Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

'Melek Media' Merupakan Bagian dari 'Melek Teknologi' bagi Perempuan Indonesia

30 Juli 2012   05:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:27 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_203563" align="aligncenter" width="627" caption="frankwbaker.com"][/caption]

Fakta saat ini bahwa media sekarang merupakan untuk sebuah 'kehidupan, ketrampilan dan untuk berpikiran kritis' yang sangat membantu semua orang. Bukan hanya kaum muda yang merupakan produk untuk masa depan bangsa, untuk bisa melek media ( bukan hanya membaca koran untuk berita2, tetapi justru lebih penting dengan membaca2 di internet ), tetapi sekarang justru kaum perempuanlah yang sanghat dimungkinkan sebagai 'filtering' untuk anak2 dan remaja mereka.

Yang disebut dengan 'Media Literacy' adalah bukti yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk menganalisa, mengevaluasi dan menciptakan pesan dalam berbagai mode media, jenis dan bentuk. (Wikipedia). 'Media Literacy' juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyaring dan menganalisa pesan yang diinformasikan, menghibur dan menjual kepada kita setiap hari ( Jane Tallim, Education Specialist ).

Elizabeth Thoman ( Founder & President Media Literacy ) mendifinisikan sebagai istilah keseluruhan yang menggabungkan 3 tahap yang mengarah ke media pemberdayaan :

1.       Pengelolaan 'diet media', yaitu untuk membuat pilihan dan mengurangi waktu yang dihabiskan dengan TV, video, film, game, dll.

2.       Ketrampilan untuk menonton secara kritis yang bisa dipelajari melalui kegiatan kelompok interaktif.

3.       Situasi dimana kita dapat melihat apa yanh ada dibalik kerangka kenyataan untuk mengeksplorasi masalah yang lebih dalam. Siapa yang memproduksi? Tujuannya untuk apa? Siapa yang mendapat keuntungan? Siapa yang memutuskan?

Bayi sekarang bisa dikatakan sebagai ' bayi gadget' ( lihat tulisanku 'Generasi Gadget' : Sanggupkah Kita Mengikutinya ? ). Mereka terlahir dengan kemampuan melihat dan berbicara yang lebih baik, juga mempunyai kayalan virtual yang semakin tak terbatas. Dan kaum perempuanlah, sebagai ibunya, yang lebih bisa 'masuk' kedalam hati bayinya ( biasanya kaum ayah tidak terlalu dekat dengan hati bayinya karena dia tidak menyusui ). Sehingga kaum perempuan yang harus 'diberdayakan' bagi bayi, anak2 dan remaja mereka.

Sebagai ibu dari anak2 dan remaja kita, kaum perempuan ( apalagi di desa2, atau yang 'gaptek' ), harus 'melek media' ( Media Literacy ). Ketika internet dan teknologi menjadi fakta baru dalam kehidupan kita, berpikir kritis lah yang akan membantu anak2 dan remaja untuk mengendalikan kehidupan nyata mereka :

1.       'Melek Media' akan membuat kita dan kaum perempuan menjadi warga yang lebih 'melihat' dunia.

2.   'Melek Media bisa menjadi pesan untuk mendidik dalam pembelajaran, begitupun pada kaum perempuan. Mereka bisa 'melihat' orang2 di seluruh dunia untuk bisa membuat atau menjual, atau juga bisa menghasilkan uang bagi keluarganya.

3.       'Melek Media' menjadi semakin penting dalam berkomunikasi visual dan pertukaran informasi.

4.     Yang jelas, dengan 'Melek Media', kaum perempuan yang sebagian besar berada sebagai pendamping anak2 dan remaja mereka, menjadi tahu tentang apa yang anak2 dan remaja mereka berkegiatan dalam internet. Ibu2 mereka menjadi tahu, apa itu Facebook, Tweeter atau media sosial lainnya, juga game online dan sebagainya, yang hampir semua anak2 dan remaja itu lakukan. Mungkin orang tua mereka tetap tidak bisa mengikuti dan 'membuntuti' si anak dalam berkegiatan. Tetapi setidaknya, orang tua ( khususnya kaum ibu ) menjadi tahu, dengan sosialisasi 'Internet Sehat dan Aman' untuk terus memantau dan mengaati serta mendidik anak2 dan remaja mereka dalam berkegiatan.

Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak yang sekarang dipimpin oleh Ibu Linda Gumelar, selalu menegaskan bahwa kaum perempuan dimanapun, sekarang harus fasih untuk 'memberdayakan' dirinya, paling tidak untuk keluarganya, terutama untuk anak2 dan remajanya. Dan salah satunya, dengan 'melek media' yang merupkan bagian dari 'melek teknologi'. Dengan orang tua ( dan lebih di tekankan kepada ibu2 mereka ) yang 'melek media', akan bisa tetap mendidik anak2 danm remaja mereka, bukan hanya tentang pengajaran fisik dan belajar teori saja, melainkan justru ke arah pendidikan moral dan kehidupan sehari2 untuk lebih bertumbuh dan berkembang lebih baik.

Sekarang, media membawa dunia masuk ke dalam rumah kita. Sekarang, tergantung pada komunikasi keluarga kita untuk bisa mencerna dan memposisikan bahwa fakta itu memang sekarang ada. Baik berita2 aktual, hiburan atau informasi. Kisah2 ini bisa dan akan membantu dan memberitahukan tentang siapa kita, pa yang kita yakini dan apa yang kita inginkan. Karenanya 'Media Literacy' tidak dapat ditunda lagi. Bahwa kita harus menyadarkan diri kita masing2 untuk 'melek' terhadap media, agar kita semua bijak dalam menggunakan media, baik offline atau online, dan bisa menggunakan media sebagai fasilitas untuk kepentingan hidup kita.

Dan yang jelas, pendidikan anak2 dan remaja kita ada di tangan kita sebagai orang tua untuk menjadikan masa depan negara dan bangsa kita lebih baik dimasa yang akan datang .....

( Sumber : Media Perempuan dan Anak - Edisi 02 th 2012, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak ).

1343624275539515707
1343624275539515707

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun