Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Paris? Romantis? Ah …..

30 Juli 2015   12:14 Diperbarui: 11 Agustus 2015   23:28 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena kami hanya bertiga, harga itu cukup murah karena 1 kamar untuk 3 orang (selalu ada ranjang untuk 3 orang, sudah dipesan dari Indonesia). Jadi, 1 orang hanya mengeluarkan sekitar 500.000 - 1.000.000 Rupiah / malam untuk akomodasi, di Eropa.

Fasilitas hotel bintang tiga memang standard di seluruh dunia. Yang penting adalah harus termasuk makan pagi, karena agak susah untul makan pagi, jika kami harus ikut tour ke kota lain, bahkan ke luar negeri, yang terdekat seperti ke Belgia dan ke Liechtenstein.

Selama di Eropa, hotel di Amsterdam lah yang terbaik. Dengan 200 Euro / malam dan makan paginya luar biasa enak dan lengkap, kami sangat menikmatinya selama 5 hari kami di Amsterdam. Dan kami bisa mengakses berjalan2 kemanapun tanpa taxi, karena hotel kami berada di lokasi wisata, walau wisata "red district", District Wellen, hihihi .....

Lihat tulisanku 'Red Light District', Wisata Prostitusi di Amsterdam: Hahaha... Anak-Anakku Cepat Belajar dari Lingkunganya.

Di Zurich adalah hotel yang kamar kami terbesar dan sangat nyaman. Memang tanpa AC (itu pun masih cukup kedinginan di malam hari), dan tanpa makan pagi, dengan membayar hanya 100 Euro, kami pun cukup puas dengan pelayanan hotel tersebut. Dan untuk makan pagi, ternyata banyak cafe kecil di sekitar hotel, dan kami sudah mempunyai langganan makan pagi di Cafe Migros. Dan pencapaian nya pun ke Central Tour, cukup hanya berjalan kaki saja, tidak perlu naik taxi atau kereta MRT ..... 

Dan di Paris, ternyata prediksi hotel kami sangat jauh meleset. Hotel nya sendiri cukup besar bintang 3. Kyare Hotel, sebuah hotel transit. Tetapi hotel itu terletak di lingkungan perkabtoran dan sepi serta tidak ada makanan, kecuali dari hotel itu sendiri. Semalam 125 Euro, dan kamarnya sangat kecil. Dengan 3 koper besar dan 3 koper kecil, membuat kami tidak bisa "bergerak" untuk sekedar membuka koper mengambil baju kami ... apalagi untuk membereskannya ......

Mengapa aku menginginkan hotel di tempat ramai? Karena untuk mengirit biaya taxi. Aku pun berpikir bahwa dengan kursi roda, agak sulit untuk naik turun ke MRT yang pastinya berada di bawah tanah. Kasihan anak2ku yang harus bolak balik angkat kursi rodaku, walau MRT relatif murah.

Aahhh ...... sudahlah. Mau diapakan lagi? Bukan tidak mau membayar lebih banyak, tetapi hotel bintang 5 di kota Paris pun penuh! Sudahlah. Cukup dengan kekecewaan kami tentang hotel. Sekarang saatnya untuk bersenang2 .....

***
Setelah cek-in hotel dan membereskan segala sesuatunya, kami turun me lobby hotel untuk mrmpelajari peta. Tanya2 dengan receptionist hotel yang ramah, walau sebagian besar dari mereka tidak bisa bahasa Inggris. Kalaupun ada yang bisa, bahasa Inggris mereka sangat "berat" dan kami susah untuk menangkap maksudnya. 

Setelah yakin dengan tempat kami, kami mencari makan pagi di cafe2 kecil yang cukup jauh dari hotel kami. Makanan Vietnam, berlanjut kami langsung ke Paris. Tujuan kami adalah menyurusi sungai Sein, seperti yang aku selalu lakukan jika ke Paris. Tetapi bukan menyusuri di kanal bawah, karena permukaan jalannya bertangga2 sehingga susah untuk kursi roda. Kami menyusurinya di atas kanal, di sisi jalan kendaraan, tetapi masih bisa melihat sungai Sein.

Lihat tulisanku Sepanjang Sungai Seine yang Romantis .....

Taxi dari hotel atau dari cafe tempat makan siang kami cukup mahal. Sekitar 23 Euro, 350.000 Rupiah untuk sekali jalan, yang memakan waktu 25 menit jika tidak macet! Astaga ... sepertinya wisata di Paris kali ini sangat "berat", tidak sesuai dengan yang aku bayangkan .....

Ditambah, banyak taxi yang tidak melayani pembayaran dengan martu kredit. Sementara uang cash ku sungguh sangat terbatas ..... lihat tulisanku tentang ini ( Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya …..), sejak di Zurich ..... jadilah aku sering bersitegang dengan pengemudi taxi, eyel-eyelan tentang rencana pembayaran. Pengemudi taxi nya pun banyak yang "aneh". Ngomel2 dalam bahasa Perancis, untung kami tidak mengerti. Lalu ada juga yang merokok. Dan ketika aku tegor, dia marah dalam bahasa Perancis, tanpa peduli dengan kami, sebagai wisatawan asing ……

Paris ….. oooo Paris ….. sayang sekali, tidak se-romantis yang aku dan anak2ku inginkan, seperti waktu lalu ……

Sebelumnya, dari Swiss :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun