Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

'Myoma' Itu Merebut Makanan Untuk Janinku .....

24 Oktober 2013   22:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:04 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_296826" align="aligncenter" width="567" caption="www.herdword.com"][/caption]

Sebelumnya : Aku Keguguran .....

Aku terus melakukan terapi. Setiap hari sebelum ke kantor, aku sendiri ke rumah sakit, setir mobil sendiri, walau kadang2 bekas suamiku mengantarku. Terapi itu dengan dipanaskan dengan Diathermi. Aku harus berbaring di rnjang rumah sakit. Di punggungku dipasang alat itu dan di perutkku juga dipasang alat itu.Dimensi alat itu sekitar 20 cm x 20 cm, jadi benar2 seperti setangkup roti. Jadi aku seakan2 seperti daging, dan alat itu seperti 2 lembar roti.

Alat itu dihubungkan dengan sebuah energi ( entah apa namanya ). Semakin lama semakin panas. Dikontrol oleh seorang terapist. Jika panasnya dianggap mencukupi sesuai dengan petunjuk dokter ku, alat itu dibiarkan dan tubuhku serasa terpanggang! Panas sekali! Bahkan aku sering berteriak untuk alat itu dilepas atau di dinginkan segera!

Proses Diathermi ini memakan waktu antara 15 menit sampai 20 menit. Dan jika sudah selesai, tubuhku yan di tekan alat panas itu, seperti melepuh, kulitku panas dan memerah. Dan jika sudah dingin, kulitku menjadi gatal2 .....

Begitu seterusnya sampai myoma ku bisa dinyatakan 'kering' sehingga tidak membesar lagi, walau tetap harus di pantau. Jadi terapiku berjalan sekitar 6 bulan, setelah aku dinyatakan hamil lagi.

Dr Eriyono almarhum, pernah berkata bahwa myoma ku ini akan terus berada di bagian luar rahimku karena tidak bisa membedahnya. Jika di bedah, rahimku akan rusak karena kulit rahimku lengket dengan kulit myoma ku. Padahal, aku waktu itu baru berumur 27 tahun, sehingga kata Dr Eriyono, akan merupakan kode etik kedokteran untuk 'merusak' tahim seorang perempuan muda di bawah usia 30 tahun untuk melahirkan anak.

Oleh karena itu, aku diminta bersabar. Jika memang bisa hamil lagi, aku tetap 'memelihara' myoma itu, dengan  resiko2nya. Ya, aku menempatkan diriku sebagai seorang perempuan yang harus bergumul dengan maut, untuk bisa melahirkan seorang anak .....

Bulan ke-6 setelah aku keguguran, Tuhan mempercayakan aku hamil lagi. Luar biasa bahagianya aku! Aku mau melakukan apapun untuk melahirkan anak ini, Tuhan! Jadi, aku benar2 menjaganya.Apapun akan aku lakukan untuk menjaga kandunganku dari 'serangan' myomaku.

Aku memeriksakan kandunganku, bukan setiap bulan seperti ibu2 hamil yang lain, tetapi aku harus memeriksa kandunganku setiap 1 minggu sekali. Dengan obat2an serta vitamin2 menguat kandungan, serta terus berdoa kepada Tuhan, aku percaya bahwa anak ini akan lahir dengan selamat!

Setelah 3 bulan, kandunganku bertambah besar. Tetapi ( kalau tidak salah ) janinku ternyata lebih kecil dibanding myomaku! Ya, myomaku sudah menyerang janinku dengan cara merebut makanan untuk janinku!

Kata Dr Eriyono almarhum, konsepnya adalah jika aku hamil, makanan dari aku akan menuju rahim untuk memberi makan janinku lewat tali pusar. Dan karena myomaku menempel di rahim, 'dia' akan ikut makan, dan merebut makanan untuk janinku. Jika janinku kuat, atau sudah lebih besar atau lebih 'tua', kemungkinan janinku berusaha untukmempertahankan diri nya dan tetap bisa mengambil makanannya dari tubuhku. Tetapi pada kenyataannya, myoma ku lebih kuat sehingga janinku kalah .....

Dan janinku bergulat dengan maut, serangan myomaku membuat janinku terus bergerak. Sehingga menjadikan rahimku selalu dan terus mengeras sampai aku kesakitan! Seakan2 aku ( mungkin, karena aku belum pernah merasakan melahirkan secar normal ) mau mendorong janinku untuk keluar! Tetapi karena myomaku menutup jalan keluar bayi, alhasil janin tidak mampu keluar sendiri!

Sampai aku terus kesakitan dan dirawat di rumah sakit dengan infus terus bergelantungan, untuk 'mendiamkan' serangan myomaku. Ya, aku harus dirawat di rumah sakit. Bed-rest sampai saat yang tidak ditentukan!

***

Aku harus bisa tenang. Diam, taidak bergerak. Karena jika aku bergerak sedikit saja, kandunganku akan mengeras, dan itu akan terasa sakit sekali! Infus ke tubuhku terus mengalir. Tiap 5 hari selang infusku berpindah karena tanganku akan bengkak. Padahal pembuluh darahku sangat halus, sehingga tidak gampang untuk suster memindah infus, dan aku semakin stres .....

Tidak ada yang menemaniku. Bekas suamiku seakan tidak peduli dengan penderitaanku. Sebenarnya aku ingin ada yang menungguiku, aku ingin orang tuaku menunguiku. Tetapi tidak mungkin, kan? Aku adalah tanggung jawab dari bekas suamiku, apalagi papaku masih bekerja penuh dan harus bertanggung jawab dengan pekerjaannya.

Paling tidak, aku meminta mamaku untuk membelikn buku2 baru untuk membunuh waktu. Jika serangan myomaku melunak, aku mampu duduk sebentar, sehingga aku bisa melakukan hobiku, yaitu men-sketsa, papun yang aku mau. Jika serangan mengganas, aku sering berteriak2 dan tanganku mencengkeram railing ranjang rumah sakit sampai pembukuh darah tanganku dan wajahku menegang ..... sangat sakit! Ya Tuhanku ......

Pernah aku berteriak tengah malam, sampai suster2 mengelilingiku. Mereka menelpon Dr Eriyono untuk segera datang, juga orang tuaku. Aku ingat, orang tuaku, mengusap2 tubuhku yang bergetar arena kesakitan. Dan papaku memelukku seakan merasakan kesakitan yang teramat dasyat! Dan aku lupa, mengapa bekas suamiku tidak memelukku? Mengapa hanya orang tuaku? Aaahhhh .....

Aku merasa sebuah palu godam yang terus menghantam perut besarku! Sakit sekali! Perutku terus mengeras! Seakan2 hendak meletus! Sakiiiiittttttt sekaliiiiiii ........ Tuhankuuuuuuuuu .......

Hari demi hari terus menerus demikian. Ketakutan2 terus membayang2iku, bagaimana dengan anakku? Aku yakin dan dokterku pun yakin bahwa anakku sudah stres sejak dalam kandungan, yang kemungkinannya akan berdampak dengan perilakunya di masa depannya ..... Ya Tuhanku ..... apa lagi yang akan terjadi ???

Tuhanku, kepada siapakah aku bisa mengadu lagi selain kepada MU? Pelukan suamiku, seharusnya membuat aku tenang, tetapi aku tidak pernah mendapatkannya. Justru pelukan papa dan mama yang terus menemaniku. Beberapa hari mereka bisa ikut merasakan kesakitanku ... papa dan mamaku bergantian membelaiku dan memelukku. Setiap saat selama 6 bulan, aku terus diserang myoma, yang menjadikanku kurus, dan membuat janinku  terus bergulat dalam kesakitan .....

Aku pasrah. Tidak ada lagi yang dapat aku lakukan. Diam tak bergeerak adalah hidupku, sampai punggungku lecet2 karena aku hanya berbaring terlentang ..... karena jika aku bergerak sedikit saja, perutku mengeras sampai aku terus berteriak2 kesakitan .....

Aku hanya diam ..... doaku terus bergulir, dan Tuhan pasti tetap ada di sisiku, memelukku, sampai tiba saatnya kelak, janinku menjadi kuat untuk melawan .....

Catatan :

Dari buku-ku ke-3 : "Ketika Tuhan Masih Memberi Aku Hidup"

1382603063352245199
1382603063352245199
Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun