By Christie Damayanti
[caption id="attachment_168344" align="aligncenter" width="479" caption="Ilustrasi Paniki (Sumber: Wikipedia.com)"][/caption]
Setiap daerah atau negara, dimana saja, pasti memiliki banyak  budaya, bahasa, ataupun makanannya masing2. Seperti Yogyakarta adalah adalah tempat nenek moyangku dilahirkan ( dan aku memang menyukai semua masakan Yogya, terutama Gudeg Yu Djum, lihat tulisanku Gudeg Yogya: Makanan Favoritku dan Gudeg Yu Jum, Yogyakarta : Tidak Ada yang Mengalahkan Makanan 'Ter-enak' di Dunia ..... ;) ), masing2 daerah pasti mempunyai masakan2 khas yang tidak ada di daerah lainnya. Termasuk Menado. Buat aku, Menado adalah daerah tempat beberapa sahabatku tinggal atau berasal dari sana, sewaktu aku masih SMP, walaupun aku belum pernah kesana ....
Suatu saat, sewaktu aku masih  di SMP, kami - keluargaku dan seorang sahabatku - berlibur di Putri Duyung Cottage ( lihat tulisanku Berkelana di Dunia Bawah Laut ). Kami selalu makan di tempat2 baru, yang memang bertujuan untuk mencoba banyak masakan. Aku ingat sekali, di Pasar Seni, ada sebuah restaurant dengan masakan Menado. Tahun 1980-an, jarang ada restauran kedaerahan, kecuali restauran Padang, jadi kami benar2 ingin mencoba. Apalagi, temanku ini memang dari Menado, Brigitta namanya.
Begitu kami membaca menu untuk mencari makanan yang kami inginkan, mataku tertuju oleh sebuah gambar yang unik, seunik nama makanan itu : 'Paniki'. Hmmmmmm ....., aku baca, Paniki adalah nama lain dari hewan yang bernama kalong atau kelelawar, hewan ini adalah pemakan buah.
Wowowow ....... menarik sekali! Aku sangat ingat bahwa aku memesannya 1 porsi dan ternyata, aku menyukainya!
Bumbu makanan yang disebut Paniki ini, utamanya adalah santan kelapa dengan rempah2 seperti bawang merah, bawang putih, cabai, sereh, jahe dan sebagainya, secara rempah2 adalah khas makanan Indonesia. Ketika Paniki dihidangkan, bau wangi masakan ini sangat kuat tercium, apalagi hewan ini memang mempunyai aroma khas yang lain dari pada hewan lain. Juga, karena Menado juga merupakan tempat yang menyukai pedas, unsur dan rasa pedas ini sangat terasa sekali.
Bumbu masakan paniki, bis beberapa macam, yang jelas selalu pedas ... sangat pedas. Dan beberapa masakan memakai daun jeruk, sehingga bau wanginya lebih menyengat .....
Selain itu, paniki tetap bis di goreng dan dibikin sate. Tetapi, menurutku paniki yang digoreng, tidak terlalu mengasikkan, secara dagingnya memang kecil dan hanya tulang'melulu'. Jika di buat sate, seperti daging ayam tetapi lebih keras. Buatku, masakan paniki lebih bisa dinikmati dalam kemewahan dari rempah2 serta bumbu2 khas Menado .....
Sebenarnya, daging paniki itu sendiri, tidak banyak bisa dinikmati, karena jika hewan ini kecil, kita seperti  memakan 'ceker' ayam. Jika memang besar, tentulah kita bisa menikmatinya. Sensasinya adalah, ketika kita memakan sayapnya .....
Aku teringat ketika pertama kali aku memegang sayap paniki ini, lebar ..... dan semakin lebar jika aku menggigitnya .... ditarik 1 tangan, tidak bisa ..... ditarik 2 tangan, tetap tidak bisa ..... dipotong .... tetap saja 'alot' ..... hihihihi, aku sangat geli sendiri dulu, bagaimana cara memakannya??
Briggita tertawa melihat cara makanku dulu, sehingga dia mengajarkannya. Ternyata, jika makan paniki, jangan di tarik2 atau di'betot2' ..... karena jika begitu, sayap paniki ini malah bertambah 'alot'. Brigitta mengajarkan, aku harus dengan lembut dalam memotongnya, hanya dengan 1 gigitan saja. Ya ..... ternyata memang benar. Sayap paniki ini, ternyata lembut di mulut, lidahku bisa merasakan dengan enak dan nyaman, walau dagingnya sendiri buat aku tidak merasakan sensasi yang aku harapkan, mungkin seperti daging ayam walau lebih keras .....
Konsep makanan paniki ini sih, menurutku tidak ada originalitasnya. Tetapi hanya rasa dari kemewahan bumbu rempah2 khas masakan Manado inilah yang membuat masakan paniki menjadi luar biasa. Paniki atau kelelawarnya hanyalah 'pelengkap' saja .....
Menurut referensi yang aku baca tentang kelelawar, habitat keleawar semakin berkurang, karena hutan dan pohon2 semakin terdesak oeh aktifitas manusia dan pemanfaatan lahan untuk hutan dan pohon2 justru sudah menjadi pemukiman, termasuk juga di daerah Manado. Termasuk karena kelalawar sudah sering diburu, menjadikan hewan ini populasinya semakin sangat berkurang, sehingga memang masakan paniki sekarang ini sangat jarang, pun di daerah Manado.
Terakhir aku makan paniki ada di sebuah restaurant di mall di Jakarta Selatan, sekitar tahun 1998-an, pun sedikit sekali. Si empunya restauran hanya menyimpannya di bawah meja, hanya 'menunggu' konsumen yang memang membutuhkannya. Karena, katanya paniki juga bisa membuat 'obat' ..... aku tidak tahu sama sekali, tetapi yang jelas, masakan paniki dari Manado, merupakan salah satu makanan eksotis yang aku suka .....
Mau coba??? Nyam ..... nyam ..... nyaaaammmmm .....
Sumbur gambar : dari Google.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI