Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Money

'Woman on Top', Siapa Takut ???

22 Mei 2012   05:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:59 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resiko memang besar, jadi pandai2lah kita 'melihat' anak2, apakah mereka memang bisa dilepas atau mereka memang tidak bisa / belum bisa dikendalikan. Jika memang mereka masih harus terus diawasi, sebaiknya berkonsultasilah dengan keluarga, bagaimana menjaga mereka, apalagi kita yang sudah ditinggal suami karena meninggal atau cerai, yang memang harus menghidupi anak2nya.

3. Jaga komunikasi

Komunikasi memang penting. Dalam tim, walau tidak ada tugas besar yang harus diselesaikan, kita harus tetap menjaga komunikasi. Sekali2, datanglah pada mereka ( tim kita ), ajak makan, diskusi ringan ataupun boleh juga sedikit hang-out di suatu waktu. Anggota tim, anak2 buah kita, pasti senang dan bertambah respek kepada kita. Dan justru wanita banyak dipilih untuk tugas2 yang lebih 'memanusiawikan' setiap anggota tim.

Begitu juga jaga komunikasi dengan anak2 dan keluarga. Jangan terus 'lupa diri' untuk mencari uang. Karena, yang ada, mencari uang bukan sekedar untuk anak2, tetapi justru menjadi 'ambisi diri', untuk yang terbaik sebagai wanita. Kita akan lupa diri bahwa wanita tetap harus menjalankan kodratnya sebagai wanita dan ibu dari anak2 kita. Tuhan sudah menciptakan bahwa pria memang lebih kuat secara fisik dan pria memang di tugaskan untuk menghidupi keluarga. Tetapi, wanita tetap harus bisa jika memsng dibutuhkan, dan wanita tetap mempunyai 'hati' seorang wanita yang lembut ...... ( ciiieeeee ..... pasti banyak yang tertawa, aku menulis seperti ini ..... ).

4. Satukan tim

Sebagai pemimpin, mungkin kita mempunyai bannyak tim, bukan hanya 1 tim saja. Tim2 kecil inilah yang menjadi perpanjangan tangan kita, mendelegasikan tugas2 kita. Dan tim2 kecil ini harus kita satukan untuk mempunyai visi dan misi yang sama dengan kita. Tidak apa2, tim itu berbeda tugas, tetapi kita tetap selalu memantau serta mengawasi anggota2 tim kita, supaya jika ada perbedaan, cepat bisa untuk didiskusikan besama untuk kepenting bersama.

Begitu juga tim kita dalam pekerjaan dengan 'tim' kita sebagai keluarga. Buat aku, pekerjaan itu memang tempat aku mencari uang. Tetapi jika tim keluargaku tidak suka aku bekerja, hasilnya adalah sebuah 'neraka'. Jadi, menurutku tim kecil keluargaku ( anak2ku ) selalu aku perkenalkan kepada tim2 dalam pekerjaanku. Sering hang-out dengan timku di pekerjaanku, gathering keluarga. Dari dulu, aku selalu  berusaha untuk 'menyatukan' tim kecilku dan tim2 dalam pekerjaan, sehingga masing2 anggota tim saling kenal, bahkan 'bersahabat'. Dan dalam bekerja, tim dan atasanku bisa mengerti jika tiba2 aku harus pulang karena anak2ku membutuhkanku sebagai mamanya .....

5. Kekuatan positif dan terbuka

Ketertutupan adalah 'sesuatu' yang susah untuk bisa membuat kita menjadi pemimpin. Dalam memimpin, kita harus mengalirkan kekuatan positif, menyalurkan dalam keterbukaan. Karena jika ita tidak 'terbuka' ( tetap harus bisa memilah2, mana yang memang bisa untuk share dan mana yang tidak untuk di share, baik tentang  pekerjaan, apalagi tentang pribadi ). Konon, pemimpin akan mendapat respek lebih dari anak buah, jika si pemimpin bisa diajak 'ngobrol, bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi juga tenntang permasalahan anak buah.

Dan justru inilah, sifat2 wanita yang bisa melegakan bagi anak buah. Sebagai pemimpin, jika salah satu anggota tim kita mempunyai permasalahan dan kita tidak mengetahuinya ( atau tidak mau tahu ), pastilah tim kita akan 'bermasalah'. Kita harus selalu memantau anggota tim kita, dan salurkanlah kekuatan positif kita sebagai wanita, dan kita akan mendapat respek darinya ( walau itu kita lakukan bukan untuk respek, tetapi memang karena kepedulian kita untuk mereka ) ......

Masih banyak yang harus ilakukan, agar sebagai wanita bukan hanya 'nomor 2' dalam pekerjaan, walau masih banyak juga perusahaan yang masih membeda2kan bagi karyawan pria dan wanita. Tetapi, tetaplah berpikir positif tentang itu. Tetaplah kita sebagai wanita, bekerja keras, sama seperti pria, untuk bisa menjangkau apa yang di cita2kan oleh ibu Kartini .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun