Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[Galeri foto] Menuju “Heidiland”, Impian Masa Kecilku …..

27 Juli 2015   14:05 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:45 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan semakin mengecil sampai permukaan jalan hanya bebatuan. Pohon2 semakin merapat sampai seperti hutan dan kami semakin terpana, tidak tahu endingnya sampai dimana. Dan warna hijau pepohonan dan rerumputan pun, semakin pekat karena pepohonan benar2 menutupi sinar matahari dari langit ......

 

 

Tetapi semakin tiba kesana, lama kelamaan pepohonan merenggang kembali, dan sinar matahari berpendar lagi. Jalanan di aspal lagi dan tiba2 kami disuguhkan sebuah pemandangan mimpi2ku. Rumah cantik yang digunakan sebagai cafe mungil ditengah2 hijau dan pegunungan Alpen! Dengan suasana has Swiss dan desain café canti dan payung2 diluar, jika mau kongkow diluar.

‘Heididorf’, itu nama café cantik itu …..

Ini tempat pemberhentian terakhir sebelum sampai ke rumah Heidi. Dan itu kesana kita harus mendaki gunung dan tidak ada fasilitas kursi roda / disabled, untuk menjaga keaslian alam, lingkungan dan cerita nya. Jadilah, aku harus 'ditinggal' di cafe mungil itu, sementara anak2ku dan teman2 wisatawan di bus kami, berjalan kaki mendaki gunung menuju rumah Heidi.

Ah ..... sebenarnya sungguh aku kecewa. Tetapi ketika aku memang tidak mampu melakukannya, kekecewaanku terobati. Apalagi aku berhasil membawa anak2ku untuk 'menyelami' dunia masa kecilku, cerita Heidi. Aku menunggu mereka kerumah Heidi, berjalan kaki mendagi gunung. Dan aku disuguhkan kenyamanan cafe cantik terpencil dikaki pegunungan Alpen.

Pemandangan alam yang sungguh cantik semakin mengobati kekecewaanku. 'Mata lapar' ku, aku puas2kan untuk melohat dan mengabadikan sebanyak2nya. Decak kagum ku tidak berhenti. Dan bersama secangkir 'chamomile tea' khas di pegunungan, aku menikmati pemandangan alam yang sangat cantik sambil menyeruput hangatnya teh ku .... Aaahhh …… sangat nikmat ……

 

 Pemandangan hijau khas Swiss dengan latar belakang langit biru serta pegunungan Alpen yang luar biasa indah!

Karena 1 jam mereka ke rumah Heidi, lama kelamaan aku merasa bosan karena tidak ada orang yang bisa menemaniku. Di semua meja bahkan pelayan café itu, sibuk. Lalu aku mulai berkeliling melihat2 café mungil itu. Suasana café cantik itu memang romantic. Sekelebat, muncul rasa kesepian dalam diriku, ketika aku hanya sendirian di sebuah café cantik di kaki pegunungan Alpen …… aahhh …..

Ketika aku berhasil membawa mimpi masa kecilku ke alam nyata tahun 2014 lalu untuk ‘bertemu’ dengan tokoh idola jaman dulu di rumah dan desa Heidi, aku hanya bisa sekedar duduk sendiri di café cantik, sesaat pemberhentian terakhir menuju mimpiku. Tetapi ketia aku segera sadar bahwa semuanya  sudah diberikan oleh Tuhan untukku, seketika iku mengucap tu juga aku mengucap syukur yang tak terhingga, bahwa mimpi2ku berhasil aku wujudkan dengan perkenan Tuhan, walau dengan keadaanku yang serba terbatas ……

Terima kasih Tuhan Yesus ……

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun