By Christie Damayanti
[caption id="attachment_198774" align="aligncenter" width="640" caption="Dokumen Pribadi"][/caption]
Ketika pertama kali aku ke Singapore tahun 1976 dan 1979 ( waktu itu, aku sudah mengerti apa arti 'shopping' ), aku sudah sangat tahu, bahwa Orchard Road adalah surga belanja dunia. Katanya dulu, semuanya murah ( dollar masih puluhan rupiah saja ), semua barang ada dan belanja disana nyaman, aman dan sejahtera. Itu memang benar sekali. Tidak hanya itu, walau hanya berjalan2 saja tanpa berlanja, duduk2 di pedestriannya sambil makan hamburger atau sandwich, sangat nyaman. Aku dan adik2ku sering berlarian, sewaktu mamaku belanja. Aman dan nyaman .....
Ketika mulai SMP sampai kuliah, pun Orchard masih sangat nyaman untuk belanja. Tahun 1990-an, pun dolar masih ratusan rupiah, dan di Jakarta belum banyak yang bisa aku cari dan beli, sehingga waktu itu ( masih kuliah di arsitektur ) cari dan beli spidol atau crayon dan pensil warna ( Staiddler atau Faber Castel ) saja ke Singapore untuk penyajian tugas2 yang terbaik. Begitu juga buku2 arsitektur, aku beli di Kinokuniya ( dulu belum ada internet ) untuk referensi desain, karena di Jakarta belum ada buku2 desain.
Ketika mulai bekerja, aku sering kesana untuk pekerjaanku. Pun sebelum krismon tahun 1998, Orchard Road masih nyaman dan masih murah dibanding dengan barang2 di Jakarta. Ah ... jangan pernah berpikir aku belanja barang2 branded dan mewah, tetapi hanya barang2 arsitektural atau sekedarnya saja. Pun itu tetap jauh lebih murah dari di Jakarta. Singapore memang surga belanja dan surga survey, karena Singapore dengan kehidupan dan lingkungannya hampir sama dengan Jakarta, sehingga sebagai arsitek aku lebih suka survey arsitektural ( desain gedung, interior, detail2 atau streetscape, taman, bunga dan tumbuhan ) ke Singapore dibanding dengan negara2 yang jauh dari Indonesia.
Tetapi setelah krismon, dolar melonjak tinggi dan rupiah tertinggal jauh, Singapore sudah bukan tempat belanja yang nyaman lagi. Barang2nya beranjak mahal, paling tidak sama dengan barang2 di Jakarta. Ditambah ketika arsitek2 Indonesia sudah bisa 'menandingi' desain gedung dan interior semewah Singapore serta barang2 import banyak masuk ke Indonesia dan harganya hampir sama ( atau sama? ) dengan di Singapore ( atau di beberapa negara lainnya ), aku tidak pernah lagi belanja barang2 arsitektural disana. Apalagi ketika internet booming akibat globalisasi. Semua ada di Jakarta! Walau Singapore juga terus berbenah diri untuk menjadi yang 'ter', Jakarta juga tidak kalah untuk membangun shoping center atau mall ( walau tetap 'aturan mainnya' harus di cermati ). Mall2 di Jakarta cantik2. Orchard Road sejak tahun 2005 ( kalau tidak salah ) sampai sekarang ( tahun 2012 ), berantakan! Memang disana benar2 sedang berbenah diri. Singapore sedang membuat konsep yang luar biasa dengan membangun kehidupan di bawah tanah ( MRT smpai beberapa tingkat di bawah tanah, dan dunia belanja ) dan itu membuat Orchard Road berseliweran pekerja2 dan bongkaran2 serta membangun tata letak dan 'shopfront' mall2 sangat tidak nyaman untuk berjalan dan tidak nyaman untuk 'berwisata belanja', ditambah barang2nya hampir sama dengan di Jakarta. Singapore sudah 'kalah' dibanding dengan Jakarta, sebagai surga belanja .....
Di depan Lucky Plaza yang sama sekali tidak berubah dan di sebelah OG yang terpaksa ditutup dan tidak bisa melihat jalan .....
Wisatawan belanja di Singapore memang tetap ke Orchard Road, ditambah dengan kesibukan pembangunan, jalan itu menjadikan sangat sibuk luar biasa! Kerumunan orang ada dimana2. Walau memang fasilitas disabled tetap sangat di perhatikan ( aku memakai kursi roda ), aku merasa sangat tidak nyaman. Mall2 di Singapore pun kalah cantik dengan di Jakarta, seperi Vivo City atau Raffless City, jauh dibanding dengan di Central Park, Taman Anggrek, Senayan City atau Pondok Indah Mall.
Semakin siang sampai malam, semakin padat ..... dan sekarang mulai banyak wisatawan ( dari Indonesia? ) yang merokok, walau sudah dipasang tanda 'Do Not Smoking by Law' dimana2 .....
Di Orchard Road, Mall Paragon tidak 'sebading' dengan mall2 di kanan kirinya. Mall yang menjual barang2 branded dari Eropa yang mewah dan mahal, sayang sekali sejak 2008 sampai sekarang tetap terlihat 'wah' karena pembenahan diri yang terus menerus. Takashimaya memang tidah berubah, di bawah tanah terhubung dengan Isetan, penuh dab kisruh sekali. Tampak depan Isetan memang sangat berubah, sehingga menjadikan mall ini ( berseberangan dengan Lucky Plaza dan Tang's ) sangat berbeda dengan yang lain. Dan Tang's tetap dengan ciri khasnya, serta Lucky Plaza dengan konsep 'Mangga Dua' nya seperti di Jakarta. Dan area pedestriannya sangat cantik sebagai sebuah mall di hook jalan Orchard .....
Di depan Paragon dan di depan Isetan
Ketika Orchard Road banjir beberapa tahun lalu, aku tidak tahu, seberapa berat banjirnya dan bagaimana tentang 'dunia bawah tanahnya'. Mungkin itu juga yang membuat pemerintah Singapore terus berupaya untuk berbenah diri mendesain konsep2 dan pompa2 terbaik agak banjir disana tidak akan melanda lagi .....
Singapore memang sebuah negara kecil, tidak lebih besar dari kota Jakarta. Sangat bisa sangat dimengerti, bahwa Singapore lebih bisa sangat maju dibanding dengan Indonesia. Tetapi, tidak ada salahnya, jika kita tetap mengamati, mencari tahu atau lebih semangat untuk mengembangkan Indonesia kita, bukan? Dan tidak ada salahnya kita belajar dari negara2 lain termasuk Singapore. Walau 'surga belanja' ( menurutku ) lebih menarik di Jakarta dibanding dengan Singapore, Indonesia masih kalah jauh untuk yang lain .....
Reportase ini mengawali reportase2 selanjutnya tentang negeri Singapore untuk menjadikan Jakarta lebih baik lagi, sebagai negara dan bangasa yang besar .....
Salam dari Singapore .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H