Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Emansipasi Bukan Sebuah 'Pemberontakan'

22 April 2013   11:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:48 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_256353" align="aligncenter" width="555" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]

Hari Kartini - 21 April 2013 di Gereja Kristen Jawa Eben Haezer, Pasar Minggu

Hari Minggu tanggal 21 April 2013 kemarin adalah Hari Kartini. Gereja pun ikut merayakannya. Bahwa Tuhan tidak membeda2kan gender, adalah sesuai dengan Firman Tuhan. Bahwa kita ini adalah MANUSIA. Dan Tuhan mengukurnya dalam sebuah KASIH antar manusia dan kasihnya kepada Tuhannya.

Gerejaku pun demikian. Ketika ibadah pagi sudah selesai, masih ada 1 acara yang dipersembahkan kepada jemaatnya. Sebuah refleksi tentang perempuan. Ibu Kartini memang sudah sejak lama dipanggil Tuhan, dan beliau mewariskan banyak inspirasi pada keturunan2nya. Bahwa Tuhan tidak membeda2kan umatnya. Mulai dengan gender, kaya atau miskin, orang2 cacat, bahkan Tuhan tetap mengasihi orang2 yang tidak mau menyembah kepada NYA. Penjahat2 pun dikasihinya, dengan takaran yang hanya dimengerti oleh NYA. Apalagi yang hanya berhubungan dengan gender ......

Aku tidak mau bicara tentang gender itu sendiri karena masing2 mempunyai persepsi yang berbeda tentang ini. Aku ingin bercerita tentang kegiatan perayaan Hari Kartini di Gerejaku, hari Minggu kemarin. Sangat menarik!

1366604797546781629
1366604797546781629

13666048361008440192
13666048361008440192

Paduan Suara kaum perempuan manula dan Komisi Wanita GKJ Eben Haezer

Ketika ibadah usai, panitia Hari Kartini mau kedepan, untuk membacakan sedikit narasi tentang perjuangan Ibu Kartini. Memang sudah biasa! Cerita tentang kartini, memang sudah biasa, kan? Walau sesungguhnya lah kita harus tetap tunduk dan berdoa, untuk Tuhan membukakan hati kita dalam mengekspresikan perjuangan Ibu Kartini dalam kehidupan kita sehari2.

Setelah itu, ada sebuah acara yang sangat menarik! Sebuah 'fashion show' untuk kaum perempuan. Bukan, bukan seperti fashion show di luaran sana, tetapi sebuah ekspresi diri kaum perempuan yang tetap peduli dengan emansipasi yang TIDAK kebablasan. Bahwa seorang perempuan adalah tetap seorang perempuan, yang mempunyai kodrat sebagai seorang perempuan! Bukan perempuan yang 'menyalahi' kodratnya, dan tidak mau menyelami hidup sebagai seorang perempuan! Apalagi Ibu Kartini adalah seorang perempuan Jawa ( jaman dahulu ). Yang selalu memakai pakaian adat Jawa dengan kebaya ala Jawa dan kain panjangnya, untuk pakaian sehari2.

Fashion Show untuk memperingati Hari Kartini tahun ini di Gerejaku, menamapilkan baju2 wanita Jawa, dari generasi ke generasi. Baju Jawa dalam hal ini adalah kebaya dengan beberapa desain menarik.

Konsepnya adalah perempuan seharusnya mampu untuk 'menjadi perempuan sesungguhnya' dengan menampilkan feminimitas dalam fisik serta pemikiran2nya. Karena emansipasi bukan merupakan emansipasi yang kebablasan, yang akhirnya bisa membuat penjajahan, seakan2 perempuan harus di atas lelaki dalam emansipasi! Itu sama sekalitidak benar!

Seperti yang aku tuliskan di tulisanku di Sebuah Emansipasi Perempuan dalam Kasih Tuhan .....,sebuah emansipasi itu bukanlah sebuah emansipasi yang kebablasan, tetapi merupakan emansipasi dalam kasih kepada Tuhan!

