Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Pak Amon, Bapak Tidak Sendiri!" Sebuah Kesaksian.....

10 Februari 2014   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:59 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar jam 11.00 siang hari Sabtunya 8 Februari 2014, aku dijemput. Hujan deras dan suasana tidak bersahabat. Agak dingin,  tetapi hatiku hangat dalam pelukan Tuhan Yesus. Ya, ketika aku ingin melakukan yang terbaik untuk orang lain, walaupun hanya sekedar tersenyum hatiku selalu hangat, ceria dan bahagia, walaupun suasana di lingkunganku sangat tidak bersahabat, seperti cuaca yang benar2 buruk, Sabtu kemarin .....

Aku meninggalkan mamaku sendiri karena kedua anakku sibuk dengan tugas2 belajarnya dan supirku bersama Michelle. Tetapi aku tahu, ada yang harus 'dikorbankan', ketika kita berani untuk melakukan yang terbaik dalam Tuhan. Mamaku sendiri di rumah dengan cuaca yang buruk, hujan lebat, gelap dan dingin. Aku sangat yakin, Tuhan menjaga mamaku. Rumah itu dibentengi oleh Tentara Malaikat Tuhan .....

Dari Tebet ke Lenteng Agung sebenarnya tidak terlalu jauh. Tetapi dengan hujan lebat dan banyak air tergenang di beberapa titik ruas jalan, membuat kemacetan yang cukup panjang. Sehingga baru jam 12.30 kami tiba di lokasi. Sebuah rumah dan keluarga yang nyaman, yang aku yakin sebenarnya pak Amon bisa 'bangkit' dalam penyebuhannya sebagai insan pasca stroke.

Melangkah masuk rumah, aku berjalan perlahan sambil terus tersenyum. Pak Amon duduk di ruang keluarga. Sendiri dengan ditemani TV. Kata bu Simanjuntak, pak Amon memakai napkin dewasa, karena beliau sama sekali ( atau belum ) tidak bisa berjalan. Beliau bergerak memakai kursi roda, tetapi jika tidak ada orang di rumahnya, beliau hanya duduk di kursi itu sendiri .....

Aku menghampiri pak Amon. Wajahnya memang 'keras', khas etnis Batak. Terlihat 'marah' kepada sesuatu dan matanya menyorot tajam kearahku. Sedikit aku bergetar tetapi aku tetap tersenyum dan tidak lama beliau tersenyum juga ke arahku dan sorot matanya melembut. Dan karena aku memang cerewet, walau belum sampai ketempat beliau duduk, aku pun sudah memberi salam,

"Hallo, saya Christie" .....

Aku menyalami pak Amon dengan angel membimbingku. Aku duduk nyaman di sisi pak Amon dan tersenyum. Hanya tersenyum dan hatiku seperti memeluknya. Mulai berbicara ringan. Cerita tentang masing, dan pak Amon mulai terbuka. Dengan ditemani bu Simanjuntak serta Angel, kami berinteraksi dan sharing tentang awal stroke, pengobatan, kegiatan sehari2 atau rencana masa depan. Tidak lupa juga, aku selalu memberikan buku2ku sebagai hadiah untuk mereka dan untuk dibaca, bahwa AKU SAMA DENGAN MEREKA! Insan pasca stroke yang cacat, dan dalam keterbatasan!

Memang, pak Amon agak susah berbicara. Bukan, bukan susah berbecara seperti aku, tetapi matanya masih menyootkan 'sesuatu' yang tidak jelas atau hatinya masih sedikit 'membatu', sehingga sepertinya apa yang kami tanyakan atau apa yang kami inginkan beliau menjawab, pak Amon sama sekali tidak menjawab, walau berkali2 kami bertanya. Dan itu yang dilakukan selama 2 tahun ini jika ada yang bertanya ......

Aku sedikit mengamati fisik pak Amon. Sepertiku, walau beliau lumpuh tubuh sebelah kiri ( aku sebelah kanan ), terlihat tangan kirinya membengkok, seperti aku JIKA AKU TIDAK MENGGERAK2ANNYA SEBAGAI TERAPI! Itu yang kami butuhka dalam terapi. Tetapi karena pak Amon tidam kamu diterapi, sehingga wujud nyata tangan kirinya semakin bengkok dan sedikit mengecil. Dan sambil tersenyum, aku mengambil tangan kirinya, mengusap2nya dengan kasih Tuhan, mulai 'menerapinya' sesuai yang diajarkan oleh pak Seman, terapist ku. Semakin lama sambil bercerita dan terus tersenyum, tanan kirinya semakin lembut, dari awalnya yang sangat kaku dan 'keras' .....

Aku tetap bercerita, dan banyak bertanya ( maklum, aku memang cerewet sekali ). Aku tetap mengamati fisik pak Amon dan memperhatikan raut wajah beliau. Kaki kirinya memang agak mengecil. Bahkan tangan kirinya belum mau diluruskan, sampai aku pulang. Tetapi tetap ada kemajuan, ketika hati pak Amon semakin lama semakin terbuka. Telapak tangan kirinya menjadi ringan dan semakin tidak kaku lagi, walau harus terus di terapi. Hati beliau yang sudah sedikit tenang, terpancar dari wajah beliau yang semakin lebar tersenyum, bahkan Angel yang sering meminta papanya untuk menunjukan gigi ompongnya, pak Amon membalasnya sambil bercanda ...... Puji Tuhan!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun