Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Glacier Cave: Cerita Gua Es di Titlis dan Mimpi

16 Maret 2015   11:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:35 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

Sebelumnya :

Sensasi Makan Siang di Puncak Gunung Titlis, dan Harganya?? Wooww .....

Keindahan Salju di Titlis, Berbalut dengan 'Kengerian' .....

Menuju Puncak Titlis [ 2.238 Meter dari Permukaan Laut ] dengan 'Cable Car'

Dari Alpnachstad, Menuju Puncak 'Mount Pilatus' .....

Pemandangan Swiss, Cantik? Indonesia juga! Tetapi .....

Jangan Pernah Berkata "Mahal" Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri .....

"Sendiri" di Limmatstrasse Garden, Zurich City

Inspirasi dari 'Zurich City' untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya

'Zurich City' : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya

'Zurich Lake' : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup

Indahnya 'Zurich Lake' [ Zurichsee ] .....

Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia

Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss

Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat

Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya .....

Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda

***

Kenyang dengan sosis, kami beranjak keluar bangunan. Cerita nya sih mau main salju. Tertanya hujan cukup deras, membuat butiran2 salju itu tersapu di udara. Sehingga ketika kita keluar, hunjaman butiran salju kena kulit, yang mengakibatkan kulit gatal. Dan dingin sekali .....

Tetapi kami sempat berfoto dengan latar belakang salju putih walau tidak jelas karena semuanya berwarna abu2 ....

So? Apa yang bisa kami lakukan? Bermain salju tidak bisa, main plosotan atas skijuga ga bisa. Naik  kereta gantung terbuka, apa lagi! Tidak mungkin dengan beban salju dingin, hujan lebat dan suhu dingin, terbuka di atas kereta gantung!

Akhirnya, tour guide kami, Peter Steinmann, yang sudah 'mengangkat'dirinya menjadi asistenku ( hihihi ..... ), menyarankan kami ke 'gua es', dimana suhu didalamnya mencapai beberapa strip dibawah 0 derajat celsius! Gua ini terbentuk jauh sebelum saat ini. Belum membaca referensi tentang ini, teatpi panjang gua itu 150 meter dengan 20 meter dibawah permukaan gletzer.

1426481084839679227
1426481084839679227
1426481104297156578
1426481104297156578
Menuju gus es, berjalan di ketingian Gunung Titlis! Lihatlah! Permukaan lantainya hanya diberi lapis baja berongga, untuk memperlihatkan 'betapa tinggi nya kami berada disana, dan dibawahnya adalah salju ......'

Suasana di dalam gua, seperti berkabut. Di beberapa titik, diberi lampu karena memang gelas sekali. Tetapi warna gua itu sendiri seperti kebiru2an, disebabkan karena pembiasan es, bukan lampu yang berwarna biru.

14264811381599636201
14264811381599636201
1426481156419810902
1426481156419810902
Gua es di Titlis berwarna biru? Tidak! Ini  adalah pembiasan dari es di dalam sana

Waktu itu, kami beruntung karena tidak penuh. Maklum, masih jam makan siang. Gua nya sendiri tidak terlalu luas. Hanya ada jalan setapak, dan sebisa mungkin mereka menyediakan jalan setapak yang cukup keras untuk kursi roda. Peter mendorong kursi roda ku, sedangkan anak2 sibuk dengan 'ketercengangannya' dengan balok2 es sebesar tiang rumah dan tidak meleleh ....

14264811811277058650
14264811811277058650
Anak2 yang tidak merasa kedinginan! Mereka hanya memakai baju lengan panjang dan jaket biasa, sementara aku memakai 3 lapis baju! Baju lengan panjang, mantel tebal dan long coat .... Hihihi, tetap saja masih kedinginan! Dasar sudah tua ......

**Ya jelas saja, kita melihat balok es di Jakarta, yang cepat sekali meleleh karena panas, hihihi .....**

Jalan setapak itu hanya diberikan papan yang dilapisi dengan vinyl serupa dengan salju. Tetapi ada beberapa tempat yang vinyl nya sudah koyak, sehingga kami harus berhati2 berjalan. Karena dengan koyaknya jalan setapak itu, membuat sepatu kamu menenmpel denan es, dan e situ licin sekali! Bayangkan saja, kita berjalan di atas balok es, bungkahan balok es .....

Suhu udara yang menggigit, membuat aku sering merapatkan mantelku. Tetapi sepertinya tidak untuk anak2ku. Mereka bercanda sambil berlarian dengan hati2, tanpa sedikitpun mereka menyeringai kedinginan .....

Sambil memandang denagn takjib, aku mendengarkan cerita2 Peter yang mendorong kursi rodaku, walau tidak terlalu konsentrasi. Aku sudah pernah ke gua es ini beberapa tahun lalu, aku sudah melihatnya, sedetail ini dulu, tetapi aku tetap memandangnya dengan takjub! Ini salah satu Kemuliaan Tuhan dalam wujud gua es!

Dan ini adalah salah satu mimpiku, berada di Eropa, di salah satu puncak tertinggi di Swiss, bersama dengan anak2ku terkasih dan berada dalam puncak kebahagiaan sebagai seorang Christie yang disabled menggunakan kursi roda, tetapi mampu membawa anak2ku kesana, tentu saja dalam rangkulan Tuhan ......

Entah apa yang aku bisa katakan. Bayangkan saja! Aku, yang 5 tahun lalu terserang stroke berat dengan vonis yang tidak main2 ( hanya bisa berbaring saja ), sebagai single parent untuk 2 anak ABG ku, tetapi Tuhan membimbingku melewati semuanya.

Tuhan membawaku untuk tetap bisa bekerja 4,5 taahun lalu ( 6 bulan setelah stroke dengan vonis yang mengerikan ). Tuhan membawa aku bisa berprestasi untuk membangun mimpi3ku lagi dengan 2 anakku. Tuhan juga merangkulku untuk bisa menabung 3 tahun ini untuk mengajak anak2ku ke Eropa.

Itu belum seberapa! Secara fisik, apakah aku pernah berfikir untuk berjalan2 memakai kursi roda mengajak anak2ku ke Eropa? Bagaimana bisa? Sementara anak2ku masih remaja dan belum punya pengalaman untuk melindungiku ke negara yang jauh .....

Tetapi? Bagaimana?

Itulah kuasa NYA! Kemuliaan NYA benar2 dinyatakan! Mimpi2ku terwujud satu demi satu. Ketika aku selalu membuka diri dan hatiku untuk Kasih Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan membimbingku, DIA benar2 melakukannya! DIA benar2 memberikan semuanya, sesuai dengan Rencana NYA .....

Kebahagiaanku jelas terbayang dari raut mukaku. Walau aku kedinginan, Peter pun sempat bertanya, mengapa wajahku berseri2 seperti itu?

Dia ga tahu, bahwa ketika aku kedinginan, justru wajahku memerah, seperti semburat warna pink dan menandakan wajah yang berseri2. Tetapi itu ditambah dengan kebahagiaanku yang bertumpuk2 dengan semua yang Tuhan berikan dalam Berkat NYA. Sehingga, walau aku cacat dena tubuh kanan lumpuh dan memakai kursi roda, wajahku selalu berseri2, karena aku membuka hati dan diriku untuk Tuhan masuk kedalam jiwaku. Yang terlihat adalah Kasih Tuhan yang memancarkan kebahagiaan .....

Sekitar 15 menit kami didalam gua es, semakin dingin! Kami butuh kehangatan! Sehingga ketika kami masuk lagi ke dalam bangunan utama, kami langsung duduk di café untuk memesan coklat dan susu panas ......

Dingin yng membahagiakan ...... Terima kasih, Tuhan .....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun