Sejak munculnya rumah2 elite di daerah 'Weltervreden' dan kantor2 pemerintahan disekitar 'Koningsplein', tanah2 terbagi2 dan perlahan terisi dengan rumah2 besar dengan pekarangan yang luas. Banyak bangunan2 'Woonhuis' ( lihat tulisanku Kantor Gubernur Jakarta: Konsep Bangunan Jaman Belanda yang 'Tersingkirkan' ) dalam bentuk besar yang jauh dari GSB atau Garis Sepadan Bangunan, karena mereka justru menginginkan rumah2 yang jauh dari jalan dan mempunyai kebun dan taman yang luas sebelum mereka memasuki rumah mereka. Konsep itu hampir sama dengan bangunan2 dan rumah2 di Eropa. Makanya, sampai sekarang, masih banyak rumah2 elit di daerah Menteng ( atau 'Weltervreden' atau Jakarta Pusat ) yang mempunyai taman luas .....
[caption id="attachment_163255" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Maeda di Jl. Imam Bonjol"]
Konsep 'Woonhuis', adalah konsep rumah dengan teras beras sebagai peneduh dari matahari untuk rumah2 di daerah tropis.
Daerah2 'Rijswijk' atau daerah jalan Veteran, dulu diisi dengan kavling2 rumah2 menegah, walaupun sekarang di Jakan Veteran sudah banyak rumah2 yang berubah fungsi sebagai bangunan bisnis. Pun daerah dari Mendan Merdeka sampai jalan Kebon Sirih, merupakan rumah2 menengah yang sekarang juga bangunan2 disana justru bukan hanyak menjadi bangunan2 bisnis, tetapi malahan menjadi gedung2 tinggi untuk perkantoran ...... Ppadahal, pada tahun 1834, daerah2 tersebut merupakan daerah cantik dengan di samping kanan dan kirinya terdapat pepohonan besar dan sungai yang mengalir jernih ( Jalan Veteran ) .....
[caption id="attachment_163256" align="aligncenter" width="300" caption="bataviase.wordpress"]
Daerah jalan Veteran, dtengah2nya, air sungai mengalir jernih .....
Tetapi pujian sebagai daerah cantik 'Weltervreden' menjadi merosot, ketika keadaan berubah total hanya dalam jangka waktu hanya 1 abad ..... Rumah2 di daerah Medan Merdeka atau 'Koningsplein' yang biasanya didesain diatas bangunnrumah panggung setinggi 1 sampai 2 meter, berubah drastic. Tetapi atap2 tinggi tetap merupakan konsep mereka karena di Jakarta memang panas, dimana konsep atap perisai akan membuat ruang dibawahnya menjadi 'sejuk' karena tinggi atap lebih dari 3 meter dan banyak terdesain lubang2 angin di bawahnya, sehingga sirkulasi udara menjadi nyaman dan sehat .....
Konsep ini sampai sekarang dipakai oleh desan arsitektural modern, dimana atap tinggi dan lubang angin ( atau 'bouvenlicht' ) tetap harus terdesain untuk rumah2 tropis seperti di Jakarta dan Indonesia khususnya.
Konsep rumah jaman Hindia Belanda sangat khas, dengan atap perisai yang tinggi, sekitar 3 meter minimal, serta terdapat ventilasi atau 'bouvenlicth' sebagai sirkulasi udara.