Aku melihatnya bukan dari segi makanannya, bukan dari segi harganya, tetapi dari segi 'gaul'nya. Bahwa anak2 ABG merasa gaul, jika bersama2 dengan teman2nya, sahabat2nya bahkan pacarnya, jika 'ngafe' ke 7-Eleven. Seperti anak2ku. Hanya sekedar ingin minum Slurpee, dia minta diantar supir menjemput teman2nya ke 7-Eleven, walaupun dekat rumah kami ada Dunkin Donut yang menurutku lebih enak tempatnya. Â Juga Dunkin Donut tidak membuat konsep cafe di ruang terbuka, sehingga lebih 'bersih'. Dia katakan, dengan sahabat2nya, hanya membeli minum dan kripik kentang ( itupun kadang2 sering di minum bersama, 1 gelas untuk 2 atau 3 orang ), tetapi duduk di pelataran depan dibawah payung, mereka merasakan 'gaul', walau sebenarnya cafe terbuka seperti itu tidaklah cocok jika ada di pelataran yang sempit, karena bukan hanya debu, tetapi juga mobil2 kelur masuk dan sangat tidak nyaman.
Di Jakarta, 7-Eleven 'mengumbar' café terbuka. Coba perhatikan, payung2 café ini, bersebelahan dengan mobil2 / motor2  dan debu2 berterbangan kemana2 ..... sangat tidak nyaman .....
7-Eleven memang lebih 'cantik' dibanding mini market2 yang lain. Arsitektur dan grafisnya, minimalis dan berkesan 'bersih' karena lampu2 outihnya yang terang. Dan yang paling penting adalah buka 24 jam. Di Jakarta pun, jika aku masih 'berkeliaran' diatas jam 12 malam, tempat itu tetap terang walaupun hanya 1 - 2 orang yang datang, seperti juga di Amerika. Satu lagi tentang pelayanannya, 7-11 tidak pernah 'mengusir' pelanggannya, walau mereka hanya membeli sesuatu yang murah harganya, tetapi mereka duduk berjam-jam dengan teman2nya .....
Fenomena seperti ini, mengundang mini market2 yang lain untuk membuat cafe2 terbuka, katakanlah Circle K. Beberapa Circle K yang juga dari Amerika, mencoba peruntungan seperti ini, walaupun belum semuanya. Di daerah Pejaten, Circle K juga laris manis, mengikuti 7-Eleven.
Buat aku, walaupun sebenarnya tidak sesuai dengan prinsip 'remaja hemat', aku tetap merestui anak2ku untuk bergerombol bersama teman2nya ke 7-Eleven, dibandingkan mereka berduyun2 tidak jelas juntrungannya. Anak2ku sering minta ijin kesana dan aku mempercayainya, apalagi mereka mengajak supir. Jika mereka minta ijin ke suatu tempat, katakanlah mall atau yang lain, yang supir itu tidak melihat dengan mata kepala sendiri, jujur, aku sedikit takut dengan banyak penculikan yang marak akhir2 ini. Jangankan anak2 SMP / SMA, mahasiswapun ada yang diculik .....
Jadi, bagaimana? Semua terserah kita masing2. Tinggal menyikapinya saja, untuk mengontrol anak2 kita. Apapun yang anak2 kita ingin lakukan, tetap terbuka, sehingga mereka bisa menjadikan kita, orang tunya, sebagai sahabat mereka .....
Selamat ber'gaul', sahabat2 muda .....
Salamku .....