Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cerita 'Ethel,' Sahabatku Supir Taxi di Eropa

22 Februari 2012   16:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:19 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By Christie Damayanti


[caption id="attachment_172859" align="aligncenter" width="632" caption="Dokumen pribadi : Ethel"][/caption]

Dari dulu, aku memang sangat periang, apalagi sejak aku kuliah sampai sekarang. Bahkan sekarangpun, walau aku tidak atau belum bisa 'berkumpul' dan 'hang-out' dengan teman2ku dan banyak orang karena stroke, tetap saja aku selalu banyak tersenyum bahkan tertawa, tetap seperti dulu.

Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun, aku sangat cepat akrab. Bahkan dalam bekerja atau berwisata ke luar negeripun, aku banyak mendapatkan teman baru. Dan sudah banyak sekali teman2 baruku dari negeri lain, menjadi sahabatku yang baik, ketika aku berkunjung ketempat mereka. Misalnya, ketika kami sekeluarga mengikuti tour ke Eropa, kami berkenalan dengan wisatawan dari Canada. Dan beberapa tahun kemudia, Susan dan keluarganya, temanku dari Canada itu ke Jakarta, dia tinggal di rumahku.

Ada lagi kami berkenalan dengan keluarga dari Belanda di Kintamani Bali. Ketika mereka ke Jakarta, mereka tinggal di rumahku dan ketika kami sekeluarga ke Belanda, kami tinggal di rumah mereka di Maasland. Juga ketika aku berlibur di Australia, aku berkenalan dengan Mihiciko dari Jepang. Dan ketika dia ke Jakarta, adi tinggal di rumahku dan juga ketika aku ke Jelang, aku tinggal di rumahnya di Tokyo. Dan banyak sekali teman2ku dari negeri lain, bukan hanya sebagai sekedar teman baru, tetapi tetap saling berhubungan lewat surat ( dulu aku selalu lewat surat ), atau email dan Facebook sekarang. Makanya, di Fb-ku, banyak sekali teman2 adari negara asing, yang tetap mau tetap saling terhubung ......

Salah satunya, cerita yang aku akan tuliskan berikut ini :

Tahun 2006, kami ber-4 tugas survey di 3 negara di Eropa Barat : Belanda, Belgia dan Perancis untuk melihat material yang akan kami pakai di proyek kami, ke pabrik serta tempat2 yang sudah memakainya. Dari 1 negara ke negara lainnya, kami memakai taxi van, karena terlalu susah untuk naik kereta karena barang bawaan material yang kami harus bawa. Lebih enak naik taxi, dari hotel ke hotel ( seperti travel perjalanan di pulau Jawa ) .....

Sewaktu dari Amsterdam ke Belgia, aku mengurus taxi di hotel. Aku selalu duduk di depan, karena hanya aku yang tertarik untuk memotret serta berdiskusi dengan supirnya, dan teman2ku selalu ingin beristirahat di mobil. Jadi, aku selalu duduk di dupan, bersebelahan dengan si supir.

Begitu kami berangkat, mulailah aku mengamati lingkungan sekitar. Perjalanan dari Amsterdam ke Brussel, melewati  jalan bebas hambatan, sekitar 5 atau 6 jam. Diperkirakan jam 1 atau jam 2, kami tiba di Brussel. Agak jauh, memang, tetapi aku justru lebih menikmatinya, untuk memotret lingkungan sambil mengobrol dengan supir taxinya.

Dia seorang warga Brussel, keturunan Turki dengan Belanda. Namanya Ethel, umurnya sekita 5 tahun diatasku, entah nama belakangnya, aku lupa. Keluarga di Belanda, dan dia selalu bolak balik membawa taxi untuk mengantarkan tamu2 antar negara seperti kami waktu itu. Dan dia pulang 2 minggu sekali ke keluarganya di Utrech, Belanda. Kami mngobrol dengan santai, dan pertemanan kami hany dilandasi dengan warg dunia yang saling tolong menolong. Dia banyak bercerita tentang kehidupan warga Eropa : keluarganya dan warga Eropa pada umumnya, sejarah kota atau bangunan2nya serta kulinernya. Sangat menyenangkan, ketika kita berbicara dengan teman yang mengetahui apa yang kita ingin ketahui. Ya, aku memang suka tentang bangunan dan arsitekturnya, juga aku sangat tertarik dengan kehidupan kaum urban, rencana2 kota serta kebudayaannya. Ethel banyak tertawa sampai terbahak2, secara wajahnya memang selalu tersenyum, menandakan hati yang ramah dan sikap yang tulus sebagai seorang supir taxi. Eh, jangan salah ..... supir taxi disana bergaji seorang manajer madya di Jakarta, walau kehidupnnya lebih tinggi dibanding dengan Jakarta. Tetapi melihat wajah dan sikapnya sebagai supir taxi, aku tidak melihat tanda2 'orang susah' ... bahkan dia selalu bercerita tentang pelayanannya di Gereja ; bagaimana dia melayani orang2 yang tidak punya atau bagaimana dia melayani anak2 yang tidak mengenal keluarganya ......

Sambil Ethel bercerita, aku sering menatapnya, dia begitu semangat  menceritakan semua yang aku ingin tahu. Dan dia juga banyak menanyakan tentang latar belakang kita, warga Indonesia. Karena, katanya belum pernah ada warga Indonesia yang naik taxi ke negar2 tetangga, seperti kami. Katanya, dia tahu tentang Indonesia tetapi hanya sebatas 'tahu' saja. Dan katanya juga, banyak warga Belanda dan beberapa negara tetangganya mengatakan bahwa orang Indonesia sangat 'kaya', sehingga 'mereka' tidak mau naik taxi melainkan naik pesawat ..... hmmmmm ......

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun