By Christie Damayanti
[caption id="attachment_307836" align="aligncenter" width="576" caption="500px.com"][/caption]
Ada yang percaya bahwa aku bisa menari Bali? Atau dibalik : pasti tidak ada yang percaya bahwa aku bisa menari Bali .....
Hahaha ..... itu benar sekali! Bahwa sekarang, jika aku tanya tentang itu, mereka tidak akan percaya bahwa dulu aku benar2 seorang penari junior, sejak SD sampai SMA. Penari Bali. Sering berpentas di gedung2 atau hanya seedar dipanggil menari di acara2 keluarga .....
Salaah satu tari yang membuat aku sering diundang untuk menari adalah Tari Oleg Tambulilingan. Entah mengapa, tari ini sering mengambil hati teman2 dan keluargaku.
Menurut referensi yang aku baca di beberapa tulisan, 'Oleg' dapat berarti gerakan yang lemah gemulai. Sedangkan kata 'Tambulilingan' berarti kumbang yang menghisap madu di bunga2an. Sehingga, Tari 'Oleg Tambulilingan' merupakan dan melukiskan gerk gerik seekor kumbang yang sedang bermain-main dan bermesraaan dengagn sekumtum bunga di sebuah taman firdaus yang indah. Dan memang, tarian ini sangat infah, dengan lemah gemulainya si penari serta 'seekor kumbang' ( biasanya diperankan sebagai laki2 atau perempuan yang memakai pakaian penari laki2 ).
Kata 'oleg' sendiri dalam bahasa Bali adalah bergoyang. Jadi tarian ini seperti sebuah pohon atau bunga yang bergoyang2, meliuk2 karena tertiup angin, sehingga biasanya tarian ini dibawakan oleh gadis2 yang tinggi semampai supaya bisa meliuk2 dan 'bergoyang', apalagi dengan 'candaan' oleh kumbang2 yang sedang menghisap sari madu bunga itu .....
Tarian Oleg Tambulilingan ini diciptakan oleh I Ketut Mario dari Tabana sekitar tahun 1952 atas permintaan John Coast, dari Amerika yang benar2 kesengsem dengan Bali dan tari2annya.
Seperti tari2an daerah ( termasuk di Indonesia ), tarian ini abadi, bahkna semakin banyak peminatnya. Mulai tahun 1951, tarian ini mulai di ciptakan sesuai dengan kesulitannya. Gerak lekuk2 tubuh si penari yang memakai baju tarian Bali dengagn kemben serta penutup dada cantik dan Songket Bali singset serta terakhir menjulur kebelakang ( untuk dikibas2kan dengan kedua kakiku dalam tarian ini ), wajar jika tarian ini benar2 di minati, baik untuk si penari atau calonnya atau juga si penikmat, karena selain gerakannya yang cantik dan gemulainya si penari serta bajunya yang sangat mencirikan tarian Indonesia, Songket Bali dengan perpaduan asesorisnya yang cantik  .....
Selain itu, Tari Oleg Tambulilingan ini sering dipakai sebagai simbol2 budaya Bali. Karena gerakan tarian ini memang melambangkan keindahan khas Bali. Wajar, jika banyak warga Bali yang sangat ingin menarikan tarian ini dengan sempurna!
[caption id="attachment_307838" align="aligncenter" width="509" caption="baligooglebook.com"]
Si penari dan si kumbang, dalam Tarian Oleg Tamulilingan dari Bali
Bayangkan, ketika aku belajar menarikannya ( selama hampir 1 tahun khusus untuk Tari Oleg Tambulilingan! ) aku benar2 menguras tenaga dan keringat! Ketika itu aku masih duduk di kelas 1 SMP ( aku belajar tari Bali sejak dudu di kelas 4 SD sampai kelas 3 SMA ) sampai hampir naik kelas 2 SMP. Guru tari Bali ku bernama Bapak Made dengan Ibu Ketut (?), mereka suami istri dan mereka datang ke rumahku, mengajar aku tari2an Bali secara private. Mereka benar2 mendalami dan mengajarkannya dengan sepenuh hati. Sangat terlihat bahwa mereka sangat mencintai Tari Bali dan Budaya Bali, khususnya .....
Oya, jika tidak salam, Tari Oleg Tambulilingan adalah tarian ke-4 setelah Tari Pendet, Tari Panji Semirang, Tari Tenun dan Tari Oleg Tambulilingan baru Tari Legong Keraton, yang benar2 sangat luar biasa dengan waktu selama hampir 1 jam tanpa jeda! Katanya, tari Legong Keraton merupakan tarian yang sebenarnya hanya untuk putri2 keraton Bali. Dan aku mampu melakukannya juga .......
Aku benar2 menguras tenaga untuk menarikan ini, justru secara harafiah! Mengapa? Karena untuk menyelesaikan tarian ini dengan sempurna memakan waktu sekitar 30 menit tanpa jeda! Lenggak lenggok sesuai dengan ciptaan I Ketut Mario, benar2 harus sempurna! Dengan posisi tubuh sempurna khas penari Bali ( posisi kaki rapat akan melebar tetapi harus bergerak naik turun serta melenggak lenggokkan tubuhku dan jari2nya terus berputar serta sinar mata yang bersinar dan terus 'mendelik' ( namanya apa ya? Ku lupa ) dan senyum terus mengembang selama 30 menit, benar2 membuat peluh bercucuran, walau di dalam AC!
Step demi step ( tiap step aku harus menghafalannya sebelum berlanjut ke step berikutnya ) aku jalani sampai aku mampu menarikannya dengan lumayan baik. Dasar masing2 tari Bali adalah sama, tarian Bali klasik. Tetapi koreografer I Ketut Mario menciptakannya dengan sedikit berbeda.
Aku ingat, penutup kepalanya sanat berat, apalagi jika ditarikan dengan gerakan2 kepalanya yang memang sering sambil tersenyum2 simpul. Pernah juga aku sedang latihan menari, penutup kepalanya jatuh karena kepalaku kecil ( apalagi ketika aku masih SD ). Untuk latihannya juga, aku harus memakain kain sempit dengan 'ekor' yang menjuntai untuk dikibas2kan dengan kakiku selama menari dan memakai penutup kepala asli yang cukup berat, karena benar2 harus latihan dan sempurna.
Tarian Oleg Tambulilingan ini, aku pernah pentaskan di beberapa event. Yang sering adalah di Taman Ismail Marzuki ( TIM ), dan ( dulu ) Gedung Granada, yang sekarang menjadi Plaza Semanggi. Pernah juga di Gelora Senayan, waktu itu ada tarian Oleg Tamulilingan massal, bersama sekolah2 di Jakarta.
Tetapi Tari Oleg Tambulilingan ini seharusnya ditarikan 1 orang saja bersama pasangannya, karena jika beramai2, tidak akan terlihat cantik dan indahnya gemulai si penari. Dan karena dulu rambutku memang manjang ( sampai pantat ), jadi aku tidak memakai rambut palsu .....
Aku belajar Tari Bali itu awalnya bukan karena aku suka dengan menari. Aku lebih suka ikut Karate. Tetapi ketika sejak klas 1 SD aku sudah belajar Karate dan sudah berprestasi, mamaku mau aku tetap harus belajar tarian daerah supaya aku tidak terlalu tomboi. Apalagi jaman dulu, ujian SD kita harus bisa menari tarian daerah. Jadi aku belajar Tari Bali sejak kelas 4 SD. Dan keterusan sampai sesaat sebelum lulus SMA .....
Haha ..... kenangan lama, tetapi benar2 ternyata membuat aku sadar bahwa jika kita dari kecil dan orang ua kita peduli dengan ini, maka kita bisa mencintai budaya sendiri. Ketika aku yang sebenarnya belajar Tari Bali hanya untuk sekedarnya saja, ternyata aku bisa sangat mencintainya,walau sekarang aku benar2 tidakbisa menari, apalagi tubuhku kaku karena stroke ini ......
Ini adalah salah satu kenangan terindah, untuk bisa menari Bali, sebagai penari kecil dan junior, untuk tetap mencintai budaya Indonesia ......
Ini di rumah eyang-ku di Yogyakarta yang mengundang saudara2 disana dan teman2nya .....
Aku kelas 3 SMP, mearikan tarian Oleg Tambulilingan, untuk ulang tahun eyang kakung-ku di Yogya. Waktu itu ( aku ingat sekali ) penutup dada dengan asesorisnya tertinggal di Jakarta, sehingga aku hanya memakai Songket Bali untuk kainnya serta kembennya, serta penutup kepala yang berat serta ronce-an bunga Kamboja, khas Bali. Asesorisnya memakai kalung emas panjang berbatu2 orange, pinjaman dari mamaku .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H