By Christie Damayanti
Hari terakhir di Swiss, kami sempatkan tour ke beberapa kota kecil yang justru ingin aku datangi. Rapperswil, Mainfield sampai sebuah negara kecil di perbatasan Swiss dan Austria, Liechtensteins. Negara ini sangat kecil dan aku sudah bermimpi ingin kesana sejak aku mendapatkan surat balasan dari Raja Liechtenstein tahun 1982, ketika aku baru kelas 5 SD.
Mainfield sendiri adalah sebuah kota kecil, dimana secara cerita legenda Swiss, ada seorang anak kecil penggembala kambing, namanya Heidi, yang bisa mengubah sifat dan perilaku kakeknya untuk lebih sabar dan lembut terhadapnya dan kepada tetangga2nya.
Cerita Heidi sudah aku kenal sejak aku dibelikan komik 'Album Cerita Ternama' oleh mamaku sekitar tahun 1970-an, dimana aku sedang belajar meng-eksplore membaca, mencari dunia serta keinginan mendapatkan sebuah 'idola' di luar sana. Sehingga jelas, Heidi menjadi salah satu tokoh idolaku pada waktu itu. Dan aku masih duduk di kelas 1 SD.
***
Seperti biasa, setelah makan pagi kami menuju Central Tour sekitar 2 blok dari hotel kami di Limmatstrasse. Jam 8 kami berjalan kaki kesana, Michelle mendorong kursi rodaku. Pagi itu cukup cerah dengan matahari bersinar tersembul dari pepohonan yang menaungi jalan itu. Langit biru cerah dan beberapa warga lokal sudah bergegas untuk menuju ke pekerjaannya. Beerjalan kaki atau menunggu tram yang melintas di Limmatstrasse.
Aku sudah membeli tiket menuju ke HEIDILAND, dimana akan ada transit di Rapperswil, kota 'dunia mawar', Mainfield lal menuju rumah Heidi, setelah dari Liechtenstein dengan ibukota bernama Vaduz. Mendengar kata 'Vaduz', aku sudah membayangkan kota2 tua, lebih tua dari yang aku bayangkan, dengan warga kota ramah dengan beberapa kastil di atas bukit. Benar kah demikian?
Tiba di Central Tour, hari benar2 masih pagi. Aku sengaja pagi2, karena aku ingin banyak mengamati serta mengobrol dengan petugas2 tour dan supir2 bus nya. Buat apa? Ya ... hanya untuk melengkapi keingintahuan ku tentang banyak hal. Terbukti, aku mendapatkan banyak teman baru yang bersedia untuk aku 'ganggu', jika aku ke Swiss lagi. Mimpi ku memang terus berlanjut .....
Jam 9 pagi menjelang. Kami seluruh rombongan tour ke Heidiland mulai memasuki bus wisata kami. Tour ke Heidiland ini memakan waktu sekita 9 jam, dengan masuk ke negara lain. Dimana kami harus membayar tour per-orang 84 Euro. Berarti untuk 3 orang menjadi 3 x 84 Euro = 252 Euro = sekitar 4 juta lebih, bertiga.
Hmmmmm ...... sebuah 'pengorbanan' untuk mempunyai pengalaman hidup sebanyak2nya, apalagi untuk masa depan anak2ku ..... Tour selama 9 jam dan membayar sebesar itu tanpa makan. Yang dimana makanpu harus siap denan harga2 yang fantastis untuk kami, sebagai warga Indonesia yang terbiasa dengan makanan2 enak dan murah di negeri sendiri .....
Hanya sebertar aku berpikir tentang 'bagaimana membayar hutang kartu kredit', sekejab itu pula aku tersenyum karena aku sudah mempersiapkan segala macam hal sejak beberapa tahu belakangan ini, untuk menuju ke dalam mimpi2ku, ke Eropa bersama dengan anak2ku .....
Sebelum kami naik bus wisata kami, aku sudah siap untuk membeli makan siang kami. Aku tidak mau terjebak dengan makan siang kami seperti di Pucak Titlis dimana aku harus membayar ratusan Euro hanya untuk makan sosis dan kentang serta minum mineral water.
Ada kedai kecil Starbuck di depan Central Tour dan kami membeli beberapa roti dan kue serta minuman ringan untuk makan siang kami. Hmmmmm ...... makanan di Starbuck di Jakarta memang yang terbaik! Dengan makanan enak serta kue2 'rasa import', harga di Starbuck Jakarta mungkin ½ nya dari harga makanan di Starbuck di semua negara, selain indonesia ... hihi ... Tetapi masih lebih baik jika aku harus mengeluarkan ratusan Euro untuk makanan siang kami .....
Seperti biasa juga, kami dipersilahkan duduk di paling depan, langsung di belakang supir karena mereka tahu, aku sangat kesusahan untuk berjalan di lorong bus wisata ini. Apalagi jika bus berjalan, jika ada 'emergency'.
Perjalanan di Zurich ke Rapperswil, kota pertama yang kami akan kunjungi mnuju tempat terjauh, cukup jauh. Dari Zurch menuju ke perbatasan Swiss - Austria memang cukup jauh. Sekitar 3 jam lebih tanpa jeda. Diharapkan jam makan siang berada disana. Untung saja memang kendaraan tidak terlalu macet. Sehingga jam 12 kurang kami sampai ke Rapperswil, kota 'dunia bunga mawar'.
Selama perjalanan, seperti beberapa hari alu selama di Swiss, kami masuk ke banyak terowongan. Karena Swiss memang berada di perbukitan pegunungan Alpen, sehingga pemerntah setempat terus 'menggali gunung' membangun terowongan, karena jika tidak ada terowongan, berarti kita harus berkeliling dan berputar jia menuju tempat diseberang perbukitan atau gunung .....
Cerita tentang terowongan akan aku tuliskan khusus, karena terowongan merupakan desain struktur dan arsitektur yang spesifik sebagai bagian dari bangunan2 cantik untuk 'menolong' manusia, lewat teknologi .....
Sebelumnya :
'Zurich Hauptbahnhof' : Stasiun Kereta Tersibuk di Dunia
'Kesombongan' Mereka Itu Membuat Aku Terkesima .....
Melihat Kehidupan di Kota-Kota Kecil dan Desa-Desa Swiss
Pesona dan Keindahan Danau Luzern [Vierwaldstättersee]
'Luzern, Swiss ' : Kota Kecil Berpotensi Besar
Belanja Jam dan Coklat di 'Shopping Street' Grendelstrasse, Schwanenplatz, Luzern
[Engelberg] 'Kota Malaikat' : Salah Satu Kota Tercantik di Dunia yang tidak ter-'Blow Up'
Tidak Bisa Bermain Salju di Titlis karena Hujan? Berfoto Saja, Yuuukkk .....
'Glacier Cave' : Cerita Gua Es dan Mimpi
Sensasi Makan Siang di Puncak Gunung Titlis, dan Harganya?? Wooww .....
Keindahan Salju di Titlis, Berbalut dengan 'Kengerian' .....
Menuju Puncak Titlis [ 2.238 Meter dari Permukaan Laut ] dengan 'Cable Car'
Dari Alpnachstad, Menuju Puncak 'Mount Pilatus' .....
Pemandangan Swiss, Cantik? Indonesia juga! Tetapi .....
Jangan Pernah Berkata "Mahal" Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri .....
"Sendiri" di Limmatstrasse Garden, Zurich City
Inspirasi dari 'Zurich City' untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya
'Zurich City' : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya
'Zurich Lake' : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup
Indahnya 'Zurich Lake' [ Zurichsee ] .....
Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia
Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss
Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat
Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya .....
Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H