By Christie Damayanti
korantransaksi.com
Passportku yang terakhir, habis, padahal kami ( aku, anak2ku dan orang tuaku ) berencana untuk berlibur di liburan kenaikan kelas Juni - Juli ini. Sehingga, aku dan anak2ku, harus memperpanjang passport kami. Kebetulan passport orang tuaku masih 2 tahun lagi 'habis'nya. Hhhhhh ..... Jika aku harus menghadapi layanan publik ( pemerintah ), aku sangat malas, layanan apapun! Karena sangat bertele2 serta pelayanannya sangat tidak memuaskan, sehingga biasanya, aku meminta tolong dari jasa travel untuk mengurusnya ( jika tentang passport ).
Jumat lalu, mama dan papaku membantu kami untuk memberikan data2 kami untuk pengurusan passpost kami di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan, sementara aku dan anak2ku tetap berkegiatan seperti biasa. Terima kasih, papa dan mama ..... Seharusnya, aku mengurusnya sendiri, jika aku sehat .....
Senin, 7 Mei 2012 ini, kami harus wawancara dan foto untuk passport. Aku dan Michelle ( karena Dennis harus ulangan di sekolahnya, sehingga dia mengurus passportnya, Selasa ) dan papa mamaku mengantar dan menemani kami. Heboh, 1 keluarga, karena aku yang masih sangat2 tergantung oleh orang lain, sehingga jam 7 pagi kami berangkat ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan. Coba jika aku sehat, aku setir sendiri, dengan anak2ku, tanpa merepotkan banyak orang ( orang tuaku dan supirku ) ... Agak sedih, jika merenungi tentang ketergantunganku dengan orang lain .....
Jam 8 tepat, kami sampai dan ..... Astagaaaaaa ..... Sudah sangat penuh! Aku berdiri terbengong2 merapat dengan papaku. Mamaku antri untuk mengambil nomor untuk bayar, wawancara dan membuat foto, pun antriannya sangat panjang! Dan aku mendapat antrian nomor 77 dan Michelle nomor 78! Hmmmmm ......
Papaku mencarikan tempat duduk buatku, dan aku di temani Michelle ... Heboh lagi ... Begitu ada tempat duduk untuk aku duduki, disebelahku menyingkir untuk memberi tempat buat papa dan Michelle ... Luar biasa! Dengan sopan mereka menyilahkan mamaku setelah menerima nomor antriannya, untuk menjagaku! Aku banyak tersenyum ..... Tidak seperti jika di mall, di banyak tulisan2ku, Â banyak orang yang memandangku rendah karena keterbatasanku, tetapi justru pagi ini, aku melihat wajah2 yang bersimpati dan membuka peluang untuk bersilaturahmi. Mereka banyak yag bersimpati dengan keadaanku dan mereka sangat 'concern' dengan aku harus antri sampai selesai.
Loket khusus penyandang cacat dan lansia, tepat di sebelah kanan orang yang sedang membayar untuk pengurusan passport.
Bukan hanya para pemohon passport saja, para petugas pun sangat 'concern' terhadapku. Begitu aku duduk dan masih memikirkan berapa lama lagi kah kami harus menunggu giliran, tiba2 aku melihat 1 antrian kosong. Ternyata antrian itu khusus untuk lansia ( orang2 tua ) dan penderita cacat!
Heh? Ga salah nih? Karena, biasanya di Indonesia tidak pernah / jarang ada yang peduli tentang penderita cacat, paling2 hanya basa basi saja .....
Aku terpengarah! Petugas yang melihatku sebagai penderita cacat, memanggilku untuk datang ke loket itu. Mamaku yang datang, aku hanya duduk saja dulu. Dan setelah itu, semua menjadi cepat sekali!
Dalam waktu sekitar 5 menit setelah aku duduk, antrian baru nomor 19 dan aku nomor 77 dan Michelle nomor 78, tetapi aku di dahulukan untuk membayar ( sama sekali tanpa tambahan apa2 ), wawancara dan difoto untuk passport serta tanda tangan. Aku melihat sekeliling, adakah terlihat wajah2 yang marah atau kecewa karena dispensasiku? Tentang dispensasi Michelle? Agak takut dan malu, jika ternyata mereka marah kepadaku karena cacatku. Ternyata, sungguh, aku melihat wajah2 simpati untuk keadaanku, bahkan keluargaku juga diberikan simpati yang sangat banyak oleh mereka! ( Sudah 2 tahun aku dalam keterbatasan, sehingga aku sudah tahu dan biasa, mana2 wajah yang bersimpati dan mana2 wajah yang memandang rendah ). Beberapa orang dari mereka berdiri untuk memberikan kesempatan kepada kami lebih dekat, lebih cepat dalam berjalan dan lebih lega untuk kami duduk ..... Puji Tuhan .... Terima kasih Tuhan, terima kasih semuanya .....
Dalam waktu 1 jam, setelah kami turun dari mobil ke Imigrasi itu, berjalan perlahan, mengambil nomor antrian, membayar, wawancara, mengambil foto dan tanda tangan, sampai kami sudah beranjak untuk turun via lift ...... Luar biasa! Aku membayangkan seharian, kami harus menunggu sampai tanda tangan, lalu wajah2 melihat aku dwngan keadaan dan keterbatasanku, pasti aku akan sedikit stress 'down' seperti biasa, jika aku melihat wajah2 tidak ramah dan memandangku dengan merendahkan .....
Terima kasih buat semua petugas untuk melayani kami dengan suka cita, sebagai penderita cacat dan mempunyai keterbatasan seperti aku. Terima kasih untuk pelayanan yang sangat baik, khususnya untuk bapak Baharsan yang memberi kami tempat dan ruang untuk di foto passport dan yang melakukannya, walau aku tidak bisa 'scan' karena jari2 tangan kananku karena susah untuk dibuka ( karena stroke, tubuhku lumpuh sebelah kanan ) dan mba Emilia Mariska sebagai pewawancara serta pengurusan segala sesuatu tentang fisik passport sampai tanda tangan, dengan sangat ramah .....
Bapak Baharsan ( yang memakai baju seragam biru ), yang melayani kami untuk foto pembuatan passport, sangat ramah. Sayang, aku tidak bisa mengambil foto mba Emilia Mariska yang mewawancaraiku .....
Jika pelayanan umum di Indonesia, khususnya di Jakarta, menjadi lebih baik dan semakin lama semakin baik, cintaku akan lebih bertambah untuk Jakartaku, apalgi Indonesiaku ..... Pasti juga untuk semua warga, bukan? Dan semoga, bukan hanya pelayanan umum di Kntor Imigrasi Jakarta Selatan saja, tetapi di semua pelayanan umum kita, untuk melayani dan berbuat yang terbaik bagi kita semua, dengan suka cita dalam 1 kasih sebagai bangsa yang besar .....
Salamku .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H