Kemudian juga akan dibuat pintu2 air dan bisa dibuka-tutup sesuai dengan kebutuhan. Ok, bisa juga. Tetapi semuanya harus diperhatikan dan perhitungan dengan seksama, sehinnga semuanya sesuai dengan yang seharusnya. Karena, pada kenyataannya sering kali segala sesuatunya kurang diperhatikan dan perhitungannya dianggap tidak sesuai, sehingga sia2 lah sodetan di titik A dan B tersebut.
Sodetan2 yang direncanakan itu pun belum dipikirkan matang2, tanpa perhitungan. Sodetan2 itu seharusnya membutuhkan waktu untuk dibangun, BUKAN dalam waktu yang teramat singkat! Seakan2 sodetan merupakan 'uji coba' saja. Kalau berhasil ya syukur tetapi kalau tidak berhasil, ya mau diapakan? Dan itu cukup membuang banyak hal : materi, waktu dan tenaga. Dan semuanya sepertinya akan sia2 .....
Sekarang, sebenarnya bagaimana supaya sungai2 di Jakarta mampu menampung AIR HUJAN dan 'AIR KIRIMAN' dari Bogor? Adakah caranya?
Ada! Walau tidak mudah dan harua diperjuangkan :
1. Meremajakan sungai2.
Semua sungai ( ada 13 sungai besar yang melintasi Jakarta ) harus dikeruk tiap tahun, dari hulu sampai ke hilir, untuk menambah dalam dan lebar sungai. Yang mengikutinya adalah JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN terutama di sungai!
2. Membangun DAS ( Daerah Aliran Sungai ).
Pemukiman di bantaran sungai harus dibersihkan, karena DAS bukan untuk pemukiman, melainkan untuk penyerapan dan RTH ( ruang terbuka hijau ).
3. Membangun RTH ( Ruang Terbuka Hijau ).
Mengembalikan ruang2 kota yang sedianya untuk RTH dari ( biasanya ) pemukiman kumuh / atau slum. Tata aturan tentang ijin membangun, HARUS ditertibkan, sehingga aturan2 sesuai dengan yang semestinya! Bahkan ditambah lagi, JANGAN ADA ketidak- pedulian warga kota berhubungan dengan daerah penyerapan!
4. Mengembalikan fungsi hutan lindung di daerah hulu.
Membongkar rumah2 dan villa2 yang tidak sesuai dengan aturan. Karena daerah hulu akan berbanding lurus dengan air dari hulu melewati Jakarta menuju laut.