’ …..

Pemandangan Swiss, Cantik? Indonesia juga! Tetapi …..

Jangan Pernah Berkata “Mahal” Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri …..

“Sendiri” di Limmatstrasse Garden, Zurich City

Inspirasi dari ‘Zurich City’ untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya

‘Zurich City’ : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya

‘Zurich Lake’ : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup

Indahnya ‘Zurich Lake’ [ Zurichsee ] …..

Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia

Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss

Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat

Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya …..

Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun