Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Hydrant': Bisakah Warga Jakarta Peduli akan Keselamatan dan Keamanannya Sendiri?

8 Januari 2013   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:23 1330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13576256011479696091
13576256011479696091

Sebuah ruang pompa, salah satunya untuk memompa air yang akan keluar dari hydrant. Materialnya dan peralatannya memang mahal dan rumit, dengan engineer khusus yang mengenrti tentang mekanikal dan elektrikal ( ME ).

Kebutuhan akan hydrant yang semakin tinggi diiringi dengan munculnya sistem air bawah tanah. Sebelumnya, air diperoleh dari sumur terdekat atau kolam yang mudah di akses. Hal ini mempersulit dalam proses pemadaman kebakaran karena akses terhadap suplai air yang kemungkinan sulit didapat di sekitar lokasi kebakaran. Untuk menyediakan air yang cukup untuk terjadinya pemadaman kebakaran, hydrant dianjurkan untuk dapat memberikan debit air minimum 250 galon per menit ( 945 liter per menit ).

Di luar negeri, hydrant benar2 menjadi fasilitas perkotaan untuk kebakaran dan dipandang sangat penting dan 'urgent'. Sehingga disana, hydrant benar2 didesain di setiap jarak beberapa artus meter di pinggir jaan atau pintu masuk sebuah daerah atau pemukiman, dan disekitarnya tidak terdapat bangunan, hanya tanah datar berumput, sehingga sangat jelas terlihat 'ada hydrant'. Konsep ini sebenarnya sangat masuk akal, tetapi ketika di Jakarta ( Indonesia ) membuat konsep hydrant sebagai fasilitas perkotaan, sering kali susah untuk dilaksakanan. Memang, untuk membuat infrastrutur hydrant, cukup mahal : sambungan pipa bawah tanah dari sumber mata air tanah / sumur, lalu pemipaan ke hydrant2 selanjutnya. Belum lagi untuk fisik dan alatnya sendiri, tidak murah dan tidak mudah .....

Sebenarnya ada beberapa jenis hydrant, yang fungsinya sama saja yaitu sebagai pasokan air jika terjadi kebakaran. Yaitu Hydrat Box di dalam gedung dengan pasokan air sekurang2nya 400 liter /menit dan mampu mengalirkan air selama 30 menit dan Hydrant Pillar di diluar gedung dengan pasokan air sekurang2nya 2400 liter /menit dan mampu mengalirkan air selama 45 menit. Konsep hydrant ini harus disosialisasikan demi keselamatan dan kenyamanan warga. Karena keselamatan memang sangat penting, tetapi kenyamananpun merupakan keinginan warga.

Hydrant bukan untuk 'gaya-gaya'an. Hydrant adalah KEHARUSAN. Walau infratruktur hydrant cukup mahal dan rumit, pun harus dibuatkan di setiap titik hydrant.

*Memangnya, jika mahal dan jarang berfungsi, kita tidak memperhatikan keselamatan dan kenyamanan hidup kita? Hydrant ibarat 'obat', dibutuhkan tetapi tidak sering dipakai .....

***

13576256411405507669
13576256411405507669

Mungkinkah ada hydrant di daerah pemukiman pada enduduk ini? Jika adapun, aku sangat yakin bahwa hydrant tersebut tidak berfungsi dengan baik, ataupun berfungsi tetapi tidak dipakai dengan semestinya ....

Bergumul dengan perkotaan memang tidak mudah. Permasalahan perkotaan terlalu kompleks dari permasalahan besar yang bisa 'dilihat' dengan mata kepala telanjang, sampai persoalan kecil yang hanya terlihat jika kita menekuni suatu subyek khusus saja, termasuk hydrant .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun