By Christie Damayanti
[caption id="attachment_227896" align="aligncenter" width="600" caption="australiancoralcoast.com"][/caption]
Ketika aku belajar di Perth, Australia Barat, yang aku sangat suka adalah : WEEKEND ! Karena, pertama aku tidak harus belajar di kampus. Kedua, aku bisa bebas kemanapun, bahkan keluar kota Perth untuk memuaskan hatiku dalam survey dan bersenang2. Akhir mid-term sewaktu disana, dalam liburan serta weekend, aku mengajak temanku ( dan ternyata dia tidak mau, sehingga aku hanya kesana sendiri ) untuk berlibur ke Monkey Mia .....
[caption id="attachment_227897" align="aligncenter" width="300" caption="monkeymiaresort.com"]
Monkey Mia, 800 km dari utara Perth, Australia Barat
Monkey Mia adalah sebuah tempat atau resort atau kota kecil, sekitar 800 km sebelah utara Perth, di Teluk Shark Park. Kota yang menaunginya adalah Denham. Daya tarik di Monkey Mia adalah selalu ada lumba-lumba botol ( Bottlenose Dolphin ) yang mencari makan di pantai sampai kita bisa memegangnya, tanpa kita berenang di laut! Sangat menarik secara aku memang sangat suka binatang .....
Pemerintah Daerah sangat berhati2 dengan lingkungan lumba-lumba ini, sehingga sangat 'strik', semua penjaga pantai untuk selalu memberitahukan kami, wisatawan2, dengan TIDAK BOLEH MEMBERI MAKAN, KECUALI IKAN-KAN YANG DISEDIAKAN PENJAGA PANTAI. Hukumannya tidak main2, yaitu penjara jika kami memberi makan lumba2 itu dengan makanan yang lidat disediakan oleh penjaga pantai .....
Awalnya, daerah Monkey Mia didirikan tahun 1890 dan kota ini digunakan sebagai kota industri mutiara Perth dan untuk memancing. Tidak mengerankan, laut di Teluk Shark Park sangat indah, biru dan banyak sekali ikan2 besar yang dilirik para pemancing kelas kakap internasional.
Awalnya, tidak ada lumba2 sebanyak itu di pantai. Biasa saja. Tetapi mungkin karena banyak pemancing disana serta banyak ikan2 kecil yang merupakan santapan ikan2 besar, sehingga lumba2 yang memang bukan sebagai umpan si pemancing, tertarik ke pantai untuk melahap ikan2 kcil disana, yang memang merupakan makanan juga bagi si lumba2.
Sampai tahun 1990, perairan di Monkey Mia dinyatakan sebagai Marine Park, yang dikelola oleh Departemen Konservasi dan Pengelolaan Tanah. Dan secara significan, lumba2 hidung botol terus bertambah seiring dengan wisatawan2 yang beerlibur kesana .....
Pemerintah daerah disana meneliti tiap lumba2 itu untuk kepentingan mereka, dan dipelajari secara ekstensif oleh tim ilmuwan internasional sejak tahun 1984. Mereka sangat peduli dengan lumba2 yang sejak itu diburu oleh pemburu2 ikan paus dengan tidak bertanggung jawab.
Aku sempat berfoto di persimpangan ke arah Monkey Mia. Lihatlah, semua padang pasir atau padang ilalang, tidak ada kehidupan disana. Palingan hanya kangguru2 liar, berlompatan .....
Setelah sempat mempelajari daerah itu ( maklum Monkey Mia memang jauh dan berkelok2 melewati gurun pasir dan aku hanya sendiri mengendarai bis dalam perjalanan 1 malam ) di perpustakaan dan bertanya2 pada teman, aku langsung ke terminal bus untuk menuju kesana. Jam 8 malam bus itu berangkat ke Monkey Mia dan sampai disana sekita jam 6 pagi berikutnya. Dengan suasana dingin yang cukup dingin ( waktu itu bulan Juli, adalah masih musim dingin disebelah selatan bumi ). Aku meringkuk kedinginan, ketika yang lain bisa berpelukan karena masing2 tidak bepergian seorang diri. Tetapi aku ingat, malam itu aku tidur dengan cukup nyenyak walau kedinginan dan bangun besok pagi dengan segar .....
Jam 7 pagi, aku langsung berlari keluar bus ketika laut membentang di depanku. Matahari bersinar cerah, bannyak sekali burung2 pelikan menghampiri wisatawan untuk 'berkenalan'. Suasana alami sangat menarik hatiku. Sinar matahari yang ramah, walau masih berasa dingin, ternyata sangat nyaman setelah aku membuka jaketku, untuk mencoba air laut. Waahhh ..... ternyata airnya masih dingiiiiinnnnnnn ...... hiiiiiii, sehingga aku tidak beeranjak untuk ikut menceburkan diri ke laut .....
Selamat datang di Monkey Mia, sebuah resort terpencil dengan lingkungan yang sangat alami .....
Aku berjalan2 dipantai, bermain air dengan kakiku. Aku memunguti kerang2 yang menmpeldi kakiku serta banyak bertanya kepada penjaga pantai disana. Ternyata, lumba2 pasti datang kepantai sekitar jam 10.00 pagi sampai jam 11.00 pagi. Katanya, untuk makan pagi dan siang. Setelah itu, mereka berenang lagi ke tengah lautan, bermain2 dengan kelompoknya dan kembali lagi ke pantai sekitar jam 4.00 sore. Waaahhhh ...... ternyata lumba2 lebih disiplin dibanding dengan manusia, sepertinya .....
Dari jam 7.00 pagi itu, aku hanya berjalan2, survey, mencari makan sambil mencari teman ngobrol. Burung2 pelikan sangat jinak. Ketika aku menemukan pelikan dewasa sedang tidur di atas pasir, gemas sekali aku, ingin memegangnya. Tetapi aku tidak berniat mengganggunya, sehingga aku hanya minta teman baru untuk memotretnya bersamaku .....
Burung pelikan dewasa, berani tidur di atas pasir, secara daerah itu bisa penuh dengan wisatawan.
Wisatawan2 masih berdatangan. Semakin siang, semakin penuh. Hmmmm ...., aku takut tidak kebagian untuk melihat dan memegang lumba2 itu, secara banyak sekali wisatawan yang hadir. Beberapa penjaga pantai sudah bersiap membawa ember2 besar berisi ikan2 kecil segar, diletakkan di bibir pantai. Waktu itu sudah jam 9.30 pagi. Di beberapa titik, mereka bersiap untuk memberi makan lumba2 itu.
Jam 10.00 kurang sedikit, aku ingat betul, kami menatap jauh kelaut. Sekelompok lumba2 hidung botol, belomba berenang timbul-menyelam gaya lumba2, untuk berenang ke pantai. Karuan saja, kita semua berderet di bibir pantai dan menunggu mereka datang. Lumba2 itu berenang santai, sambil bercengkerama. Gemas aku melihatnya ..... sebuah keajaiban alam di Monkey Mia, tempat alami yang sangat peduli untuk menjaga kelestariannya .....
Lumba2 hidung botol yang selalu berada di dekatku. Berenang, seakan dia mengajaku bercengkerama bersama di laut .....
Aku hanya membayangkan, ketika ada seekor lumba2 beenang ke arah pantai Ancol, mungkinkah lumba2 itu bisa mencapai bibir pantai? Bisakan ada orang yang peduli dengan keinginan mereka untuk bercengkerama dengan manusia? Mungkinkah aku bisa memegangnya untuk memberi makan ikan2 kecil?
Atau, ketika seekor lumba2 ke pantai Ancol bisa sampai ke bibir pantai, pun dia akan mati karena polusi air laut, dengan warna air yang kehitam2an dengan bau yang menyengat .....
Beerapa lumba2 yang sepertinya sudah biasa, sangat dekat dengan kami. Sama sekali tidak takut dan manissss sekali. Aku bisa memegangnya, tetapi ketika aku ingin memeluknya, si penjaga pantai melarangnya, karena katanya akan memberi polusi dengan baju2 kami. Lumba2 itu sangat rentan karena kami memang pasti membawa virus manusia.
Satu jam kami bermain bersama lumba2 itu. Para wisatawan sangat patuh untuk larangan2 dari si penjaga pantai. Mereka tidak boleh berenang dulu, jika lumba2 itu belum pergi. Kami berbaris untuk memberi makan lumba2 tersebut. Sangat menyenangkan .....
Si penjaga pantai sedang menceritakan tentang lumba2 itu dan si lumba2 sempat menggigit celana si penjaga pantai. Mungkin dia ingin menarik si penjaga pantai untuk bermain bersama, tetapi si penjaga pantai tidak menggubrisnya .....
Aku berusaha untuk memberikan tanganku, ketika seekor lumba2 yang selalu mengitariku, mulai bergerak menuju le lautan. Selamat tinggal lumba2ku, selamat jalan dan hati2 dengan hiu2 putih ( predator lumba2 ) disana .....
Ketika jam 11.00 tepat, satu persatu lumba2 itu pamit mundur, dan seketika bibir pantai sepi dari mereka. Wisatawan saling melambaikan tangannya, berharap bisa berkumpul kembali jam 4 sore nanti. Tetapi aku harus pulang, karena besoknya aku harus mengurus pelajaranku ..... sayang sekali, ketika aku tidak bisa mengamati apakah masing2 dari lumba2 tersebut masih mengenali kita .....
Setelah jam makan siang, aku bersama rombonganku malam sebelumya, bersiap pulang ke Perh. Sebuah pengalaman yang luar biasa, sebagai pencinta binatang dan lingkungan hidup .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H