Â
By Christie Damayanti
Â
Sebelumnya :
Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Gaya Hidup
Cicak Itu Makan Nasi? So What?
***
Hutan Mangrove. Aku sangat tertarik ketika Jakarta mulai mengembangkan pelebaran hutan mangrove, di Pantai Indah Kapuk. PIK juga mengembangkan hutan mangrove ini sebagai Taman Wisata Alam (TWA) Hutan Magrove Angke, Kapuk. Lokasinya berada di ujung kompleks perumahan Pantai Indah Kapuk, di belakang Tzu Chi.
Fungsi hutan mangrove memang sangat beragam, bisa dlihat di link artikel2ku diatas. Dan TWA ini merupakan alternative untuk kita menikmati kesegaran alam bakau Jakarta.
Menempati lahan seluas 99,82 hektar, dimana 40% merupakan hutan mangrove ( yang sudah ada /sudah jadi ataupun area penanaman mangrove ), membuat TWA ini menjadi tempat cantik, dengan penginapan2 alamnya, wisata naik kapal atau wisata menanam pohon bakau.
Berkeliling TWA ini memang sangat menyenangkan. Kita diajak melihat2 alam hutan bakau / mangrove, dengan segala permasalahannya. Mulai masuk dan membayar tiket masuk, lalu berkeliling sampai ujung, sampai kursi rodaku tidak bisa melewatinya, merupakan wisata alam yang cantik, bagi yang menyukai wisata lingkungan.
Hutan bakau atau hutan mangrove adalah tanaman bakau dalam lingkungan ekosistim tertentu yang hidup di air payau dan dipengaruhi oleh air pasang surut laut. Hutan mangrove ini akan menyimpan ‘tenaga’ untuk membentengi daratan lumpur tempat hidupnya dari gelombang air laut.
Ekosistim nya sangat khas. Jarang ada tumbuhan lain hidup dalam hutan bakau, karena adanya pelumpuran. Dan kebanyakan tanaman disana sudah melewati proses adaptasi dan evolusi (Wikipedia).
Suasana di hutan mangrove PIK memang nyaman. Pohon2 trembesi sepanjang jalan setapak, menjuntai membuat gapura2 sepanjang jalan. Oya, TWA ini hanya untuk pejalan kaki. Kendaraan harus diparkir di tempat parkir. Dan permukaan jalan setapak itu menggunakan con-block yang bagus sebagai ‘jalan resapan’. Con-block cukup padat, tetapi tidak di semn membentuk beton. Sehingga air hujan masih bisa menyeruak tanah, sehingga terserap tanah.
Â
Dengan gapura pepohonan itu lah yang membuat berjalan2 disiang bolong minggu pagi beberapa minggu lalu itu tidak terasa panas …..Â
***Ini salah satu bukti bahwa hijau nya pepohonan mampu menyerap ‘panas’, dan membuat kita merasa nyaman, walau di siang bolong dengan matahari memancarkan full sinarnya …..
Â
Dan selain kita berjalan di jalan setapak, mereka juga mennyediakan jmbatan2 untuk memasuki hutan bakau yang sebenarnya. Jembatan2 tersebut dibuat dari kayu, bamboo dan tali2, untuk memudahkan wisatawan berjalan2 diantara tanaman2 bakau tersebut.
Di tiap2 bagian atau area, mempunyai fungsi sendiri2. Ada sekedar tanaman2 bakau yang sudah ‘tua’ dan berfungsi sebagaimana mestinya, atau juga ada yang merupakan pembibitan.
Â
Â
Hutan mangrove yang sungguh asri, bergandengan dengan kehidupan ekosistem yang baik, untuk keberlangsungan makhluk hidup secara lebih luas …..
Memang, Jakarta terlambat menyadarinya untuk peduli lingkungan dan pelestarian hutan mangrove. Tetapi kata ‘terlambat’ harus kita kejar. Kita memang harus berkejaran dengan waktu untuk penyelamatan bumi. Sehingga, hutan mangrove harus berusaha lebih cepat untuk tumbuh.
Bagaimana caranya?
Salah satunya adalah dengan pembibitan dan langsung disemaikan kedalam hutan.
Cara pembinitan itu memang mampu ‘mempercepat’ tumbuhnya tanaman bakau. Banyak masyarakat yang ingn tahu, termasuk Michelle, anakku yang masuk ke pembibitan. Aku tidak bisa, karena jembatan2 itu tidak mampu untuk menopang kursi rodaku, dan aku tidak mampu berjalan di antara bambu2 yang bergoyang2 …..
Konsep hutan mangrove sendiri, adalah sebagai ‘benteng pertahanan’ daratan pulau, sebagai ‘Green Belt’. Apalagi jika berada di tengah2 laut dan beresiko tsunami. Dimana menurut referensi yang aku baca, di Indonesia sekitar 28 wilayah negara kita, rawan terkena tsunami, karena Indonesia adalah negara kepulauan.
Dan pada kenyataannya, hutan bakau di sebagian besar wilayah Indonesia sudah beralih fungsi menjadi tambak dan kebun kelapa sawit, serta alih fungsi yang lain …… menyedihkan …..
*****Â
Jakarta sebenarnya mampu untuk berubah. Kawsan2 seperti ini, mampu untuk mengajak masyarakat melihat dan mempelajari tentang alam. Apalagi alam yang harus dilestarikan, untuk manusia. Dan hutan mangrove akan sangat bisa ‘menyelamatkan’ bumi ini, setidaknya untuk menghindari abrasi dan pengikisan Jakarta ……
 Aku dan Michelle di hutan mangrove …..
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H