By Christie Damayanti
[caption id="attachment_273435" align="aligncenter" width="586" caption="dtfl.klixdigital.com"][/caption]
Apa kabar Monas dan tamannya? Sebuah icon Jakarta yang seharusnya merupakan kebanggan warga Jakarta. Tetapi pamornya kalah dengan landmark2 di beberapa pojok Jakarta ini, yang memang lebih baru, lebih gres dan lebih menarik ..... Landmark2 Jakarta yang mengikuti jaman dan sering tidak mengindahkan konsep dan ide budaya lokal serta lingkungan .....
Ketika sebuah icon, apalagi icon ibu kota, lambang negara, di 'pagari' dengan pagar2 tinggi, mengakibatkan icon tersebut berkesan 'sombong', angkuh dan arogan. Icon ibu kota yang merupakan kosep penghijauan dan lingkungan, seharusnya merupakan sebuah lingkungan yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Bahwa udara bersih, penghijauan dan lingkungan yag nyaman merupakan hak semua orang, tanpa harus di batasi dan dipagai, apalagi icon ini merupakan titik 'sentral' sebuah kota Jakarta, bertempat persis di tengah2 ibu kota dan mengelilingi Monas.
Cerita ini berawal ketika pagar2 tinggi dipasang sekeliling Taman Monas di suatu saat bbeberapa tahun lalu, sebuah taman yang seharusnya menjadi taman kebanggaan Jakarta dan sebagai tempat bermain bagi warga Jakarta. Taman Monas dengan pepohonan yang cukup rindang  tetapi tidak di desain sedemikian yang membuat Taman Monas tidak tampak 'hidup dan cantik!', membuat Taman Monas ini terlihat nagkuh dan sombong! Seakan2 hanya beberapa gelintir orang yang boleh masuk dan hanya dinikmati oleh orang2 yang benar2 mau dan peduli dengan lingkungan.
[caption id="attachment_273436" align="aligncenter" width="567" caption="space.kunci.or.id"]
Indahnya Taman Monas jika terbuka ( tanpa pagar kokoh dan tinggi ) .....
Aku pernah ke banyak kota, dan ibu kota negara. Di masing2 kota pasti mempunyai icon tertentu, dan yang jelas di kota2 tersebut selalu di desain taman cantik, taman bermain ataupun ruang2 terbuka hijau untuk sekedar daerah peresapan air hujan. Selalu ada! Sebuah taman kota yang cantik dan bisa untuk 'meeting point' ataupun sekedar berjalan2 bagi warga kota, dengan keluarganya serta wisatawan sangat nyaman untuk berjalan2 disana. Bahkan pemda pun memberikan ijin untuk sekedar 'piknik' di taman kota ASALKAN semuanya harus menjaga kebersihan, kemanan dan kenyamanan.
Aku juga pernah mengamati dengan detail dan serius, sebuah taman kota di London, berseberangan dengan icon kota itu, Buckhingham Palace. Taman kota disana, disebut Hyde Park, sebuah taman yang sangat cantik yang benar2 di desain sesuai dengan martabat kota London dengan Buckhingham Palace nya, tempat Ratu Elizabeth dan keluarganya bermukim.
Taman Monas memang berbeda dengan Hyde Park atau taman2 kota di tempat lain. Dan yang jelas, masing taman kota mempunyai konsep dan budaya lokal dikedepankan.
Sebenarnya, tidak susah untuk membuat sebuah taman kota, sebagai icon ibu kota. Yang jelas, tanaman2nya sesuai dengan suhu dan lingkungan, sebagian besar berasal dari negara masing2 ( karena tanaman lokal merupakan tanaman yang terbaik untuk sebuah taman kota ). Begitu juga dengan perawatannya. Harus tidak terlalu susah, walau tetap memakai jasa warga kota untuk merawatnya, seperti periodik sekali untuk menggunting dan memotongnya, serta menyiramnya sesuai dengan waktu2nya.
[caption id="attachment_273437" align="aligncenter" width="450" caption="jakarta.panduanwisata.com"]
[caption id="attachment_273438" align="aligncenter" width="392" caption="news.detik.com"]
Aku memang sudah lama tidak kesana ( sejak aku sakit ini ), sehingga tidak tahu keadaannya sekarang. Tetapi jika tidak berubah, Taman Monas sebenarnya cantik, menarik serta mampu membuat nyaman setelah elihat kemacetan di sekelilingnya.
Dengan jasa memeliharanya, seharusnya Taman Monas akan membuat warga kota mempunyai tempat bermain dan berekreasi yang murah dan cantik bagi keluarganya .....
Pada kenyataannya, jasa pemeliharaan tidak sesuai dengan keinginanku, sebagai warga kota. Sering kita melihat daun2 kering dan rumput, yang tidak dipotong, atau penyiaraman yang hanya sekedarnya. Artinya, springkler2 yang tidak sesuai dengan waktunya, sehingga ada daerah2 mana yabg kering dan justru ada daerah2 yang sangat becek, karena skringkler2 yang tidak diatur.
Kembali dengan Taman Monas. Warga Jakarta menurutku memang sangat 'brutal'. Artinya, mereka memang tidak peduli dengan kebersihan. Jika mereka 'dibiarkan' berkeliling taman kota, serta mereka piknik disana, bakalan semuanya akan kotor dengan sampah2 bertebaran! Itu memang benar sekali!
[caption id="attachment_273441" align="aligncenter" width="450" caption="berita8.com"]
Jika seperti foto diatas, memang seakan2 solusinya adalah dengan menutup akses taman bagi wawrga kota. Jika warga kota ingin masuk, harus melalui 'serangkaian' tata cara untuk menataati peraturan2 disana.
Peraturan2 itu seharusnya juga sudah merupakan KEHARUSAN BAGI SEMUA ORANG untuk menjaga kebersihan, keamanan serta kenyamanan. Edukasi2 bagi warga kota lah yang harus terus dilakukan.
Di tambah dengan pramuwisma yang biasanya bisa tidur dimana2 saja, apalagi di taman. Mereka akan memenuhi taman2 kota. Juga aku pernah melihat taman kota menjadi ajang berpacaran muda mudi dengan tidak senonoh. Duh ..... L
[caption id="attachment_273442" align="aligncenter" width="259" caption="beritajakarta.com"]
[caption id="attachment_273443" align="aligncenter" width="580" caption="kfk.kompas.com"]
Bagaimana warga kota yang terus melanggar peraturan? Bahkan pagar yang kokoh pun bisa dirusak untuk mereka masuk ke Taman Monas .....
Pedagang keliling yang duduk di Taman Monas?? Jika tidak di edukasi, taman ini akan menjadi kotor dengan sampah2 yang bertebaran serta pedagang2 tanpa izin .....
Tidak heran melihat Taman Monas dipagari dengan pagar tinggi dengan kesan angkuh dan sombong!
Ok! Sekarang, mari kita lihat taman2 kota di sekeliling Jakarta. Dimana aku sebelum aku sait stroke ini, aku sering berkeliling dengan anak2ku untuk bermain di beberapa taman kota di Jakarta. Aku sering bermain otopet, atau bermain sepeda serta virgorboard dengan anak2ku di Taman Menteng serta Taman Surapati. Aku beerapa kali bermain di Taman Kelapa Gading serta di Ragunan.
Taman Suropati memang hanya taman kecil, tidak sebnding dengan Taman Monas, begitu juga Taman Menteng. Tetapi aku mengamati kedua taman ini tetap terpelihara dengan baik. Sepertinya pengelola 'keras' dengan wawrga kota yang bisa membuat gaduh disana. Seperti para tunawisma yang tidak pernah terlihat disana, mud mudi yang berpacaran dengan tidak senonoh atau pedagang2 yang tertib berdagang di luar area taman. Sehingga ku dan anak2ku nyaman bermain disana .....
Lalu bagaimana dengan Taman Monas? Memang, Taman Monas tetap terbuka untuk umum. Mereka bisa masuk lewat 1 pintu masuk saja. Tetapi, sunggu, dengan paga2 besar dan tinggi yang terlihat angkuh dan sombong, warga kota merasa segan dan malas untuk masuk kesana! Apalagi, jika ada wisatawan lokal dari luar kota ( apalagi belum pernah ke Jakarta ). Aku sangat yakin, mereka taku untuk masuk dan hanya berdiri di pinggir2 pagar2 tinggi, dan Taman Monas tetap 'angkuh' menjaga martabatnya ......
***
Sebagai warga kota, apalagi sebagai urban planner serta arsitek humanis, aku sangat menyayangkan sebuah icon Taman Kota yang dijaga oleh pagar2 angkuh untuk menjaga martabat taman kota yang bersih dan nyaman. Tetapi taman ini tidak bisa dinikmati oleh warga kota.
Seharusnya, pemda tidak hanya memberi solusi hanya sekedar memagari Taman Monas saja. Taman Monas memang benar kebih bersih tetapi Taman Monas tidak bisa dinikmati warga kota. Menurutku, seharusnya pemda atau siapapun yang me-manage taman ini untuk terus mengedukasi warga kota untuk menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanannya. Serta menambah personil yang bisa mengawasi Taman Monas, berkeliling serta terus memberikan teguran jika warga kota atau pengunjung berbuat yang tidak2.
Solusi seharusnya bisa saling menguntungkan, bukan hanya sekedar memutuskan hubungan interaksi antar warga kota dengan lingkungannya .....
Tulisan berikutnya adalah 'bagaimana membuat Taman Monas mampu membuat warga kota menjalin dan berinteraksi dengan penghijauan dan lingkungannya tanpa kean angkuh dan sombong dalam pagar2 kokoh' .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H