By Christie Damayanti
[caption id="attachment_264669" align="aligncenter" width="533" caption="cookies.web.id"][/caption]
Sebenarnya, siapa sih yang usil selalu memberikan nama dan nomor telpon kita ke orang2 marketing suatu instansi tanpa ijin dari kita? Aku ingat pertama kali aku di telpon untuk bermacam produk, waktu itu produk promo dari sebuah club hotel di Bali untuk aku sekeluarga ( sekarang club ini sudah tutup ). Itu sekitar tahun 1996-an, dan sering sekali telpon2 seperti itu masuk ke aku. Dan terus bertambah lagi sampai sekarang. Bukan tentang club keluarga saja, tetapi banyak sekali promo2, baik lewat SMS atau telpon langsung.
Dulu aku sering bertanya jika ada yang menelponku,
"Dari mana nomor telpon saya ada di mba / mas?"
Dan mereka selalu tidak mau menjawab, sampai aku sama sekali tidak peduli, masa bodo dan tidak mau mengangkat telpon jika tidak ada namanya. Dan aku selalu memberitahukan kepada teman2 baru, bahwa jika memang namanya belum ada di memori telponku, tolong di SMS dulu sebelum menelponnya, jika mau aku mengangkatnya .....
Apalagi ketika suatu ketika aku sedang serius melakukan sesuatu ( dan aku sedang menunggu kabar dari seorang teman lewat telpon kantor dan nomornya memang tidak atau belum ada di memori telponku ) dan ada yang menelpon, segera aku angkat telpon itu. Berharap cemas dengan jawaban temanku, tetapi ketika aku jawab,
"Hallo ....."
Yang menjawab perempuan dan memperkenalkan dari sebuah bank tempat aku menabung, semula aku pikir ada permasalahan apa dengan tabunganku, atau kartu kreditku. Karena memang ada beberapa telpon dari bank yang biasanya menanyakan atau konfirmasi tentang pemakaian kartu kreditku. Jadi aku berharap tidak ada masalah, dengan telpon itu. Setelah basa basi dan menanyakan data diri, dia menyatakan maksudnya untuk menawarkan pinjaman lewat kartu kredit, dengan bunga ringan! Dan memaksa lagi!
Aku memakai kartu kredit itu bukan untuk hutang, tetapi semata2 untuk kemudaan pembayaran dan untuk tiak membawa uang banyak2, apalagi jia ke luar negeri. Aku tidak pernah membeli barang dengan kartu kredit hanya semata2 untuk hutang, apalagi jika tawaran 'marketing' itu adakah untuk mengajukan pinjaman dengan bunga (Â berapapun itu ) yang ringan! Buat apa? Jika aku tidak punya uang, ya tidak membeli apa2 dan tidak berhutang ......
Bayangkan! Ketika aku sedang serius dan tidak ingin 'becanda', ada sebuah 'bank' ( tanda kutip karena aku koq tidak yakin bahwa itu bank tempat aku menabung, dan pada kenyataanya setelah aku konfirmasi setelahnya di nomor resmi bank tersebut, memang bukan bank yang menelponku ), yang mengaku2 dan menawarkan pinjamannya! Dan setelah itu pun tidak ada basa basi lagi, ketika aku mengatakan,
"Aku tidak butuh uang! Terima kasih"
Dan dia mulai denga n jurusnya, merayu sampai memaki .....
Hmmmm, tidak salah, bahwa itu bukan sebuah 'bank', tetapi marketing liar yang mencari mangsa lewat dunia maya ......
Ini beberapa SMS dari marketing2 liar yang menurutku tidak etis dan tidak mempunyai lisensi untuk menawarkan pinjaman ( maaf jika aku salah dengan pernyataan ini ) :
1. Name/Number: +6285287723xxx
Time: 28-02-2013 09:37:46
Content:Â Â "Fasilitas_Pinjaman_Rp20jt-250jt dgn Cicilan Tetap,Perlu 100jt dengan Cicilan Rp.2.916.667. "CashBack_BiayaAdmin,Proses_3Hari.(InfoLengkap) 021996675xxx DESI"
2. Name/Number: +6281335845467
Time: 30-04-2013 01:21:23
Content:Â Â INFO RESMI..!!! TELKOMSEL Poin PENTING/RAHASIA PIN Code: Bx777cf INFO Lengkap: www.halopoin.com
Catatan :
Kalau yang ini, sudah pernah aku tuliskan di Kompasiana. Coba dilihat di Penipuan di Dunia Maya yang Menggelikan!
3. Name/Number: +6285316171xxx
Time: 21-05-2013 10:13:20
Content:Â Â PT. BFI Finance Tbk. Pinjaman : 50 Juta S/D 5 Milyar. Jaminan : BPKB Mobil/Truk. Proses cair cepat, Bisa Take Over. KET. HUB : AGUS 081214776xxx - 081381747xxx
Diatas contoh 3 buah SMS menyebalkan untukku. Yang berwarna merah ada unsur penipuan dan aku selalu melaporakannya :
Ada beberapa cara untuk pelaporan situs seperti ini
1.      Laporkan ke Nawala.org dengan link http://nawala.org/form-pengaduan
2.      Kirimkan email ke aduankonten@mail.kominfo.go.id ( sertakan link / tautan situs yang dimaksud )
3.      Telepon darurat ke 110 ( pengganti no lama 112, sama sperti 911 di USA )
4.      Layanan SMS Polri, kirim ke 1717
5. Mentions di twitter @TMCPoldaMetro  dan @DIVHUMASPOLRI kalau terlanjur ketipu
Tetapi yang berwarna biru, mungkin benar2 menawarkan pinjaman walau perlu mencari tahu dulu bagaimana2 nya, karena menurutku untuk meminjam sampai ratusan juta tidak hanya lewat SMS dan hanya sekedar sambil lalu saja .....
Masalannya sekarang, jika orang yang benar2 'kepepet' dan butuh uang cash dan menelpon dari SMS ini, iya jika memang bisa membantu, bagaimana jika mereka hanya mengiming2 sesuatu untuk akhirnya justru hutangnya bertambah banyak? Siapakah mereka yang menjadi marketing liar ini? Apakah mereka benar2 sesuai dengan pendidikannya sebagai 'konsultan keuangan' atau paling tidak, seorang marketing? Atau mereka hanya anak muda yang iseng sebagai 'marketing liar' yang hanya mendapatkan sekedar komisi jika berhasil menggaet konsumen? Dan tidak ada pertanggung-jawabnya?
Sampai sekarang pun, setiap aku ingin tahu setiap yang menelponku, dari mana tahu nomor dan namaku, mereka tidak pernah mau menjawab. Jika dari referensi teman, masa' sebanyak itu ( tiap hari bisa sampai belasan SMS dan telpon )? Jika SMS jarang yang memakai namaku, tetapi jika telpon, mereka tahu namaku! Artinya, mungkin mereka sudah sekedar survey atau justru memang sudah tahu tujuannya untukku.
Apakah kita sebagai pengguna telpon, tidak mempunyai 'privasi' untuk tidak menerima SMS atau telpon2 yang mengganggu? Bagaimana dengan pertanggung-jawaban dari provider telpon atau 'instansi' jika memang ada indikasi dari data sebuah 'instansi'?
Bahkan, ada sebuah nomor telpon, yang sudah aku amati, nomornya selalu sama dan selaku menawarkan kredit pinjaman lunak atau berhutang lagi jika tagihan kartu kreditku diatas 2 juta. Menyebalkan sekali! Aku memang tidak akan mengangkatnya lagi setelah pengamatanku, tetapi sangat mengganggu ketika telponku dipakai untuk me-marketing-i sebuah pinjaman atau kiriman2 'hadiah2' fiksi yang tidak jelas ......
***
Aku tidak habis pikir, bagaimana mereka bisa menemukan data-data kita yang seharusnya sangat privasi. Kelihatanya ada indikasi bahwa perdagangan "DATA" memang benar-benar ada. Bisa jadi oknum bank memperdagangkan data nasabahnya dengan nilai tertentu, begitu juga tidak tertutup kemungkinan oknum pegawai  dimana kita bekerja melakukan hal yang sama.
Kalau sudah begini, bisa saja saja sebut seperti pekerjaan "mafia". Jelas mereka ada, tetapi untouchable alias tidak tersentuh. Aku bisa yakin, pengaduan penyalahguaan privasi seperti ini sudah ada, tetapi mungkin dianggap angin lalu. Ya! Situs atau website memang ditutup seperti kasus yang aku laporkan, tetapi apakah penindakannya ada?
Masih hangat di ingatan kita, ketika terjadi kasus "perampokan" pulsa tahun lalu. Ketika itu ada pelapor yang diintimidasi oleh oknum sehingga takut untuk melanjutkan kasusnya. Seolah-olah mereka ini bisa sesuka hati menindas para pengguna telpon seluler.
Sedih memang, karena kasus serupa bukannya berkurang tetapi  semakin meraja lela saja. Terlebih lagi permasalahan data dan privasi kita, tidak kunjung dilindungi sesuai hukum yang berlaku, malah seolah-olah dianggap hal biasa.
Jadi, apa benar data kita di perdagangkan?
Sebuah fenomena dunia maya yang menyebalkan ......
Catatan :
Contoh penawaran yang benar : http://www.bfi.co.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H