Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Gudeg Manggar dari Bunga Kelapa, Pastinya Lebih 'Krenyes-Krenyes' dari Nangka Muda

11 Februari 2014   14:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti


[caption id="attachment_321951" align="aligncenter" width="591" caption="Dokumentasi dari Mas Aris Suryawan"][/caption]

Tahu kan, aku 'gila' gudeg? Walau aku dilahirkan di Jakarta dan hidupku adalah di jaman modern sekarang ini, serta aku sudah melanglang buana, aku tetap cinta makanan Indonesia, dan favorite ku adalah gudeg, terutama gudeg Yu Djum dari Yogyakarta. Bisa dilihat tulisan2ku tentang Gedeg Yu Djum :

Gudeg Yogya : Makanan Favoriteku

Sepenggal Cerita dari Yu Djum, Tokoh Gudeg Favoriteku

Aku, [Gudeg] Yu Djum dan Yogyakarta

Sejak dulu setelah papa mengenalkan aku dengan 'gudeg' tidak ada yang mengalahkan gudeg Yu Djum ( menurutku ), secara aku sudah mencoba setiap warung gudeg di Yogyakarta. Dari gudeg kering atau gudeg basah, dari resto mahal sampai lesehan di sudut yogya, dari yang mahal sampai yang paling murah, tidak ada yang mengalahkan Gudeg Ju Djum. Fanatik! Hihihi .....

Dan sejak itu juga aku hanya terfokus mencari dan makan Gudeg Yu Djum di Yogyakarta, walau banyak teman menyarankan yang lain.

Kemarin aku buka2 timeline teman2ku. Seorang teman dari Yogya, mas Aris Suryawan, yang sekarang bertugas dan tinggal di Raja Ampat, Papua, adalah sahabat filatelis. Setiap kemanapun dia pasti memotret kehidupan disana, termasuk kulinernya. Januari 2014 lalu, dia pulng kampung ke Yogyakarta. Seperti biasa, aku tersenyum melihat2 foto2nya di Yogya. Kenangan masa2 di yogya bersama keluargaku karena papa dulu tinggal disana dan eyang kakung dari papa adalah Pendeta di sebuah Gereja Kristen Jawa disana.

Aku mulai tertarik ketika foto2 dan cerita tentang kuliner Yogya. Dan karena favoriteku adalah Gudeg Yogya Yu Djum, ada sebuah foto gudeg Yogya tetapi ternyata bukan dari nangka. Disebut Gudeg Manggar.

Hmmmmm ..... fotonya sih sangat menarik. Seperti gudeg nangka biasa, tetapi jelas terlihat bahwa gudegnya bukan nagka, tetapi dari bunga kelapa! Wow! Mungkin aku akan mencoba Gudeg Manggar ini jika aku kesana.

Aku memang hobi makan, jauh sebelum aku sakit. Karena makan itulah, membuat aku stroke seperti ini. Makanan kolesterol tinggi adalah pola hidupku. Tidak peduli dengan kata2 dokter dan orang tuaku. Semuanya aku makan, apalagi jika ada orang memberitahu tentang makanan baru, aku akan bela2in mencari makanan itu dan mencicipinya. Dan jika memang suka, aku akan menjadikan makanan itu favoriteku, tidak peduli berapa besar kolesterol yang masuk dalam tubuhku .....

Dari referensi yang aku baca, mangga adalah bunga kelapa. Aku sangat yakin bahwa bunga kelapa itu setidaknya ada rasa-rasa kelapanya sedikit. Dan seperti yang kita tahu bahwa kelapa itu sangat gurih. Sehingga aku berkeyakinan bahwa Gudeg Manggar dari bunga kelapa, pastilah lebih gurih dibanding dengan gudeg nangka biasa.


[caption id="attachment_321952" align="aligncenter" width="517" caption="food.detik.com"]

13921020081524627095
13921020081524627095
[/caption]

Namanya juga bunga, aku membayangkan bahwa daging bunganya sendiri akan lebih 'crunchy', tidak seperti gudeg nangka. Bunga juga pasti bertangkai, dan di foto diatas benar2 seperti jamur tiram. Hmmmmm, terbayang tentang jamur tiram, pastilah gudeg Manggar mempunyai cita rasa yang unik dan gurih. Aku harus mencobanya jika ke Yogyakarta.

Bunga kelapa itu adalah alamiah. Artinya, sekarang pasti semakin langka untuk menemukan Gudeg Manggar, juga di yogyakarta. Beberapa pe,buat menutup warungnya dan hanya melayani pesanan saja. Mungkin ada yang bertahan di beberapa kawasan daerah Bantul.

Yang jelas, jika gudeg nangka empuk karena nangka muda, dengan bunga kelapa seperti ini, Gudeg Manggar cita rasanya 'krenyes-krenyes'. Hmmmmmm ... hmmmmm ... hmmmmm .....

Seperti gudeg2 yang lain, Gudeg Manggar juga dititipi banyak lauk pauk, seperti ayam opor, sambel goreng krecek tahu dan tempe bacem dan jangan lupa, 'areh' nya yang akan membuat gudeg ini lebih gurih! Eh, untuk 'kres2'nya pasti makan bersama rempeyek atau krupuk kulit dan yang lain sebagai pendamping.

Kelangkaan bunga kelapa merupakan 'prestasi' tersendiri, apalagi media menampilkannya sebagai kuliner wajib dan harus dilestarikan. Dan Gudeg Manggar  sekarang ini sedang 'naik daun', sebagai kuliner pusaka di Yogyakarta .....

***

Cinta Indonesia salah satunya adalah kepedulian tentang apa yang ada di Indonesia, termasuk kuliner. Kita boleh saja makan makanan modern dari negara lain, tetapi tetap terus mencoba kuliner negara sendiri. Jangan kita hanya mau makanan dari negara asing dan sama sekali tidak mau makanan Indonesia.

Gudeg adalah kulier pusaka Indonesia yang sudah terkenal ke seluruh dunia. Dan Gudeg Manggar yang sekarang agak langka keberadaannya, kita bisa terus melestarikannya. Mungkin kita sendiri tidak mampu melakukannya. Tetapi yang berkutat dalam pembuatannya pasti mereka tahu, apa yang harus dikerjakannya. Dan kita2lah yang harus melestarikannya dengan banak cara .....

So? Sudah jelas, bahwa jika aku ke Yogyakarta, aku akan mencari Gudeg Manggar, walau Gudeg Ju Djum tetap menjadi favoriteku .....

Gudeg Manggar, tunggu aku di Yogya ya .....


Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun