Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menuju Puncak Titlis [ 2.238 Meter dari Permukaan Laut ] dengan ‘Cable Car’

9 Maret 2015   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:56 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Sebelumnya :

Dari Alpnachstad, Menuju Puncak ‘Mount Pilatus’ …..

Pemandangan Swiss, Cantik? Indonesia juga! Tetapi …..

Jangan Pernah Berkata “Mahal” Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri …..

“Sendiri” di Limmatstrasse Garden, Zurich City

Inspirasi dari ‘Zurich City’ untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya

‘Zurich City’ : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya

‘Zurich Lake’ : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup

Indahnya ‘Zurich Lake’ [ Zurichsee ] …..

Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia

Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss

Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat

Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya …..

Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda

***

Hanya sekitar 15 menot kami berhenti di Alpnachstad, di kaki Mount Pilatus. Kami melanjutkan perjalanan ke Mount Titlis, tujuan kami. Sebuah gunung yang berada di ketinggian sekitar 2.238 meter diatas permukaan laut. Lebih tinggi sekitar 100 meter dari Mount Pilatus.

Coba lihat cerita tentang Titlis di tulisanku :

‘Gunung Titlis’, Swiss : Butiran Salju itu Seperti Berlian …..

Aku tidak akan mengulang cerita bagaimana cara kami sampai di titik tertinggi di gunung Titlis ini, karena akan berulang. Caranya sama saja, dengan mengendarai kereta gantung 3x atau 3 tahap dengan konsep yang berbeda.

Awalnya, kami berhenti di Engelberg, kaki Gunung Titlis. Belasan bus wisata sudah berkum[ul disana, menandakan di puncak Titlis akan penuh dengan wisatawan. Setelah tour leader kami siap dengan tiket kami masing2, dia mendorong kuri rodakku untuk memulai perjalanan menuju Puncak Titlis …..

14258895452106638116
14258895452106638116

Mount Titlis di ujung pandangan mataku …..

Tahap pertama itu, kami mencapai Gerschnialp ( 1261 m ). Dan tahap kedua, cable car ini mengantarkan kami ke ketinggian 1796 meter di titik Trubsee. Dan tahap terkhir, kami ke puncak tertinggi yang bisa kami datangi di ketinggian 2.428 meter di Stand.

1425889571192573755
1425889571192573755

1425889593321166860
1425889593321166860

Keindahan Engelberg yang luar biasa, walau hujan rintik2, hatiku pun tetap berbunga melihat alam ciptaan Tuhan ini …..

1425889624112221932
1425889624112221932

14258896421955092038
14258896421955092038

Dikejauhan terlihat Engelberg, Kota Malaikat di kaki Gunung Titlis. Indah sekali! Semakin naik, kami meninggalka desa tersebut, di celah antara pinus2 raksasa ….. Setelah semakin tinggi, kami bisa melihat betapa besarnya pinus2 itu! Sebuah ‘hutan perawan pinus’ yang terawat baik di kaki Gunung Titlis …..

Tahap pertama mengendarai cable car kecil dan standard seperti di Sentosa Island Singapore, dari titik Engelberg. Kami hanya bertiga dan kursi roda ku bisa didorong ke dalam cable car dengan bantuan ramp …..

14258897021687630277
14258897021687630277

14258897291249201645
14258897291249201645

Kami diatas cable car kecil ( tahap pertama ), untuk kami sekeluarga ( bisa hanya 4 orang saja ). Betapa indhnya iptaan Tuhan lewat perjalanan ini ……

Kemiringan gunungnya masih sedikit landai. Dan kami bisa menikmati ratusan sapi2 Swiss yang sedang merumput dengan santai. Juga bisa melihat petani2 Swis yang sedang melakukan kegiatan sehari2 dengan ( sebagian kecil ) memakai baju2 tradisional. Indah dan menarik!

14258897801089210620
14258897801089210620

14258898391622346703
14258898391622346703

Di beberapa titik, desain tiang cable car ini sedikit rendah untuk memperlihatkan, betapa Swiss ini mempunyai kekayaan alam serta hewan2 ternak yang cantik2 dan gemuk! Mereka merumput. Ada sapi, kambing, domba dan ayam2 dengan petani2 yang sedang menggarap pekerjaannya …..

Kami turun di Gerschnialp dan menunggu cable car berikutnya, yang bisa berputar. Petugas jaga mendorong kursi roda ku lewat ramp yang sudah disedikanan, untuk masuk ke cable car yang lebih besar, dan bisa berputar. Kosepnya adalah, supaya kita semua bisa meningkmati pemandangan alam salju abadi dari sudut 360 derajat. Indah sekali …..

14258898931071511756
14258898931071511756

14258899161222021161
14258899161222021161

Kami di cable car kedua, yang bisa berputar 360 derajat untuk meperlihatkan salju abadi …..Pemandu tur kami, Peter Steinmenn, ‘mengangkat dirinya’ sebagai assisten pribadiku, hihihi …… yang selali mendorong kursi rodaku, bercerita sampai terakhir memberikan Bendera Swiss ini untukku ….. Terkima kasih, Peter ……

Aku yakin, mereka termasuk aku, melihat suatu ‘kengerian’ di dunia salju abadi itu. Keindahan pemandangan itu berbalut sedikit kengerian. Bagaimana tidak? Tidak ada kehidupan disana ….. dingin ….. beku ….. yang ada hanya salju, dingin dan angin ……

Dan kami turun di titik Trubsee untuk bergnti cable car yang lebih besar lagi, seperti bus kota …. Konsepnya adalah untuk segera sampai ke puncak, karena suhu sangat dingin dan kenyataannya, kami susah untuk memandang kea lam karena semua benar2 salju ….

1425889973311132493
1425889973311132493

1425889995975151180
1425889995975151180

Cable car yang ketiga, lebih besar dari cable car yang kedua, mengangkut wisatawan secara missal untuk cepat sampai ke puncak Stand atau cepat turun menujuTrubsee. Keindahan diluar cable car hanya salju putih berbalut ‘kengerian’ …..

Tidak ada lowong sama sekali. Kerana ketika dari Gerschnialp ke Trubsee, kami masik bisa menikmati pegunungan Alpen yang luar biasa indah dengan salju2 di beberapa titik, yang memang semakin tinggi, salju itu akan semakin padat dan pekat …..

Dan tiba lah kami di puncak tertinggi Stand. Dimana terdapat bangunan 3 lantai untuk bisa kita mencapai puncak tertinggi untuk manusia. Aku tidak tahu, apakah sudah ada yang bisa mencapai pendakian di 3.238 meter ini, atau tidak, karena kami melihatnya tidak ada jalan kesana. Semuanya tertutup dengan salju abadi dan suhunya ( di Stand ) sudah minus ( - ) 10 derajat Celcius …..

Apalagi waktu itu, hujan turun dan angin cukup keras, menambah dinginnya suhu disana. Karena aku sudah merasakan ketika matahari bersinar cerah walau berada di tenga2 salju, tidak akan merasa dingin ( sekali ). Tetapi ketika angkin datag dan menyapu tubuh kami, suhu udara akan bertambah dingin sampsi gigi bergemeletuk …..

1425890029598394403
1425890029598394403

1425890047634081024
1425890047634081024

Semakin keatas, hujan semakin lebat. Gelap. Sangat mengecewakan ……

Waktu itu hari hujan. Ketika masih di dalam bus pun sudah gerimis, tetapi kami yakin nanti akan berhenti, tetapi tidak! Sehingga, dalam hujan kami naik ke puncak dan tidak bisa keluar ruangan, karena benar2 dingin ….. Pun dalam pandangan kami, salju tebal itu hanya seonggok salju yang tidak mampu ‘berbicara’ apa2 karena hanya putih – dengagn angin berhembus membawa suhu dingin yang luar biasa …..

Kecewa? Jelas!

142589007068485586
142589007068485586

Michelle berpose dengan latar belakang salju abadi dan hujan lebat, yang membuat salju tersebut berterbangan, sampai tubuh kita sedikit gatal karena butiran2 salju tersebut menghunjam kulit …..

Ketika kami benar2 ingin bermain salju dengan pemandangan indah dibawah sana, ternyata kami hanya bisa memandang sendu karena salju putih terbang terbawa angin dan semuanya hanya putih saja, seperti selembar kertas buram …..

***

Jika kita ke Gunung Pilatus, kita masih bisa mengendari cable car atau kereta yang kemiringannya sampai 46 derajat, dan tidak ada salju abadi, tetapi tidak di Gunung Titlis. Kitik cable car jika mau ke puncaknya, kita harus naik cable car dengan 3 tahapan. Dan jika kita tidak kuat ‘ketinggian’, sebaiknya jangan kesana karena sungguh, kecuraman gunung ini seakan2 ‘menelan’ adrenalin.

Apalagi, ketika kami disana, hujan turun dan angin cukup kencang. Sempat cable car kecil kami berayun dan juga sempat berhenti sesaat, dan ketika aku melihat keluar jendela dan melihat kebawah, kita berada di 1 garis dengan pohon2 cemara, yang siap ‘menangkap’ kami dengan ujung pohonnya yang tajam dan lancip …..

Perjalanan ke puncak Stand dengan antrian yang cukup padat, memakan waktu sekitar 30 menit. Dan di Stand kami diberi waktu sekitar 1,5 jam sebelum berkumpul di stasiun cable car untuk turun ke Engelberg. Walau cukup kecewa karena tidak bisa bermain salju, untuk ku sendiri perjalanan ini merupakan perjalanan yang sangat istimewa, ditemani anak2ku yang luar biasa serta sahabat baruku, yaitu pemandu tour kami, Peter Steinmann ……

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun