By Christie Damayanti
[caption id="attachment_160806" align="aligncenter" width="512" caption="Dokumentasi pribadi"][/caption]
Lereng Merapi dengan pepohonan yang masih 'gundul'.
Suasana Gunung Merapi itu sangat cerah, menambah semangat kami untuk ber'napak tilas', mengamati dan mencari tahu, apa yang terjadi di Gunung Merapi sekarang ini. Pagi itu, hari ke-2 kami berada di Yogyakarta, sangat semangat melihat Gunung Merapi yang menjadi fenomenal tahun 2010 yang lalu, dengan meletusnya gunung tersebut .....
Begitu kami selesai makan pagi di Gudeg Yu Djum, kami langsung ke pucak Merapi melewai Jalan Kaliurang, dimana Gudeg Yu Djum itu berada di pangkal jalan Kaliurang di belakang UGM ( lihat tulisanku Gudeg Yu Jum, Yogyakarta : Tidak Ada yang Mengalahkan Makanan 'Ter-enak' di Dunia ..... ;) ). Anak2ku banyak bertanya tentang Merapi, dimana kami sering sekali ke puncak Merapi sebelum meletus, melihat kehidupan disana serta jalan setapak melalui sungai dan mendatangi 'gardu pandang'..... Dan sejak keluar dari jalan tempat Gudeg Yu Djum, aku mulai mengambil foto2 sampai keatas Merapi ...
Dalam pengamatanku, Gunung Merapi ini sangat indah. Dari jalan Kaliurang sampai di tempatnya, aku menatapnya, berulang kali aku mem-fotonya. Di beberapa bagian gunung itu, terdapat 'jalur' berwarna hitam, mungkin itu merupakan jalur lahar panas, dimana terlihat semua pepohonan mati ..... dan memang benar! Begitu kami sampai lebih tinggi, area yang terkena lahar panar, terlihat mati, walai beberapa pepohonan sudah mulai menampakan 'sinar dan cahayanya' dengan adanya dedaunan .....
[caption id="attachment_160807" align="aligncenter" width="512" caption="Pemandangan mulai dari jalan Kaliurang, selalu menampakan Gunung Merapi."]
[caption id="attachment_160808" align="aligncenter" width="512" caption="Pemandangan mulai dari jalan Kaliurang, selalu menampakan Gunung Merapi."]
Setelah kami memasuki gerbang kawasan Kaliurang, suasananya tidak berbeda dengan terakhir aku kesana, hanya terlihat banyak pepohonan yang tanpa dedaunan, sepertinya daun2 itu tetap tidak umbuh, atau mungkin juga pohon2 itu sudah mati, walau tetap berdiri tegap. Menurut papaku, mengapa mungkin pepohonan itu sudah mati, karena untuk beberapa saat setelah Merapi meletus, lahar panas yang melalui saluar air di bawah tanah ( sungai bawah tanah ), masih panas, ketika diatas tanah sudah mendingin. Itu bis sampai beberapa bulan, sehingga pepohonan mati, walau seakan pohon2 itu tetap berdiri tegap. Pun jika penduduk mencangkul tanah, tiba2 tangan mereka memerah karena panas .....
[caption id="attachment_160809" align="aligncenter" width="512" caption="Pohon2 yang meranggas, walaupun batangnya tetap tegap berdiri."]
[caption id="attachment_160812" align="aligncenter" width="512" caption="Pohon2 yang meranggas, walaupun batangnya tetap tegap berdiri."]
Tetapi rerumputan sudah hijau, terlihat indah! Walau ujung2nya aku melihat sesuatu yang 'aneh' dan sedikit 'mengerikan'. Bukan karena apapun, karena aku memang selalu mengamati dari sudut pandang yang lain, bahwa 'ada sebuah gudung indah yang sudah 1 tahun lebih meletus, pemandangannya sudah menjadi indah lagi, tetapi belum ada pepohonan yang rindang seperti dulu ......'
[caption id="attachment_160813" align="aligncenter" width="512" caption="Pohon2 yang tumbang karena tergerus oleh lahar panas, terlihat akarnya menghitam, hangus ....."]
[caption id="attachment_160814" align="aligncenter" width="512" caption="Pohon2 yang tumbang karena tergerus oleh lahar panas, terlihat akarnya menghitam, hangus ....."]
Di Kaliurang kami bertemu dengan 'guide' lokal untuk masuk lebih dalam ke desa2 yang terkena imbas meletusnya gunung itu. Kaliurang sendiri tidak termasuk melelehnya lahar panas, tetapi tempat dan rumah2 di sekitar Mbah Marijan, itulah yang aku sangat tertarik. Dengan mengendarai motor, mas Ari, sang guide lokal, memandu kami untuk memasuki pedesaan dimana lahar panas meluluh-lantakan pemukiman, termasuk rumah Mbah Marijan.
[caption id="attachment_160815" align="aligncenter" width="512" caption="Mas Ari memandu kami untuk lebih 'masuk' ( bahasa Jawanya : mblusuk ) kearah desa Mbah Marijan."]
[caption id="attachment_160816" align="aligncenter" width="512" caption="Mas Ari memandu kami untuk lebih 'masuk' ( bahasa Jawanya : mblusuk ) kearah desa Mbah Marijan."]
Kami berada di jalan setapak, dimana di kanan kiri mobil kami Oktober tahun 2010, tersapu lahar panas. Semua hancur. Disisi kiri kami memang merupakan tanah pemerintah yang tidak dihuni penduduk. Tetapi disisikanan kami merupakan tanah pemukiman warga, yang mana sekarang pemda Yogyakarta tidak memperbolehkan warga Merapi untuk membangun rumah disana karena gunung ini masih aktif dan bisa saja dalam perut gunung itu memuntahkan lahar panas dan dingin lagi .....
[caption id="attachment_160817" align="aligncenter" width="300" caption="Sisa2 rumsh penduduk ysng tidak boleh dibangun kembali ....."]
[caption id="attachment_160818" align="aligncenter" width="300" caption="Sisa2 rumsh penduduk ysng tidak boleh dibangun kembali ....."]
Kami berhenti di suatu tempat tertinggi dimana mobil kami bisa naik dan berhenti. Ternyata masih agak jauh untuk masuk ke desa, dimana rumah Mbah Marijan berada. Alasil, hanya anak2ku, Dennis dan Michelle, yang ikut membonceng motor mas Ari untuk melihat tempat itu ..... Â Bertiga dengan mas Ari, mereka masih 'masuk' ke desa tempat mbah Marijan berada .....
[caption id="attachment_160819" align="aligncenter" width="300" caption="'Puncak' tertinggi mobil kami bisa mencapainya. Kami berdiskusi tentang Merapi dengan mas Ari, guide local di Kaliurang."]
[caption id="attachment_160820" align="aligncenter" width="300" caption="'Puncak' tertinggi mobil kami bisa mencapainya. Kami berdiskusi tentang Merapi dengan mas Ari, guide local di Kaliurang."]
Kami hanya mengamati daerah itu. Suasananya agak lengang. Tidak banyak yang datang, mungkin tidak banyak yang bertemu guide di Kaliurang atau belum ada yang memberitahukan tempat ini. Pemandangan disini indah sekali, walai belum ada pepohonan yang berdaun dan rerumputan sudah tinggi dan hijau.
Setelah anak2 pulang sekitar 30 menit dari tempat Mbah Marijan, mereka bercerita sambil menunjukkan foto2 mereka. Dan setelah itu, mereka turun ke lembah ditemani mas Ari untuk foto disana. Ada sebuah batu besar dan anak2ku naik diatasnya, dan dibawahnya jurang .... Agak mengerikan. Aku berteriak supaya mereka berhati2, jika aku sehat aku pasti ikut turun kebawah .... Aaahhhh .....
[caption id="attachment_160822" align="aligncenter" width="512" caption="Foto Pribadi"]
Bandingkan mobil yang terkena abu Merapi waktu itu dengan yang dibuat monument sekarang di tempat itu .....
[caption id="attachment_160824" align="aligncenter" width="512" caption="Rumah Mbah Marijan yang di'bangun' hanya sebagai monument tentang beliau ....."]
[caption id="attachment_160825" align="aligncenter" width="512" caption="Rumah Mbah Marijan yang di'bangun' hanya sebagai monument tentang beliau ....."]
Disekitar itu ada beberapa lapak untuk berjualan dan kami membeli salak Pondoh, salak Madu dan salah entah apa namanya tetapi kulitnya berwarna putih sedikit kream. Semuanya enak. Jika salah Pondoh selalu 'masir' dan pasti manis. Jika salak Madu ..... wuiiiiihhh ..... lebih manis lagi dari salak Pondoh dan dagingnya tebal. Dan salak yang kulitnya berwarna putih, lebih masam sedikit tetapi segar sekali ..... kata si penjualnya salak ini masih mahal jadi belum di tanam banyak orang .....
Kami banyak berdiskusi dengan mas Ari tentang Merapi meletus, dimana dia justru ikut ngungsi. Rumahnya memang di lereng Merapi. Dan ketika sudah boleh pulang ke rumah masing2, dia ikut dalam aksi sosial untuk membantu teman2 dan orang2 lain yang lebih buruk dari padanya. Mengesankan sekali. Dia juga bercerita tentang orang2 yang terpanggang dalam basement .....
Besment untuk warga yang tiba2 terjebak 'wedus gembel', tetapi konstruksinya tidak sesuai dengan kondisinya. Seharusnya ada konsultan yang ahli dalam desain dan konstruksi basement khusu ini .....
Karena kami tidak sampai ke 'gardu pandang' karena memang sekarang kata mas Ari mobil tidak bisa kesana, kami hanya mem-foto basement ini lewat album foto yang dibawa2 mas Ari sebagai tour guide.
Ada suatu tempat, merupakan tempat untuk berlindung dari asap panas jika 'Wedus Gembel' menyerangnya. Tetapi sewaktu Merapi meletus, justru beberapa orang masuk kedalamnya dan sawaktu lahar panas menuruni lereng, mereka terpanggang hidup2 .....
Sebenarnya konsep konstruksi basement itu harus dibuat dari bahan dan material yang bukan merupakan 'penyalur panas', paling tidak dari beton. Tetapi kata mas Ari, justru pembuatan basement ini terbuat dari logam, sehingga jika kita ada didalamnya serasa dipanggang dan dalam lahar panas membuat orang2 didalamnya benar2 terpanggang ...... sangat mengerikan .....
'Napak Tilas' ke Merapi ini sangat membuat hatiku trenyuh. Di satu sisi, aku merasalah kegembiraan dalam berlibur dengan keluarga, tetapi disatu sisi yang lain, Merapi merupakan tempat yang menjadikan Yogyakarta fenomenal sebagai salah satu bencana alam terbesar di dunia tahun 2010, dengan berbagai cerita serta takhayul2 yang mengiringinya. Apapun itu, hatiku trenyuh melihat pemandangan alam yang 'aneh' seperti yang aku udah ceritakan diatas. Disamping itu, hijau hutan dan rerumputan yang sepertinya nyaman untuk didiami, lereng Merapi sudah tidak boleh untuk dibuat pemukiman, sehingga menambah rasa trenyuh hatiku .....
Beberapa foto yang aku ambil untuk menggambarkan lereng Merapi sekarang ini :
Ini dahulu adalah Sungai Kuning dan hutan pinus, yang sekarang menjadi seperti ini. Sudah banyak LSM yang menami pohon2 baru, walau karena dibawah tanah masih berasa panas, tetap belum menampakkan pohon2 baru bermunculan .....
Ini adalah liburan di Yogyaku yang paling berkesan. Banyak kejadian dimana jika aku tidak sakit sekarang, mungkin aku tidak berlibur ke Yogya, secara biasanya liburan Natal kami selalu berlibur ketempat adikku di Dallas. Dan napak tilas Merapi ini merupakan salah satu titik puncak 'excited' di dalam liburanku di Yogyakarta ini .....
Salamku .....
Sumber foto : dokumen pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H