Aku terpengarah! Petugas yang melihatku sebagai penderita cacat, memanggilku untuk datang ke loket itu. Mamaku yang datang, aku hanya duduk saja dulu. Dan setelah itu, semua menjadi cepat sekali!
Dalam waktu sekitar 5 menit setelah aku duduk, antrian baru nomor 19 dan aku nomor 77 dan Michelle nomor 78, tetapi aku di dahulukan untuk membayar ( sama sekali tanpa tambahan apa2 ), wawancara dan difoto untuk passport serta tanda tangan. Aku melihat sekeliling, adakah terlihat wajah2 yang marah atau kecewa karena dispensasiku? Tentang dispensasi Michelle? Agak takut dan malu, jika ternyata mereka marah kepadaku karena cacatku. Ternyata, sungguh, aku melihat wajah2 simpati untuk keadaanku, bahkan keluargaku juga diberikan simpati yang sangat banyak oleh mereka! ( Sudah 2 tahun aku dalam keterbatasan, sehingga aku sudah tahu dan biasa, mana2 wajah yang bersimpati dan mana2 wajah yang memandang rendah ). Beberapa orang dari mereka berdiri untuk memberikan kesempatan kepada kami lebih dekat, lebih cepat dalam berjalan dan lebih lega untuk kami duduk ..... Puji Tuhan .... Terima kasih Tuhan, terima kasih semuanya .....
Dalam waktu 1 jam, setelah kami turun dari mobil ke Imigrasi itu, berjalan perlahan, mengambil nomor antrian, membayar, wawancara, mengambil foto dan tanda tangan, sampai kami sudah beranjak untuk turun via lift ...... Luar biasa! Aku membayangkan seharian, kami harus menunggu sampai tanda tangan, lalu wajah2 melihat aku dwngan keadaan dan keterbatasanku, pasti aku akan sedikit stress 'down' seperti biasa, jika aku melihat wajah2 tidak ramah dan memandangku dengan merendahkan .....
Terima kasih buat semua petugas untuk melayani kami dengan suka cita, sebagai penderita cacat dan mempunyai keterbatasan seperti aku. Terima kasih untuk pelayanan yang sangat baik, khususnya untuk bapak Baharsan yang memberi kami tempat dan ruang untuk di foto passport dan yang melakukannya, walau aku tidak bisa 'scan' karena jari2 tangan kananku karena susah untuk dibuka ( karena stroke, tubuhku lumpuh sebelah kanan ) dan mba Emilia Mariska sebagai pewawancara serta pengurusan segala sesuatu tentang fisik passport sampai tanda tangan, dengan sangat ramah .....
Bapak Baharsan ( yang memakai baju seragam biru ), yang melayani kami untuk foto pembuatan passport, sangat ramah. Sayang, aku tidak bisa mengambil foto mba Emilia Mariska yang mewawancaraiku .....
Jika pelayanan umum di Indonesia, khususnya di Jakarta, menjadi lebih baik dan semakin lama semakin baik, cintaku akan lebih bertambah untuk Jakartaku, apalgi Indonesiaku ..... Pasti juga untuk semua warga, bukan? Dan semoga, bukan hanya pelayanan umum di Kntor Imigrasi Jakarta Selatan saja, tetapi di semua pelayanan umum kita, untuk melayani dan berbuat yang terbaik bagi kita semua, dengan suka cita dalam 1 kasih sebagai bangsa yang besar .....
Salamku .....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H