Faktor jenis kelamin :
Menurut banyak referensi, jenis kelamin laki-laki lebih cenderung terkena stroke dibandingkan perempuan. Laki-laki cenderung terkena stroke penymbatan ( stroke iskemik ) dan perempun cenderung lebih berbahaya, terserang stroke pendarahan dan resiko kematiannya lebih tinggi dari pada penumbatan.
Faktor ras / keturunan :
Menurut ahli penyakit dalam, Broderick, orang2 Negro Amerika cenderung beresiko lebih besar mengalami stroke perdarahan dibandingkan orang kulit putih Aerika. Orang Jepang dan Afrika-Amerika juga cenderung mengalami stroke perdarahan dan orang2 kulit putih cenderung mengalami stroke penyumbatan. Sedangakan tingkat terjadinya stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang dan China (buku 'Stroke : Waspadai Ancamannya oleh dr. Iskandar Junaidi).
Tetapi ada beberapa faktor resiko untuk tidak terserang stroke. Stroke perdarahan yang aku alami, faktor yang menonjol adalah stres dan hipertensi. Dengan stres apalagi karena tekanan darah tinggi ( hipertensi ), menjadikan terpompanya darah dari jantung dengan keras, dan sampai ke otak dengan keras juga, sehingga pembuluh darah otak mengalami pecah dan darah menggenangi otak kiriku .....
Sedangkan untuk stroke penyumbatan ( stroke iskemik ), hampir semua faktor resiko memiliki peranannya.
Faktor stres :
Yang ditimbulkan karena stres adalah pengaruh hormonal dalam tubuh. Jika stres tidak dikendalikan dengan baik, akan menimbulkan hormon2 dalam tubuh keluar, antara lain hormon adrenalin secara berlebihan sehingga akan berefek pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
Selain itu, kecenderungan dari orang yang sedang stres, akan orang itu mendorong melakukan tidakan yang merugikan diri sendiri, seperti makan yang berlebihan, merokok, minum minuman keras atau marah2. Sehingga secara biologis, stres dapat mempengaruhi dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh ( imunitas ) sehingga rentan terhadap serangan penyakit.
Faktor tekanan darah tinggi ( hipertensi ) :
Orang2 yang menderita hipertensi, artinya jantung meompakan darah dengan keras ke seluruh tubuh, termasuk ke otak. Jika pembuuh2 darah yang lain berdinding cukup tebal ( misalnya pembuluh darah tangan ), tetapi pembuluh darah otak kita berdinding sangat tipis dan kecil. Sehingga jika jantung memompakan darah dengan keras ke otak yang berdinding tipis dan kecil, maka darah akan 'berdesak2an' ke pembuluh darah orak, sehingga lama kelamaan ( jika hipertensinya tidak di kendalikan dan tidak di periksakan ke dokter ) pembuluh darah akan pecah. Dan ketika tekanan tinggi yang terus menerus, pecah pembuluh darah otak itu akan terus mengeluarkan darah segar, menggenangi otak kita. Semakin keras ( tinggi ) terpompanya darah, semakin keras juga darah terus keluar dan menggenangi otak  .....