Aku sih fine-fine saja. Dan itu cikal bakalku sebagai 'preman proyek'. Dengan modal meja gambar untuk mendesain, aku bekerja sama dengan beberapa teman2ku dalam 'bekerja', walau masih kuliah. Dan meja gambar inilah menjadi titik tolak karierku sebagai seorang arsitek profesional dan mulai dikenal di kalangan terbatas, sekarang ini .....
Terima kasih meja gambarku. Jika sekarang sudah ada CAD, sebuah program desain arsitektur lewat komputer, sekarang pun, sebuah MUTOH TIDAK KALAH HEBATNYA, sebagai modal belajar arsitektural. Dalam jaman sekarang, ketika aku mengajar sebadai dosen Studio 1 sampai Studio 4 sebelum aku sakit, setiap awal tahun ajaran baru, aku mengharuskan mahasiswaku untuk bisa menggambar tanpa CAD, dan memakai meja gambar. Karena seperti yang aku sering katakan, bahwa sebuah teknologi modern harus bisa membuat kita lebih baik, tetapi tetap menjunjung tinggi fasilitas2 'jadul' yang memang terbaik di jamannya.
Seorang arsitek, tidak akan bisa mendesain dengan sketsa tangan jika hanyanterus memakai CAD. Padalah, sketsa tangan ini sangat diperlukan oleh banyak arsitek2 senior di luar negeri untuk mengekspresikan keingian ita sebagai arsitek serta hati kita sebagai desainer. Sketsa tangan akan menjadikan desain kita lebih enak dan apik dilihat. Berbeda jika kita menggambar dengan CAD.
Iniu sedikit cerita jadul dari meja gambar jadul-ku. Meja ini tetap aku rawat dengan 'baju' khusus walau sudah lebih dari 20 tahun tidak aku pakai ..... Mungkin bisa menjadi sebuah barang antik, jika mimpiku terwujud dalam membuat sebuah gallery kekuargaku .....
Salamku .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H