Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potensi Wisata Jakarta: Wisata Budaya dan Kota Lama Vs. Wisata 'Great Sale'?

2 Mei 2012   07:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:50 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Ikan Jakarta, tanpa fasilitas umum dan layanan public.

Berbeda dengan wisata Jakarta modern, yang menurutku lebih banyak untuk 'berfoya2' dibandingkan sebagai Jakarta sebagai 'hati' dari Indonesia. Wisata2 modren misalnya, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Biatang Ragunan, atau taman2 cantik disekitar Jakarta. Ini baru HANYA 'modern'. Bagaimana dengan wisata Jakarta yang 'super modern?'. Yaitu bertambahnya mall atau kegiatan tentang wisata kuliner modern ( B&F di tempat khusus seperti di Citywalk atau FX ), membuat Jakarta kehilangan potensi budaya nya sebagai kota ketimuran di Indonesia, dan menjadi kota super megapolitan yang terfokus arus globalisasi dan meninggalkan budaya Indonesia.

1335943440458816120
1335943440458816120

[caption id="attachment_185694" align="aligncenter" width="300" caption="tamanminiindonesiaindah.org"]

133594352950487936
133594352950487936
[/caption] Dufan dan TMII, merupakan wisata modern, tetapi tetap 'agak' meninggalkan budaya Jakarta. TMII sih, masih dalam kreatifitas Indonesia, tetai di Dufan, merupakan tempat bersenang2, yang ada juga di luar Indoneisa ..... artinya, tempat itu merpakan bukan tempat yang spesifik Jakarta ....

Siapa menyalahkan siapa? Tidak salah, memang! Sama sekali tidak salah, jika Jakarta berfokus sebagai kota era globalisasi. Tidak banyak masing2 dari kita, sadar bahwa kita memdidik anak2 kita TIDAK mencintai budaya lokal! Anak2 kita terus diajak ke mall, diajak ke Ancol atau di ajak ke Puncak, tetapi tidak banyak yang mengajak anak2 kita berwisata ke Kota Tua Jakarta. Wajar! Sangat wajar bila kita pun tidak ingin ke Kota Lama Jakarta karena tempatnya semrawut, macet dan tidak ada yang bisa 'dilihat!'. Bangunan2 tua di Kota Lama Jakarta sebenarnya banyak yang cantik dan menarik, tetapi pemda tidak merawatnya! Banyak bangunan2 tua yang diterlantarkan tanpa ada yang merawatnya, sehingga menjadi 'sarang penjahat'. Sangat disayangkan!

[caption id="attachment_185695" align="aligncenter" width="300" caption="m.okezone.com"]

13359435811997779623
13359435811997779623
[/caption]

Sekarang, salah satu andalan wisata Jakarta adalah Ancol, yang merupakan wisata yang semua punya di dunia : pantai, taman hiburan, hotel, dll .....

Ketika aku belajar sebagai mahasiswa arsitektur, pertama kali kuliah, kami diminta berjalan2 di Kota Lama Jakarta, membawa alat menggambar, kertas A3, crayon, dan kami harus menggambar banunan2 tua Jakarta serta lingkunganya. Itu kmi selalu diminta setiap hari Senin, seharian. Sorenya, kita asistensi dengan beberapa asisten dosen. Dan jika nilainya hanya B, besoknya harus mengulang lagi, sampai nilainya A. Dan ini, terjadi dalam 1 tahun ( 2 semester, mata kuliah Azas2 Perencanaan dan Perancangan ). Artinya apa? Bahwa, kami sebagai mahasiswa arsitektur, jangan nanti menjadi arsitek2 handal HANYA  untuk mendesain bangunan dan lingkungan modern, TANPA melestarikan bangunan2 lama .....

[caption id="attachment_185697" align="aligncenter" width="300" caption="beritabatavia.com"]

13359436211170188758
13359436211170188758
[/caption]
1335943664459673347
1335943664459673347

Dua mall khusus untuk Food & Beverage, selaku penuh di jam2 sibuk pulang kantor dan makan siang.

Potensi wisata Jakarta, seharusnya tetap seimbang antara wisata budaya, wisata kota tua, wisata kuliner, serta wisata modern, termasuk wisata belanja. Jika setiap pertengahan tahun Jakarta membuka wisata belanja 'Great Sale', mengapa tidak ada momen tiap tahun untuk wisata budaya dan kota tua Jakarta? Jika 'Great Sale, mal2 akan berdandan cantik untuk 'mengeluarka semua potenrinya dalam berjualan, marketing2nya mengeluarkan dana bermilyard2 untuk mendatangkan wisatawan asing ke Jakarta, mengapa pemda atau instansi yang ditunjuk tidak mau memperbaiki fasilitas2 Jakarta serta layanan public yang memadai, untuk wisata budaya dan kota tua?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun