Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ayu, Remaja ‘Berkebutuhan Khusus’ dalam Mimpi-mimpinya

21 Maret 2012   05:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:40 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_177527" align="aligncenter" width="487" caption="norton-pri.n-yorks.sch.uk"][/caption]

Siapa bilang orang2 cacat dan anak2 cacat tidak bisa berkarya? Atau siapa bilang berkarya merupakan monopoli orang2 yang tidak cacat? Dan apakah berkarya juga hanya bisa di katakan 'berkarya' jika bisa dilihat orang dan berprestasi yang terlihat orang? Semua pertanyaan diatas, aku bisa langsung menjawab dengan 1 kata : TIDAK!

Semua orang, bahkan anak2 mempunyai hak untuk berkarya, bahkan justru banyak orang2 cacat ( fisik ), berkarya LEBIH dari orang2 yang tidak mempunyai cacat fisik. Juga bahwa berarya itu tidak harus dilihat atau dinilai banyak orang, sebagai prestasi. Berkarya, justru lebih banyak dibelakang meja, 'behind the scene', tetapi karyanya bisa dinikmati banyak orang. Seperti misalnya, tukang2 bangunan, siapa yang tahu bahwa hotel bintang 5 itu dikerjakan oleh beberapa kelompok orang, dari memasang bata satu demi satu sampai cat serta pemasangan wallpaper, itu yang tinggal di perkampungan kumuh kota Jakarta? Tetapi lihatlah hasilnya! Sebuah hotel bintang 5 yang cantik, megah dan mewah .....

*****

Dalam penjurian Lomba Menulis Surat Remaja 2012 ini, ada seorang remaja yang mengirim surat kepada atlet cacat dari Bali, Ni Nengah Widiasih, yang dia kagumi. Ni Nengah Widiasih ini adalah salah satu atlet angkat berat putrid dari Bali, yang mengharumkan nama Indonesia, sebagai atlet cacat dalam Asean Paragames 2011 ....

Aku tidak mau membahas tentang atletnya, tetapi aku ingin bercerita tentang si remaja penulis surat ini. Namanya Ayu Diah Manik Pratiwi, seorang anak ‘berebutuhan khusus’ dari Bali. Aku tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan khususnya, tetapi dari tulisannya, kami para juri, mengambil kesimpulan bahwa dia cacat fisik, mungkin memakai kursi roda, karena jika dia menulis ini, berarti dia bisa memakai tangannya, bisa mendengar dan melihat ( karena dia menceritakan tentang teman2 dan guru2nya ). Tetapi apapun itu, Ayu merasa sedikit tdak percaya diri dan sedikit minder dengan lingkungannya .....

Ayu menuliskan semantanya untuk mendukung Ni Nengah Widiasih, sebagai atlet yang dia kagumi. Kata2nyapun indah, bahwa dengan semangat dan perjuangan yang tidak kenal menyerah, Ni Nengah Widiasih berhasil juara Asean Paragames dan mengharumkan nama Indonesia. Sebuah kata2 cantik untuk atlet yang dikagumi dari seorang remaja ‘berkebutuhn khusus berumur 14 tahun …..

Tetapi Ayu juga menulis, bahwa tulisannya menjadi bertolak belakang dengan keadaannya sendiri. Bahwa, Ayu sering merasa rendah diri sebagai remaja yan ‘berkebutuhan khusus’, sehingga Ayu sering hanya dia di rumah, melakukan aktifitas dan hobinya sendiri, padahal remaja2 teman2ny seumur dengannya, berlari2, main sepeda dan belajar menari Bali di desa yang dia diami, di Bali. Mungkin sekitar 700 kata dalam suratnya, seperempatnya dari padanya, merupakan keinginannya dan mimpinya untuk bertemu dengan Ni Nengah Widiasih, sepertiganya menceritakan tentang keinginannya tentang Olimpiade ( tema Olimpiade memang di usung oleh Kominfo, lihat tulisanku http://muda.kompasiana.com/2012/03/19/internet-atau-menulis-surat/ ), seperempatnya lagi tentang pemikirannya tentang masa depan sebagai remaja, dan yang terakhir tentang keadaannya yang sering rendah diri karena sebagai remaja ‘berkebutuhan khusus’ …..

Aku terharu dengan tulisannya, Ayu menuliskannya dengan ‘hati’ dan perasaannya tumpah dalam secarik kertas yang dikirimkan ke kami, untuk lomba ini. Tanganku, bahkan semua juri yang berjumlah 9 orang ini, ‘merinding’, terharu, bahkan untuk aku, aku bercermin dengan diriku sendiri ….. Aku, seorang yang ‘cacat fisik’ ( walau memang mngkin hanya semetara ), juga kadang2 sering merasa sedikit rendah diri, ketika lingkunganku yang baru ( misalnya jika berjalan2 di mall ), melihat dan memandangku rendah, walau biasanya hanya beberapa saat, sebelum aku bangkit lagi untuk menyemangati diriku supaya lebih merasa percaya diri …..

Seorang remaja ‘berkebutuhan khusus’ seperti Ayu, sudah bisa menahan segala emosinya dari tatapan mata dan ‘hati’ lingkungannya yang memandang rendah dirinya. Seorang Ayu, sudh berani untuk mengeluarkan isi harinya, juga keinginannya serta mimpi2nya tentang idolanya juga tentang harapan2nya di masa depannya. Dan seorang Ayu, berhasil membuat aku dan semua juri terkesima dengan pandangan2nya tentang masa depan …..

Mungkin, untuk kita orang2 yang dewasa, pandangan2 masa depan sering terlontar dimana2. Tetapi sebagai remaja 14 tahun, dan tidak / jarang pernah bermain dengan lingkungannya, Ayu bisa mengeluarkan apa yang diinginannya, tanpa merasa rendah diri ….. walau dengan ‘kebutuhan khususnya’, Ayu bisa ‘berkarya’, bukan sebuah bentuk prestasi untuk di ‘lihat’ orang, tetapi dia memperlihatkan sebuah KARYA dari hati dan perasaannya sendiri, sebagai remaja yang membuka hati untuk bisa ‘masuk’ di dalam sebuah lingkungan yang bisa menerimanya sebagai remaja ‘berkebutuhan khusus’ …..

Sama seperti aku, bahwa dengan aku ‘membuka diri’ selebar2nya dalam kasih Tuhan dan lingkungan, aku mendapatkan lingkungan yang bisa menerimaku sebagai seorang yang juga ‘berkebutuhan khusus’. Dengan rendah hati ( bukan rendah diri ), aku mengharapkan lingkungan yang bisa menerimaku, sama seperti Ayu yang ‘merendahkan hatinya’ dan membuka selebar2 hatinya, untuk menceritakan dirinya dan menceritakan mimpi2nya dalam tulisannya …..

Terakhir, Ayu menuliskannya seperti ini :

“Aku ingin menunjukan kekuatan diriku, walau aku tidak sama dengan teman2ku. Aku ingin membuktikan diriku bahwa aku memiliki semangat dan motivasi yang tinggi, sehingga aku akan mampu untuk melihat kelebihan pada diriku dan aku potimis untuk bisa menyumbangkan sesuatu untuk negaraku” ……

Mataku sedikit berair …..

Ayu, doaku selalu besertamu, sayang ……

Profil | Tulisan Lainnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun