Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Kisah Pohon Kurma yang ‘Merana’ di Jakarta [Barisan Foto]  

13 Juli 2015   11:53 Diperbarui: 13 Juli 2015   11:53 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

  

Melanjutkan 'gerakan hijau'ku sejak beberapa tahun lalu lewat tulisan-tulisanku dan minggu lalu lewat pameran filateli kreatif ( lihat tulisanku Ketika Pameranku Dihadiri oleh 2 Kementerian RI dan PT Pos Indonesia dan Diwartakan oleh DAAI TV ) terutama untuk Jakarta, tiap hari aku mengamati lingkungan Jakarta. Bukan hanya tentang penghijauannya saja, tetapi lebih kepada apa yang aku bisa perbuat untuk kota tercintaku .....

Banyak hal yang ingin aku ungkapkan. Perlahan, aku akan menuliskannya semua. Aku melihatnya lewat kacamataku sebagai warga Jakarta, arsitek, urban planner dan kepedulianku untuk Jakarta yang lebih baik bagi kita semua, ‘rumah’ bagi warga Jakarta.

Ketika aku berada di jalur rutin dari rumah ke kantor dan sebaliknya ( Tebet – Grogol, dengan beberapa alternative jalan), itu saja sudah banyak pengamatanku. Dimana semakin lama justru bukan semakin baik, tetapi semakin buruk. Sangat menyedihkan, ketika Pemda Jakarta sedang gencar untuk membuat Jakarta lebih baik, tetapi hasilnya tidak ada di maintain yang seharusnya! Sehingga apa yang sudah ada, dan sudah dibangun dengan susah payah, tetapi sekarang 'merana' .....

Salah satunya adalah pohon-pohon yang baru ditanam oleh Pemda Jakarta, untuk menambah O2 (oksigen) lewat hijau daun. Walau pohon-pohon ini belum membuat lahan Jakarta untuk penyerapan lebih banyak, tetapi setidaknya Pemda sangat sadar tentang pertambahan kebutuhan O2 di Jakarta yang semakin berlipat ganda.

Beberapa titik di Jakarta, ditanam pepohonan cantik dan besar walau tidak berada di lahan tanah, tetapi di pedestrian. Di dalam pot atau sedikit tanah yang memang untuk pohon. Diantaranya berada di depan penakanan umum Menteng Pulo, trmpat papa ku beristirahat dalam damai .....

Pemda memberikan ruang terbuka yang cukup cantik HANYA di depan TPU Menteng Pulo, BUKAN di dalamnya. Entahlah, mengapa TPU Menteng Pulo atau TPU - TPU lainnya tidak diremajakan ( lihat tulisanku Boleh kan, Jika TPU Menjadi Program Rencana 30% RTH Jakarta? ). Tetapi, sudahlah ..... aku hanya berharap yang terbaik untuk Jakarta. 

"Lobby" atau ruang penerima TPU sepanjang itu di jadikan jalan terbuka untuk pedestrian. Dengan permukaan  lantai yang halus dan cukup cantik. Di titik-titik tertentu per-beberapa meter, ditanami pohon Kurma. Karena pohon ini memang cantik dan akarnya adalah akar serabut sehingga tidak merusak beton. Akar serabut memang "bersahabat" dan pohon-pohon jenis palma memang cantik dengan daun-daun yang panjang.

 
 “Cerita” si pohon kurma yang merana di depan TPU Menteng Pulo di Jakarta, di sisi ke arah Sudirman.

Pohon-pohon itu ditanam sudah cukup besar. Sekitar 2 meter tingginya. Tentunya dengan daun-daun yang sudah "jadi". Ketika baru ditanam dengan kayu-kayu untuk menahan agar pohon tidak miring atau jatuh, pertugan masih cukup rajin untuk menyiram dan merawatnya. Aku senang sekali, ketika aku melihat beberapa petugas menyiraminya dan merawatnya, ketika beberapa pohon sempat miring karena kayu penahan seperti nya tidak kuat.

Tetapi ternyata itu tidak berjalan seterusnya, dan tidak seharusnya. Dan ketika musim panas tahun ini cukup membuat pepohonan itu 'kehausan', pemda seakan menghilang tanpa jejak, tanpa penyiraman dan maintainance yang harus dilakukan untuk pohon-pohon itu tumbuh dan berkembang dengan baik .....

Sejak awal tahun ini beberapa pohon kurma yang sudah tertanam dengan cantik, mulai melayu. Batangnya yang bersisik besar, mulai suram dan tidak bercahaya. Debu-debu mengganas tanpa usapan air. Daun-daunnya mulai rontok tanpa ada yang memotongnya dan membuangnya ..... dan semakin sekarang, pohon-pohon itu terlihat semakin menyedihkan ...... merana ……

 
 

Disisi kea rah Kampung Melayu …. Bahkan di foto terakhir, ada seseorang yang menjual jasatambal ban, dan dia memaku batang pohon kurma untuk menggantung selang ….. semakin merana lah pohon ini ….. menyedihkan …… dan ketika Pemda membiarkan masyarakat seenaknya saja tanpa peduli bahwa “pohon juga mempunyai ‘nyawa’ dan bisa ‘sakit’ dan mati” ……

Lihat tulisanku Dengan ‘Kontainer’ dan Perjuangan, Aku Bawa Samanea Saman ke Jakarta

Aku sengaja menampilkan foto deretan pohon-pohon kurma itu sepanjang TPU Menteng Pulo, di kedua sisi jalan Casablanca, supaya terlihat betapa merana nya ‘mereka’, ditengah Jakarta ( jalan protokol Casablanca ), dimana masyarakatnya tidak banyak yang peduli dengan lingkungannya …… menyedihkan …..

Dalam dunia konstruksi yang aku geluti sejak tahun 1992 ini, aku tahu bagaimana kita membangun sebuah harapan masa depan. Dari bangunannya, interiornya termasuk tamannya. Ketika semua sudah selesai dan sempurna, ada yang disebut "maintenance". Dalam dunia konstruksi pun demikian. Retensi atau pembayaran terakhir para kontraktor setelah 100% selesai, adalah untuk masa-masa maintenance selama setidaknya 1 tahun, baru 5% sampai 10% pemilik pekerjaan baru melunasinya. Jika dalam masa maintenance itu terdapat kerusakan atau tidak sesuai dengan janjia nya atau kontraktor 'kabur' dan malas me-maintenance, dana masa retensi itu untuk memperbaiki yang rusak, karena si pemilik pekerjaan ingin hasilnya 100% sempurna sesuai dengan janji si kontaktor.

Begitu juga untuk taman atau tanaman yang disertakan oleh pemilik pekerjaan untuk di desain dan dikerjakan oleh konsultan dan kontraktor. Jika bangunan adalah benda mati, tidak demikian dengan taman dan seisinya. Tanaman bisa hidup dan tumbuh subur, atau mati jika memang tidak dirawat atau 'salah tanam'.

Setelah retensi dibayarkan, si pemilik pekerjaan harus terus merawatnya dengan lebih intensif dibandingkan untuk merawat bangunan itu sendiri. Tiap hari harus disiram, tergantung dengan jenis pepohonannya. Jika si pemilik pekerjaan tidak bisa nerawatnya secara pribadi, dia bisa meminta jasa sebuah perusahaan yang bergerak dalam perawatan taman. Dan itulah yang aku lakukan, ketika semua mega proyekkudi Jakarta, mempunyai taman cantik dan tumbuh subur dan segar ... menyegarkan di titik-titik di Jakarta dengan O2 nya dari hijau daun .....

Itulah yang seharusnya Pemda lakukan. Ketika pepohonan dan lingkungan sekitar sudah tercipta dengan baik dan cantik, bagaimana dengan pemeliharaannya? Sangat disayangkan jika kita membuang uang untuk menciptakan sesuatu tetapi tidak memeliharanya. Buang-buang uang saja .....

Ataukan Pemda sudah melakukan itu tetapi "oknum" lah yang memboikotnya? Tetapi toh seharusnya ada laporan kepada Pemda untuk pemeliharaan semua pepohonan di Jakarta. Apakah memang tidak ada laporan, atau kah laporannya "baik-baik" saja?

***
Untuk memelihara Jakarta memang mengharuskan masyarakat saling membantu. Warga Jakarta harus saling peduli dengan lingkungannya masing-masing. Lini pemerintahan dari ujung atas ke ujung bawah, harus bersatu padu untuk melayani warga Jakarta, dan masyarakat pun terus saling peduli. BUKAN hanya saling menyalahkan dan mencari kambing hitam. Karena jika itu terjadi, semakin amburadul lah Jakarta ......

Ketika lingkungan Jakarta sudah semakin rusak, tidak usah menunggu pemerintah, kita harus berbuat untuk Jakarta. Bagaimana caranya, kita bisa melakukannya lewat cara apapun. Kepedulian kita untuk lingkungan kita, akan berdampak untuk Jakarta. Dan selanjutnya, akan berdampak untuk bumi kita …..

MARI SELAMATKAN BUMI ……

Sebelumnya :

Percayakah Bahwa Suatu Saat, Manusia Menjadi ‘Santapan’ Hewan?

Ketika Pameranku Dihadiri oleh 2 Kementerian RI dan PT Pos Indonesia dan Diwartakan oleh DAAI TV

“HIJAU Jakartaku, HIJAU Indonesiaku, juga Bumiku dalam Filateli Kreatif”

Gerakan “Hijau” dari Seorang Ibu

‘Remeh Temeh’ tentang Kebutuhan Air

Bisakah Bumi Diperbaharui?

Permintaan Manusia untuk Kebutuhan Hewani? ‘Lebay’ dan Ga Masuk Akal!

Mengapa Nyamuk “Menyerang” Manusia?

Wisata Alam ‘Hutan Mangrove’, Pantai Indah Kapuk, Jakarta

Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Gaya Hidup

Cicak Itu Makan Nasi? So What?

Mewujudkan ‘Ruang Hijau Pribadi’ Jakarta, Mungkinkah?

Pemanasan Global Bumi, Perubahan Pola Hidup dan Sisi Pantai, Penyakit, sampai RTH untuk Jakarta

Adakah yang Peduli, Jika Penurunan Muka Tanah Jakarta Setinggi 6,6 Meter Tahun 2030?

Menuju Jakarta 30% RTH [Dari yang Sekarang 11% Saja], Mungkinkah?

Boleh kan, Jika TPU Menjadi Program Rencana 30% RTH Jakarta?

Taman Kota : Bagi Kesehatan Warga Dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun