Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kali Krasak, Magelang: Muntahan Merapi Memberikan 'Hadiah' yang Tidak Sedikit

16 Januari 2012   06:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 1354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku hanya ingin memotret daerah itu, ditemani supirku. Keluargaku tidak ada yang turun dari mobil. Seorang laki2 penduduk  setempat,  menghampiri kami. Dua sedikit bercerita tentang beberapa cerita. Dia bukan 'guide' tetapi apapun itu, aku berterima kasih atas keramahannya untuk menyambut kami sebagai 'turis dan ( seakan2 ) wartawan kesasar'.

Dia cerita tentang bebatuan muntahan Gunung Merapi. Beberapa batu besar, sedang dan kecil memang sudah banyak iambil oleh pemda atau perseorangan. Tetapi ada 1 batu besar yang memang2 benar2 besar dan sepertinya, beratnya melebihi kemampuan alat2 berat yang mengangkatnya! Sebuah batu yang ternyata sudah dibeli oleh seseorang , yang katanya seniman sebagai pematung ...... dan mau tahu, harganya berapa? Katanya ( katanya lhoooo ) batu itu terjual seharga 1 Milyard! Dan seseorang ini dalam wacana untuk memindahkan batu besar itu ke gallerynya untuk dibuat 'artwork' yang pastinya akan sangat mahal jika memang ingin dijualnya. Bukan hanya harga batu itu, tetapi juga karena pemahat batu memang sangat luar biasa .....

13266892321902962228
13266892321902962228

1326689283872538640
1326689283872538640

Sebuah batu besar yang 'katanya' terjual dengan harga 1 milyard, untuk dijadikan 'artwork' seorang seniman di Yogyakarta. ( wawancara dengan penduduk setempat ).

Aku membayangkan bahwa candi2 yang merupakan kontruksi bebatuan dimanapun, ketika jaman itu, mereka memahat banyak bebatuan menjadi relief dan cerita sejarah atau cerita pada waktu itu ( seperti 'foto' ). Jadi, konsep kejadian yang ada waktu itu, sudah bisa di pahat dalam relief candi, dan menurut aku, seniman memang sangat luarbiasa, termasuk seniman pemahat batu.

Sebenarnya, aku tidak mengerti, apakah batu2 dari muntahan gunung, atau batu2 di sungai ataupun dimanapun yang merupakan batu alami, apakah benda2 itu bisa 'dijual?' Siapakah yang menjyalnya? Dan siapakah yang menerima uangnya? Jika memang batu besar, itu dijual seharga 1 Milyard, apakah tidak 'kelewatan?'

Jika memang harga batu besar itu 1 Milyard yang dijual oleh siapapun, dana itu pasti bisa membuat penduduk setempat untuk memperbaiki nasibnya setelah pasca meletusnya Gunung Merapi, bukan? Bukan hanya bebatuan, pasir2 yang berasal dari Gunung Merapi yang ( katanya ) subur, dananyapun pasti bisa di jadikan perbaikan penduduk setempat.

'Bisnis kecil2an' pasca meletusnya Gunung Merapi ini, memang wajar. Penduduk setempat sangat membutuhkan dana untuk hidupnya. Bukan hanya pasca meletunya Merapi, tetapi pun sebelumnya, warga setempat belum banyak yang hidupnya diatas garis kemiskinan. Seperti bisnis guide atau penjualan collectible, merupakan cara untuk mereka menghidupi keluarganya. Tetapi jika 'bisnis kecil2an' ini menjadi 'bisnis besar' ( penambangan pasir dan 'menjual' batu ), seharusnya penduduk setempat bisa menaruh harapan, bahwa pasca meletusnya Gunung Merapi ini tetap bisa mendatangkan 'berkat' tersendiri .....

13266893331538705602
13266893331538705602

Pasir dan bebatuan yang seharusnya masih bisa mengdatangkan 'berkat' bagi warga setempat .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun