Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Games dan Games Online : Semuanya Tidak Boleh 'Kebanyakan'.....

18 Mei 2012   04:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:09 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_188937" align="aligncenter" width="594" caption="livdigital.co.za"][/caption]

Games? Aku sih sama tidak suka main games, dari dulu sampai sekarang. Kecuali, dulu sekali aku suka main 'halma', 'ular tangga' dan 'monopoli'. Terus, ketika sudah ada games di pc, aku suka main 'soliter' dan ' bouching'. Itu saja. Malah sekarang, aku hanya memakai laptop untuk pekerjaanku dan posting ke Kompasiana, hihihi .....

Ketika aku masih SMP, papaku membelikan aku Play Station generasi I sekitar tahun 1984-an, itupun aku dan adik2ku jarang sekali memainkannya, sehingga orang tuaku tahu, bahwa kami memang tidak suka games.

Tetapi, anak2ku dan sebagian besar remaja2 kita di seluruh dunia, mereka lebih menikmati games dan games on-line, dibanding dengan berjalan2 ke taman, main sepatu roda dan kegiatan fisik lainnya. Justru dengan kegiatan fisik, anak2 dan remaja2 kita menjadi lebih sehat, segar dan peduli dengan sekelilingnya. Jika bermain dengan games dan games on-line? Tahu kan, apa yang kita inginkan untuk anak2 dan remaja2 kita? Dengan games dan games on-line, mereka menjadi tidak peduli dengan sekelilingnya, termasuk tidak peduli dengan tugas2nya, apalagi susah untuk bisa diajak berkomunikasi ..... mereka akan berada di dunia mereka sendiri ( lihat tulisanku 'Internet Tidak Sehat' Bukan Hanya Situs Dewasa Saja ..... ).

Konsep pendidikanku bagi anak2ku adalh terbuka tetapi harus 'takut kepada Tuhan'. Aku tanamkan bahwa mekera boleh melakukan apa saja yang mereka inginkan, tetapi mereka tetap harus berbicara denganku jika yang mereka inginkan berada dalam batas2 yang sebelumnya mereka belum bisa lakukan, serta yang penting, aku selalu bercerita bahwa Tuhan tahu lho, apa yang ada di pikiran mereka .....

Misalnya, mereka ingin sesuatu yang agak mahal, sehingga mereka berani mengatakan padaku, tanpa mereka harus 'mencuri2' atau 'korupsi kecil2an'. Jika memang aku bisa membelikannya, aku akan katakan untuk hadiah sesuatu, misalnya ulang tahunnya. Jika memang terlalu mahal, mereka akan mengerti dan sama sekali tidak marah kepadaku. Juga jika mereka menginginkan ke suatu tempat, mereka akan memberitahuku. Dan setelah mereka menjelang dewasa, mereka menganggapku sebagai sahabat .....

*Beruntunglah aku*.....

Sehingga ketika mereka meminta aku untuk membelikan mereka games ( PS atau apapun itu namanya *aku ga tahu, gaptekkkkkk* ) dan aku tidak membelikannya karena mereka tahu bahwa aku tidak suka mereka selalu bermain games, mereka sama sekali tidak marah. Walau setiap kali kami berjalan2 di sebuah tempat yang ada toko games, mereka tetap menunjuk2 yang mereka inginkan, dan aku tetap 'keukeh' untuk tidak membelikannya, dan mereka hanya tertawa kecut .....

Sebelum mereka bisa bermain games, jika kami jalan2 di mall, mereka selalu minta untuk bermain di Timezone, dan aku mau menemaninya. Tetapi ketika mereka terus meminta tambahan permainan dan terus meminta, aku mengatakannya,

"Pokonya setiap permainan, jangan lebih dari 50 ribu untuk berdua". Karena selain akan boros, aku sangat lama untuk hanya duduk sambil memperhatikan mereka bermain .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun