By Christie Damayanti
[caption id="attachment_216420" align="aligncenter" width="640" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]
'Rumahnya' gundul, tanpa rumput sama sekali .....
Aku memang suka sekali binatang. Sejak kecil, dimanapun, kapanpun aku selalu memperhatikan binatang2 yang ada di sekelilingku. Ketika aku kecil, pun sekarang ini, jika aku melihat seekor binatang yang sakit atau terlihat sedih di jalanan ( misalnya, kucing atau anjing adalah binatang yang emosinya terlihat seperti manusia ), aku akan menghampirinya, mengelusnya, menggendongnya bahkan aku bawa pulang untuk aku obati, aku rawat dan setelah itu biasanya aku pelihara walau kapanpun mereka ingin pergi dari rumahku, aku persilahkan. Biasanya, kucing2 yang sudah sembuh, mereka akan pergi dari rumahku tetapi malam hari mereka kembali lagi. Dan anjing2 yang sudah sembuh, mereka benar2 menjadikan aku sebagai sahabat mereka, sampai mereka mati .....
Itu jaman aku maih single, dengan kesibukanku sebagai pelajar dan mahasiswa. Tetapi ketika aku menikah dan pindah rumah, juga kebetulan hewan2 peliharaanku memang sudah mati karena sudah tua, kesibukanku mengalahkan semuanya, walau kecintaanku tentang binatang terus bertumbuh. Dan aku mau, anak2ku menjadi penyayang lingkungan, termasuk penyayang binatang.
Banyak cerita tentang binatang2 yang aku pelihara, termasuk ketika aku menjadi 'Sahabat Satwa' di Kebon Bintang Ragunan sejak tahun 1985 sampai tahun 1988. Hampir setiap hari jika aku tidak ada tugas / les, aku akan kesana untuk menemani anak2 binatang dan menggendongnya bahkan menyusuinya dengan botol susu karena induknya butuh istirahat. Cerita ini akan aku tuliskan, segera.
Dan ketika beberapa waktu yang lalu, di Taman Makam Pahlawan Kalibata, banyak terdapat Kijang Totol yang menunggu kita untuk memberi makan mereka, aku trenyuh .....
Kijang Totol : Tempatmu Bukan Disana .....
Di sekitar Jakarta, Kijang Totol menjadi kebanggaan. Pasalnya, di Istana Bogor serta di Taman Monas, Kijang2 Totol ini beranak pinak, sampai pemerintah daerah agak kebingungan untuk 'menghidupi' mereka. Bukan hanya ruang geraknya saja ( karena seekor Kijang Totol membutuhkan ruang gerak di alam bebas berlipat kali dibanding rung gerak di sekitar Jakarta ), tetapi makanannya pun tidak bisa untuk mereka. Beberapa rumput dan tanaman kesukaan mereka, habis, gundul ditengah2 mereka. Padahal kita tahu bahwa Kijang Totol adalah pemamah biak, sehingga mereka butuh banyak rumput secara mereka terus mengunyah ....
Setiap hari Minggu pagi, kami harus melewati Kalibata untuk sampai ke Gereja kami, tempat kami beribadah. Dulu2 tidak terlalu kelihatan bahwa Kijang Totol banyak terdapat di sana. Mungkin rumput serta tanaman2 yang mereka suka, masih banyak. Tetapi sekitar 1 tahun ini, aku melihat rumput2 dan tanaman2nya sudah terlihat gundul. Dataran sekitar TMP Kalibata, terlihat berwarna merah bata, menandakan tempat itu sangat gundul, sehingga Kijang2 Totol itu, kelaparan .....
Suasana pagi hari di sekitar TMP Kalibata, sudh sibuk dengan transaksi jual beli wortel dan memberi makanan untuk Kijang Totol.
Aku sempat menyaksikan Kijang2 Totol itu tubuhnya kurus. Tulang2nya menonjol dan wajah mereka terlihat tidak segar. Dan aku sempat trenyuh .....
"Tempat kalian bukan disini, sayang", begitu aku selalu berpikir. Apa yang aku harus lakukan?
Setelah beberapa saat berlalu, begitu aku melewati tempat itu lagi, ternyata sudah banyak pedagang2 sayur ( khususnya wortel ) untuk berjualan disana. Ternyata juga, mereka memenuhi permintaan pasar bagi 'wisatawan2 lokal' untuk memberi makan Kijang2 Totol itu. Banya 'wisatawan2 lokal' itu dari daerah sekelilingnya, tetapi bannyak juga khusus kesana untuk membeli wortel dan memberi kepada Kijang2 Totol itu. Dan secepat itu pula, Kijang2 Totol itu menjadi lebih gemuk dan segar .....
Banyak diantara 'wisatawan2 lokal' itu membawa anak2 mereka. Anak2 mereka sambil di suapi makan pagi, sambil mereka memberi makan Kijang2 Totol itu. Anak2 senang karena makan banyak dan senang karena si Kijang Totol senang, dan ibu sengan karena anak2nya makan banyak serta senang karena tidak rewel. Bukan hanya ibu2 muda dengan anak2 mereka saja, tetapi laki2 pun membeli wortel untuk memberi makan si Kijang2 Totol ini.
Ibu2 dengan anaknya memberi makan Kijang Totol dan ayah seorang anak membeli wortel 1 plastik untuk memberi makan si Kijang Totol .....
Ternyata, Kijang Totol bukan hanya memberi kebahagiaan untuk keluarga, tetapi juga memberi kebahagiaan pedagang2 sayur .....
Tetapi menurutku, Kijang Totol tidak seharusnya tinggal disana. Jika di Istna Bogor, bisa saja karena tempatnya luas dengan udara sejuk dan nyaman. Tetapi bagaimana dengan di Taman Monas? Apalagi di TMP Kalibata?
Taman Monas dan TMN Kalibata adalah sebuah taman / kebon yang luasnya terbatas seerta di kelilingi oleh udara yang berpolusi tinggi. Siapapun tahu, polusi udara di Jakarta sudah melewati ambang batas. Sehingga, sebagai makhluk hidup ( manusia dan binatang ), sebenarnya agak 'riskan' untuk hidup di Jakarta. Banyak akibat2 polusi Jakarta ini memicu penyakit kronis. Salah satunya adalah kanker. Tidak bisa dibayangkan jika penduduk Jakarta menghirup udara yang terpolusi dan berakibat penyakit, beberapa tahun mendatang .....
Pemerintah seharusnya bisa memikirkan bagaimana populasi Kijang Totol tidak dibiarkan menghirup udara terpolusi. Bukan hanya polusinya saja, tetapi ruang geraknyapun harus dipikirkan, sesuai dengan standard kebutuhan mereka .....
Buat aku, Jakarta bukan untuk 'main2', termasuk bermain dengan makhluk hidup. Manusia bisa dengan akalnya untuk tidak menghirup udara terpolusi. Tetapi bagaimana dengan Kijang Totol? Trenyuh aku memikirkannya ..... Mereka juga mahkluk Tuhan, tetapi manusia sering menelantarkan banyak hewan, seakan itu bukan makhluk Tuhan .....
Konsep lingkungan Jakarta, sudah sering aku jabarkan pada artikel2ku sebelumnya. Tetapi mungkin memang belum tentang area populasi Kijang Totol. Tetapi yang jelas, Jakarta harus diperbaiki, termasuk perbaikan lingkungannya supaya, Jakarta bukan hanya sebuah kota metropolitan yang mendunia, tetapi juga Jakarta memberi tempat yang nyaman bagi warganya serta makhluk hidup lainnya di dalamnya .....
Salamku untuk si Kijang Totol .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H