Diawali dengan seorang perempun Jawa manula, cantik dan melenggang dengan busana perempuan Jawa. Ibu Pudjadi, sahabat keluarga kami di daerah pelayanan di Tebet. Rambutnya sudah memutih, tetapi masih mampu untuk terus berkarya! Beliau adalah ahli memijat refkleksi dan sudah banyak sekali langganan2 besar yang menikmati pijatannya. Bu Pudjadi memakai kebaya dan kain panjang, benar2 terlihat sesuai dengan waktunya, bahwa inilah perempuan Jawa pada waktu itu .....

1366604921520853503
1366604921520853503

13666049561503064935
13666049561503064935

Bu Pudjadi dan 2 orang ibu yang mewakili kaum perempuan manula di Gerejaku

Di ikuti dengan 2 perempuan manula juga, dengan memakai beberapa desain cantik baju2 khas perempuan Jawa. Kebaya serta kin panjang. Cantik dengan lenggangan yang membuat kami sangat respek! Bahwa perempuan2 manula, tetapi tetap mampu berkarya sesuai dengan bidangnya masing2. Ibu Kartini pasti bangga di Surga sana .....

Setelah itu, setelah perempuan2 manula, 3 orang perempuan karier masuk bergantian untuk memamerkan baju2 Jawa ( daerah asal Kartini ). Peremuan2 karier ini tetap berkarya sebagai 'tiang keluaarga'. Tetapi pun mereka tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan Indonesia, salah satunya  dengan memakai pakaian adat Jawa.

13666049982108958442
13666049982108958442

Perwakilan 3 orang perempuan manula, 3 orang perempuan karier dan 3 orang perempuan muda dan remaja, mewakili Kartini2 Indonesia dalam 3 generasi .....

Perempuan2 karier biasanya memang sudah 'terdidik' untuk peduli dengan budaya, salah satunya budaya Jawa ( karena Gerejaku adalah memang Gereja Kristen Jawa ). Tetapi ternyata kaum perempuan muda dan remaja nya pun, mau dan mampu untuk terus melestarikan budaya Jawa.

*Wah, Ibu Kartini pasti senyumnya bertambah lebar di surga sana .....

Apa lagi ketika anak2 perempuan kecil, mewakili Sekolah Minggu ( sekitar umur kelas 1 SD ), mau dan berani memamerkan busana Jawanya ...... lucu sekali ..... Mungkin memang ini karya orang tuanya, tetapi di lihat dari gaya dan wajahnya, mereka tidak 'membohongi' kami. Bahwa mereka bangga dan percaya diri sebagai perempuan Jawa .....

13666050421944631897
13666050421944631897

Anak2 yang mewakili generasi Kartini termuda di Gerejaku

Wah, jika aku sehat, sepertinya aku tidak akan mampu untuk melenggak lenggok dengan memakai busana Jawa atau apapun yang 'sempit' dan memamerkan keluwesan fisik, secara aku memang tomboy, yang hanya 'bisa' memakai celana panjang, hehehe .... Tetapi melihat fashion show Hari Minggu kemarin, rasa2nya 'rasa nasionalisme'ku bangkit untuk membuktikan bahwa 'aku tetap perempuan Jawa yang tetap bisa berkarya sebagai perempuan tomboy, tetapi bisa juga melestarikan budaya Jawa, salah satunya dengan mengenakan busana Jawa .....'

Acara memperingati Hari Kartini di Gerejaku, memang hanya sebuah acara kecil. Juga hanya sedikit keinginan Ibu Kartini, karena emansipasi itu bukan untuk sebuah 'pemberontakan' kaum perempuan, tetapi lebih untuk mencerdaskan kaum perempuan untuk hidup di masa depan yang lebih baik. Dan Ibu Kartini pasti bangga jika kaum perempuan Indonesia bersama untuk berkarya da;am kasih Tuhan ......

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun