Aku memeriksakan kandunganku, bukan setiap bulan seperti ibu2 hamil yang lain, tetapi aku harus memeriksa kandunganku setiap 1 minggu sekali. Dengan obat2an serta vitamin2 menguat kandungan, serta terus berdoa kepada Tuhan, aku percaya bahwa anak ini akan lahir dengan selamat!
Setelah 3 bulan, kandunganku bertambah besar. Tetapi ( kalau tidak salah ) janinku ternyata lebih kecil dibanding myomaku! Ya, myomaku sudah menyerang janinku dengan cara merebut makanan untuk janinku!
Kata Dr Eriyono almarhum, konsepnya adalah jika aku hamil, makanan dari aku akan menuju rahim untuk memberi makan janinku lewat tali pusar. Dan karena myomaku menempel di rahim, 'dia' akan ikut makan, dan merebut makanan untuk janinku. Jika janinku kuat, atau sudah lebih besar atau lebih 'tua', kemungkinan janinku berusaha untukmempertahankan diri nya dan tetap bisa mengambil makanannya dari tubuhku. Tetapi pada kenyataannya, myoma ku lebih kuat sehingga janinku kalah .....
Dan janinku bergulat dengan maut, serangan myomaku membuat janinku terus bergerak. Sehingga menjadikan rahimku selalu dan terus mengeras sampai aku kesakitan! Seakan2 aku ( mungkin, karena aku belum pernah merasakan melahirkan secar normal ) mau mendorong janinku untuk keluar! Tetapi karena myomaku menutup jalan keluar bayi, alhasil janin tidak mampu keluar sendiri!
Sampai aku terus kesakitan dan dirawat di rumah sakit dengan infus terus bergelantungan, untuk 'mendiamkan' serangan myomaku. Ya, aku harus dirawat di rumah sakit. Bed-rest sampai saat yang tidak ditentukan!
***
Aku harus bisa tenang. Diam, taidak bergerak. Karena jika aku bergerak sedikit saja, kandunganku akan mengeras, dan itu akan terasa sakit sekali! Infus ke tubuhku terus mengalir. Tiap 5 hari selang infusku berpindah karena tanganku akan bengkak. Padahal pembuluh darahku sangat halus, sehingga tidak gampang untuk suster memindah infus, dan aku semakin stres .....
Tidak ada yang menemaniku. Bekas suamiku seakan tidak peduli dengan penderitaanku. Sebenarnya aku ingin ada yang menungguiku, aku ingin orang tuaku menunguiku. Tetapi tidak mungkin, kan? Aku adalah tanggung jawab dari bekas suamiku, apalagi papaku masih bekerja penuh dan harus bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
Paling tidak, aku meminta mamaku untuk membelikn buku2 baru untuk membunuh waktu. Jika serangan myomaku melunak, aku mampu duduk sebentar, sehingga aku bisa melakukan hobiku, yaitu men-sketsa, papun yang aku mau. Jika serangan mengganas, aku sering berteriak2 dan tanganku mencengkeram railing ranjang rumah sakit sampai pembukuh darah tanganku dan wajahku menegang ..... sangat sakit! Ya Tuhanku ......
Pernah aku berteriak tengah malam, sampai suster2 mengelilingiku. Mereka menelpon Dr Eriyono untuk segera datang, juga orang tuaku. Aku ingat, orang tuaku, mengusap2 tubuhku yang bergetar arena kesakitan. Dan papaku memelukku seakan merasakan kesakitan yang teramat dasyat! Dan aku lupa, mengapa bekas suamiku tidak memelukku? Mengapa hanya orang tuaku? Aaahhhh .....
Aku merasa sebuah palu godam yang terus menghantam perut besarku! Sakit sekali! Perutku terus mengeras! Seakan2 hendak meletus! Sakiiiiittttttt sekaliiiiiii ........ Tuhankuuuuuuuuu .......