By Christie Damayanti
[caption id="attachment_298738" align="aligncenter" width="601" caption="www.wikihow.com"][/caption]
Sebelumnya :
Hidup Tanpa Myoma: Kuncinya adalah Doa dan Keseimbangan
Hamil Kedua dengan Kesakitan yang Lebih Mencengkeram .....
Semuanya Dimungkinkan: Aku Hamil dengan Tumor Besar
'Myoma' Itu Merebut Makanan Untuk Janinku .....
Aku seakan terus melayang. Tubuhku sakit semua, bengkak2 di tangan dan kakiku serta perut yang terus mengeras dan menegang, seperti aku tidak mampu berbuat apa2. Jika aku mau 'melepaskan' semuanya, dan aku mulai menggerakkan tubuhku, perutku pasi mengeras dan aku akan mengerang lagi .... jika aku berdiam diri, pun aku tidak dapat tidur karena nyeri dan sakit di sekucur tubuhku .....
Sungguh, aku tidak tahu lagi apa yang akan aku lakukan. Menangis? Sudah tidak ada air mata. Menangis bukan karena aku sedih, tetapi lebih karena kesakitan. Jika aku kesakitan, aku sudah tidak bisa menangis lagi. Aku hanya berteriak2 sampai suarauku parau dan kedua tanganku mencengkeram dengan berpegangan pada railing tempat tidurku.
Setiap hari orang tuaku datang, dengan membawa Dennis. Mereka terus mendukungku, membelai2ku dan bercerita untukku supaya pikiranku terlepas dari beban kesakitanku. Jika tumor itu tidak sedang menggangguku, aku bisa tertawa lepas. Bercanda dengan Dennis kecil dan tertawa2 dengan orang tuaku atau sahabat2ku jika menjengukku. Tetapi jika tumor itu sedang menggangguku, aku akan 'bersembunyi' di dalam tempurungku, dan bergumul dengan sakitku .....
Walau aku kepayahan dalam kesakitanku, tetapi yang jelas aku sangat antusias dalam menyambut anakku yang kedua, yang kata Dr Eriyono adalah bayi perempuan. Aku ingin hidup! AKU INGIN HIDUP! Aku tidak akan menyerah! AKU TIDAK AKAN MENYERAH !!!
Tetapi ternyata tubuhku tidak tahan dengan gangguan2 tumorku. Tubuhku bengkak tidak karuan karena tidak mampu menerima obat lagi. Sehingga ketika kandunganku berumur 7 bulan dan berat badan bayi perempuanku sudah diatas 1,5 kg, Dr Eriyono mempertimbangkan untuk membedahku dengan Operasi Caesar. Walau dengan banyak resiko, salah satunya antara aku sebagai ibunya dan bayiku resikonya adalah 50% - 50%. Artinya, aku atau anakku akan bisa hidup setelah operasi, 'fifty - fifty' ..... Astaga, ya Tuhanku ......... Jadi, aku kemungkinannya akan mati 50%? Begitu juga bayiku, resikonya akan mati 50% ??? Begitukah, ya Tuhan ???
Kepalaku terus menggeleng tidak percaya, ketika Dr Eriyono memberitauku pagi subuh hari penantian itu .....
***
Pagi subuh itu, tanggal 26 Agustus 1999, suster mempersiapkan aku untuk dibawa ke atas meja operasi. Lagi2, tidak ada yang menemaniku di ruanganku. Aku bergumul sendiri dengan kesakitanku, ketika oran tuaku dan Dennis pulang dari rumah sakit, dengan senyumku yang dibuat2. Aku tidak tega untuk minta ditemani. Wajah mereka terlihat letih dan Dennis sudah mengantuk. Tetapi begitu semalam mereka pulang, aku kembali bergumul dengan sakitku, dan meminta suster jaga menemaniku .....
Orang tuaku datang. Kami berdoa bersama, setelah papa membaca beberapa Ayat Alkitab dan perenungan. Mereka berusaha untuk terus membuat aku tersenyum dan tertawa, karena aku mau di bedah. Dan jika aku stres, tekanan darahkupun akan naik dan bisa2 aku tidak jadi di operasi.
Kehamilanku ini memang luar biasa! Sakitnya sangat luar biasa! Begitu juga komplikasinya sangat luar biasa! Obat2annya juga banyak luar biasa! Sehingga beban materi untuk perawatanku pun sangat luar biasa! Ya Tuhan ..... darimana aku akan mendapatkan uang untuk menutupi hutang2ku dalam perawatan kehamilan kedua ini???
Karena tumor itu terus mengganggu bayiku, maka bayiku selalu bergerak. Aku yakin, dia juga mengalami kesakitan yang luar biasa, sama seperti aku mengalami kesakitan yang benar2 luar biasa !!! Kasihan, anakku! Ya Tuhannnnn ...... belum dilahirkan saja dia sudah stres, sejak di dalam kandungan, bagaimana dengan perkembangan raga dan jiwanya ???
Karena bayiku terus bergerak dan berputar, akibatnya tali pusarnya melilit lehernya, sehingga bisa saja tiba2 bayiku akan meninggal dunia. Inilah salah satu Dr Eriyono mempertimbangkan membedahku segera! Begitu juga karena bayiku terus berputaar, sungguh tumor itu berada dalam membedahku harus bergulat dengan tumor besar sebelum mencapai bayiku, yang kemungkinan juga akan terlambat dikeluarkan!
Apalagi dengan penyakit hipertensiku, aku sudah di diagnosa mengalami 'pre-acclamsia', sebuah penyakit hipertensi bagi perempuan hamil, dan menjadi sangat berbahaya bagi keduanya, baik ibunya atau bayinya yang ada di dalam kandungannya! Astaga !!! Tuhanku ...... begitu dasyat nya kah, cobaanku? Aku tidak mau matiiiiii ...... AKU BELUM MAU MATIIIIIIII ...... YA TUHANKUUUUUUUUUU ...... AKU BELUM MAU MATIIIIIIII ........ Aku ingin membesarkan anak2kuuuuu ......
Goncangan fisik dan batin ini justru baru di katakan denan sejujur2nya, ketika sebelum orang tuaku datang pagi itu, oleh Dr eriyono. Walau katanya demikian tenang dan wajahnya tersenyum kebapakan, tetapi aku yakin bahwa beliau juga sedang bergumul denan hati dan tanggung-jawabnya sebagai seorang dokter kandungan.
Aku ingin menangis dan berteriak2, tetapi aku ingat, bahwa aku harus tenang! Tenang, Christie! TENANG, CHRISTIE!!! Karena jika aku kalap, jika aku stress dan hipertesiku naik dan tinggi, aku batal dioperasi, bahkan aku akan tidak bisa melahirkan bayiku! Dengan resiko berat, bayiku mati di dalam kandungan!
Hayo, Christie! Kamu mau pilih yang mana ???
Air mataku sudah kering. Aku hanya diam dan pasrah. Bahkan doa pun sudah susah aku nyanyikan dalam hatiku, bukan karena sudah tidak percaya lagi kepada Tuhan, tetapi semua panca indraku semuanya seakan mati suri ..... berbaring dengan pasrah. Bahkan ketika orang tuaku berdoa dan ketika Dennis dan suamiku datang, seingatku, aku tidak mampu tersenyum lagi .....
Tuhanku ..... Tuhanku ..... Apa yang akan ENGKAU lakukan terhadapku .... ???
Dari buku ke-3 : "Ketika Tuhan Masih Memberikan Aku Hidup"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H